Tangisan.

880 104 31
                                    

Berat.

Keputusan yang Clarissa ambil begitu berat.

Melepas pria yang sangat ia sayangi setelah bertahun-tahun bersama, melewati berbagai rintangan yang selalu menguji kesetiaan mereka. Seberat apapun cobaan yang ia rasakan, Ica akan tetap berusaha bertahan dengan seluruh kekuatannya.

Tetapi kali ini pendiriannya untuk mempertahankan kisah cintanya dengan Ardian terasa begitu sia-sia. Pria yang selama ini menjadi pengisi hatinya ternyata bermain api di belakangnya.

Pria yang selama ini selalu menjadi sumber keceriaannya, ternyata juga menjadi sumber kekecewaan terberat yang Ica alami dalam hidupnya.

Ica lelah menangisi Ardian. Ia bahkan selalu bertanya dalam benaknya, "untuk apa ia menangisi pria brengsek seperti itu." Tapi tetap saja ia tak bisa membohongi perasaannya jika ia masih mencintai Ardian. Sebrengsek apapun pria itu, Ardian tetap andil dalam mewarnai hari-harinya selama beberapa tahun.

Kilatan memori indah dirinya bersama Ardian selalu sukses membuatnya merasa sedih. Entah sudah berapa banyak air mata yang terus menetes membasahi pipinya. Bahkan hingga membuat matanya terasa lelah.

Ica ingat dengan jelas tamparan yang ia berikan pada wajah tampan Ardian malam itu, tak lupa juga dengan keributan yang terjadi diantara keduanya.

Bahkan siraman wine yang ia berikan pada Ardian membuat beberapa orang yang sedang menikmati jamuan makan malam disana teralihkan akan keributan mereka.

Tak lupa dengan teriakan dan makian yang terlontar dari mulut Ica yang tertuju pada Ardian dengan begitu kencangnya di hadapan para pengunjung restaurant. Jujur saja Ica malu, tapi mau bagaimana lagi ia tidak dapat menahan kekecewaan yang ia dapat dari pira yang selama ini selalu ia percayai.

Kegilaan malam itu berakhir ketika Ica berlari keluar dari restaurant dan meninggalkan Ardian yang masih berusaha mengejarnya. Kemudian Ica berlari mendekati pria asing pengendara sepeda motor untuk meminta bantuannya agar segera membawanya pergi dari area restaurant tersebut. Ia tak peduli lagi dengan dress cantik dan manolo yang ia kenakan, saat ini yang ia inginkan adalah pergi menghindar dari kejaran pria brengsek itu.

"Huft..."

Ica memejamkan matanya. Bersamaan dengan air mata yang kembali menetes membasahi pipinya yang tertutup makeup.

Malam itu benar-benar menjadi malam terburuk dalam hidupnya. Bahkan ia selalu berharap agar kejadian itu hilang dari ingatannya.

Ica berjanji, hari ini adalah hari terakhir ia menangisi Ardian. Ia lelah menghadapi hari-harinya diawali dengan air mata kesedihan yang tak ada hentinya.

2 minggu kebelakang hidupnya benar-benar kacau karena ulah pria brengsek itu.

Tali kali ini ia harus bisa melupakan pria itu dari pikirannya.

Cukup beberapa waktu lalu saja Ardian dapat memporak-porandakan kehidupannya, tapi untuk kedepannya Ica akan menata hidupnya dan mulai mencari sesuatu yang baru agar ia dapat dengan cepat melupakan bayang-bayang Ardian di hidupnya.

"Lets start a new day girl, gue tau lo bisa!"

Ica menunjuk dirinya di pantulan cermin dan segera menghapus air mata yang sempat menetes tadi. Ia yakin sudah tak ada lagi air mata yang tersisa untuk Ardian.

Clarissa bergegas mengambil tas yang tergeletak di atas kasurnya dan segera mengambil map berisi hasil skripsinya yang sudah ia siapkan untuk di revisi oleh dosen pembimbingnya.

"Gue yakin kali ini di Acc!"

Ia menarik napasnya dalam dan mencoba tersenyum untuk mulai menjalani hari barunya tanpa air mata untuk pertama kalinya dalam 2 minggu ini.

-oudddss-

Lama gak ketemu ya guys, maapin aku sibuk bangget sumpahhhhhhh

Pokoknya komen yg banyak biar aku rajin aplot cerita ini lagi ya, tagih aja pokoknyaa kayak pereman malak duit oghe!

Thank u! 💋

Ayang Babe! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang