Operasi.

649 105 39
                                    

Clarissa berjalan cepat memasuki Rumah Sakit sesuai dengan lokasi yang di berikan oleh polisi yang menelponnya tadi. Kakinya terus bergerak menuju ruang IGD tempat dimana Ardian berbaring.

Aroma alkohol begitu menyengat di indra penciumannya, Clarissa sangat tidak menyukai aroma seperti ini. Matanya terus mengedar mencari dimana pria yang sempat menjadi kekasihnya itu berada, Hingga akhirnya ia menemukan salah satu pasien yang terlihat di kerumuni oleh beberapa polisi dan perawat yang tengah sibuk memberikan pertolongan pada pasien itu.

Jantungnya berdegup sangat cepat, ia tak percaya bahwa pasien yang sedang berbaring di atas ranjang dan penuh dengan darah itu adalah Ardian.

Kaki jenjangnya berjalan mendekat ke arah pria berseragam coklat dengan rompi hijau yang sedang menanyakan kronologi kejadian peristiwa tersebut pada rekannya.

Clarissa diam mematung menatap Ardian yang tak sadarkan diri. Ica tak tahu harus merespon bagaimana pada peristiwa yang Ardian alami itu, disisi lain ia merasa kasihan pada Ardian yang terlihat begitu kacau di hadapannya, tetapi jika mengingat penghianatan yang Ardi lakukan padanya membuat rasa empatinya pada Ardi hilang begitu saja. Selingkuh dan bermain api di belakangnya merupakan kesalahan Ardian yang tak akan pernah Ica maafkan.

"Dengan ibu Clarissa?"

Clarisa tersadar dari lamunannya, kemudian memalingkan kepalanya pada pria yang berdiri di sampingnya.

"Benar dengan saya Clarissa."

Polisi itu menganggukan kepalanya. Kemudian menatap Ica bingung ketika melihat respon Ica yang terlihat biasa saja.

Gadis itu kembali menatap Ardian yang masih berbaring di atas ranjang.

"Ibu Clarissa, suami ibu ini mengalami kecelakaan yang cukup parah loh bu, tapi sepertinya ibu terlihat biasa saja dan tidak terlihat sedih?"

Ica yang sebelumnya menatap Ardian mengalihkan tatapannya pada polisi yang bertanya padanya.

"Dia bukan suami saya pak, saya juga bukan istrinya, saya dan bapak Ardian nggak ada hubungan apapun."

Pria itu sedikit terkejut mendengar jawaban Ica, kemudian menganggukan kepalanya.

"Maaf bu, jadi mengganggu. Saya kira ibu istri dari bapak Ardian jadi saya menelpon ibu sesuai dengan apa yang tertera di whatsapp milik bapak Ardian. Karena kontak ibu berada di paling atas di aplikasi tersebut. Identitas bapak Ardian ini juga banyak yang hilang bu saat kecelakaan. Hanya ditemukan kartu nama dari perusahaannya saja bu."

"Iya pak tidak apa-apa."

"Apa ibu Clarissa punya nomor keluarga atau orang tua dari bapak Ardian?"

Clarissa menghela napasnya.

"Mungkin bisa di cek di hanphone milik bapak Ardian pak."

"Maaf ibu, hanphone milik bapak Ardian sepertinya mati, karena sedari tadi sudah di coba untuk dinyalakan tetapi tetap saja tidak bisa."

Ica mengangguk singkat. Kemudian ia keluarkan posnelnya dan menghubungi nomor milik Ratna.

"Ini pak, saya sudah menelpon nomor ibu dari bapak Ardian, silahkan bapak yang berbicara."

Polisi itu menganggukan kepalanya dan menerima ponsel Clarissa untuk berbicara pada ibu dari Ardian.

Clarisaa berjalan mendekat ke arah ranjang, dahinya mengerut ketika melihat beberapa luka yang ada di tubuh Ardian terlihat menganga. Salah satu suster juga mengatakan bahwa tubuh Ardian tercium bau minuman keras.

Tak lama setelah itu terlihat dokter yang sibuk memeriksa kesadaran Ardian. Dokter itu sesekali berdiskusi dengan suster yang kemudian menunjuk Clarissa yang berdiri tak jauh dari ranjang Ardian.

Ayang Babe! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang