Jangan lupa VOTE and KOMEN 😉
Happy reading:)
Baca sampai ending ya, kurang 3 atau 4 part lagi tamat:)Udah siap overthinking?
Oke, mari kita mulai:'---------------------------***--------------------------
3 hari kemudian...
Keadaan Chika semakin drop, suhu tubuhnya sangat tinggi. Saking tingginya sampai Chika sempat mengalami kejang-kejang, membuat Shani dan Veranda nangis khawatir. Takut Chika kenapa-napa.
Dengan segera Chika dilarikan ke rumah sakit yang sama dengan Ara dirawat, Ara yang mendengar Chika drop dan dirawat di rumah sakit yang sama dengannya juga sangat khawatir. Ia meminta Zee untuk mengantarkan ke Chika, ingin melihat kondisi kekasihnya.
Zee hanya menyetujui permintaan Ara, lalu ia pergi mengambil kursi roda. Ara duduk di kursi roda di dorong pelan oleh Zee yang juga memegang infus Ara, untungnya ruangan Chika dan Ara tidak jauh.
Ceklek!
"Permisi, assalamualaikum" salam Zee saat masuk ke ruangan Chika, disana hanya ada Shani yang lagi baca novel.
"Wa'alaikumussalam, ehh Ara ikut?"
"Iyaa Ci" jawab Ara singkat.
"Ci, tante Ve kemana? Tumben Cici sendiri" ujar Zee sambil mendorong kursi roda Ara mendekati ranjang Chika.
"Mami ada urusan urgent di butik, jadi nitipin Chika ke aku deh. Lagian Chika udah siuman kok, sekarang lagi istirahat aja"
"Keadaan kamu gimana, Ra?" Lanjut Shani menatap Ara iba, tatapan gadis itu kosong. Iyalah kan gak bisa lihat apa-apa.
"Baik Ci, Alhamdulillah" Shani tersenyum mendengarnya.
Ara meraba-raba ranjang berusaha menemukan tangan Chika, berhasil ia gapai tangan Chika yang sangat dingin. Ara bisa membayangkan gimana pucatnya wajah Chika saat ini, Chika pasti menderita selama 10 tahun.
Ara mendekatkan tangan Chika ke wajahnya, ia cium punggung tangannya lama. Setelahnya ia genggam tangan dingin itu erat-erat, mungkin setelah ini ia tidak bisa merasakan genggaman tangan itu lagi.
Chika mulai membuka matanya, ia sedikit terusik dengan pergerakan Ara. Chika membalas genggaman tangan Ara.
"Ara" lirih Chika, entah kenapa tiba-tiba air matanya turun membasahi bantal yang ia pakai.
"Iyaa, aku di sini sayang" ujar Ara sangat lembut, Chika mengangkat tangannya untuk menyentuh pipi Ara.
"Kamu kenapa bisa drop gini? Lagi banyak pikiran ya? Mikirin apa sih kak?" Lanjut Ara, ia mengelus tangan Chika yang ada di pipinya.
"Mikirin kamu" jawab Chika dengan entengnya.
"Aku mah gak usah dipikirin sayang, cukup di cintai sepenuh hati aja" gombal Ara mengundang tawa serta cibiran Shani dan Azizi, Chika mengulum senyumnya.
"Hadehhh mulai deh bucinnya" ucap Zee pelan, bahkan hanya Shani yang bisa mendengar. Shani geleng-geleng kepala, 'dasar bocil' pikirnya.
"Aku seneng, kamu udah bisa berdamai dengan keadaan" seperti biasa Chika ucapkan dengan suara lembutnya, ia meraih tangan Ara dan gantian mencium punggung tangannya.
"Aku juga seneng, bentar lagi kamu sembuh total dan gak ngerasain sakit lagi" ujar Ara pelan tapi masih bisa didengar oleh Chika.
"Maksud kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LAST LOVE ✓
Teen Fiction"Aku akan mencintai kamu sampai jantung ini berhenti berdetak" -Chika "Terimakasih atas kenangannya, kamu cinta pertama aku dan kamu akan tetap jadi cinta terakhir aku" -Ara "Jaga pemberian aku baik-baik ya, Ra" -Chika "Kamu akan selamanya ada di...