Gelap. (Ardian point of view)

660 92 18
                                    

Gelap. Begitulah kehidupan Ardian tanpa kehadiran Clarissa di sisinya. Semenjak hubungannya dengan Ica usai. Ardian tak menyangka. Wanita itu  yang membuat semuanya menjadi seperti ini. Hanya karena seorang Clarissa Diandra hidup yang ia jalani menjadi terasa tidak bermakna. Bahkan ia merasa dirinya saat ini berbeda dengan pribadinya dahulu. Ini semua terjadi akibat dari Clarissa yang mengundurkan diri dari kehidupannya.

Malam sebelum kecelakaan yang menimpa Ardian terjadi.

Ardian menatap gedung tinggi yang ada di sebrang gedung kantornya. Menatap kilatan lampu-lampu cantik yang bersinar di dinginnya malam  dengan tatapan kosong dan pikiran yang karut-marut berusaha menyelesaikan segala permasalahan yang ada di otaknya.

'Bodoh'

Mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan Ardian pada saat itu.

Rasa sesal yang begitu berat seakan menambah beban pikiran yang begitu runyam saat ini. Andai saja ia tidak menerima tawaran ayahnya untuk berangkat ke Surabaya. Mungkin hal ini tidak terjadi. Andai saja saat itu ia tidak tertarik dengan godaan yang di berikan Krystin. Mungkin perjalanan cintanya dengan Clarissa tidak akan kandas begitu saja di tengah jalan. Mengingat banyak angan-angan di masa depan yang sudah mereka bayangkan. Membuat Ardian semakin menyesali kebodohan yang telah ia perbuat.

Mungkin kata maaf dan penyesalan mendalam dapat menyelesaikan konflik diantara keduanya.

Tapi ternyata tidak.

Clarissa tetap pada pendiriannya.

Semua penjelasan dan permintaan maafnya secara tulus padanya tak membuat gadis itu dengan mudah menerimanya lagi. Malah Ica menutup hati untuknya yang selama ini selalu ia raskan selama hampir 4 tahun bersama dan tak ada lagi kesempatan kedua bagi Ardian.

Selama 5 bulan kebelakang hidupnya benar-benar kacau. Kehilangan Clarissa membuat efek luar biasa untuk dirinya. Segala cara dan upaya yang sudah ia lakukan selalu berakhir sama.

Ica menolak kehadirannya.

Hal itu membuat kinerja dalam bekerja ikut menurun mengikuti perasaannya yang sedang tak karuan. Berusaha mengiklaskan dan merelakan menurutnya bukan jalan yang tepat untuk di ambil. Clarissa adalah permatannya yang harus ia miliki. Karena itu adalah miliknya.

Ardian memutar kursi yang ia duduki. Menatap tumpukan kardus yang ada di bawah meja kerjanya. Tumpukan kardus itu berisi barang-barang yang ia berikan untuk Ica selama mereka masih berpacaran. Gadis itu mengembalikan semuanya, termasuk uang yang ia pakai untuk membeli kebutuhan Ica. Uang yang nominalnya lebih dari 30 juta itu tersusun rapi di dalam amplop coklat yang ada di samping sepatu pink yang secara sepesial ia berikan untuk gadisnya sebagai hadiah Valentine. Tak lupa uang sebesar 6 juta rupiah sebagai uang pengganti biaya adopsi kucing yang Ardian berikan untuknya.

Menatap seluruh barang pemberiannya yang gadis itu kembalikan membuat hatinya teriris. Apakah ia sudah tak mencintainya lagi?

Ardian mengambil dress putih yang ada di tumpukan box di hadapannya. Kemudian ia peluk dan cium pakaian itu, guna mencari aroma khas Clarissa yang tertinggal disana.

"Aku kangen banget sama kamu ca..."

"Tolong kasih aku kesempatan lagi."

Air matanya tak dapat ia bendung lagi. Ia menangis sembari memeluk pakaian itu di wajahnya. Aroma gadisnya yang sangat ia rindukan membuat batinnya begitu tersiksa. Ia ingin memeluk Clarissa secara nyata.

Gadis itu benar-benar mengobrak-abrik perasaannya dengan begitu dahsyat. Mau sampai kapan ia akan hacur seperti ini. Ia bahkan malu untuk menatap pantulan wajahnya di cermin. Semua kewibawaan yang sebelumnya ia miliki entah hilang kemana. Semuanya berubah tergantikan dengan wajah dan tubuh yang begitu kurus, kantung mata menghitam dan juga wajahnya yang kusam.

Ayang Babe! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang