Hidup/mati.

635 103 11
                                    

Ardian membuka matanya, tatapannya langsung tertuju pada seseorang yang sedang berbaring di sampingnya. Memandangnya dengan penuh kebahagiaan dan tersenyum begitu manis. Ia tak menyangka bahwa gadis yang saat ini berada di sisinya adalah Clarissa. Ardian tak dapat menahan senyum kebahagiaan yang begitu menggebu pada dirinya, tangannya bergerak mencoba menyentuh pipi gadis cantik di hadapannya. Ia dapat merasakan kulitnya yang begitu halus di tangannya, seakan semua kerinduan selama beberapa bulan lalu hilang ketika ia menyentuh gadis kesayangannya.

Clarissa tertawa ketika ia menyentuhnya, membuat Ardian meneteskan airmatanya. Suara itu adalah suara yang ia rindukan selama ini, suara yang benar-benar ingin ia dengar hingga membuatnya gila. Ardi masih tak percaya Clarissa yang ia cintai akhirnya kembali padanya.

Ia membelai lembut rambut gadisnya dengan penuh kasih sayang. Tatapannya masih tertuju penuh padanya dengan senyuman manisnya. Hingga membuat rasa sakit yang ia rasakan hilang begitu saja. Clarissa memang obat yang paling tepat untuk menyembuhkan semua rasa sakit yang ia rasakan saat ini.

Bibirnya yang sedari tadi hanya menunjukan senyum kebahagiaan pada Clarissa berusaha bergerak mengucapkan sesuatu yang ingin ia sampaikan.

"Aku kangen kamu sayang..."

Ica menganggukan kepalanya perlahan menanggapi perkataan Ardian. Tangannya yang semula hanya diam, kini bergerak membalas sentuhan yang Ardi berikan.

Clarissa mengusap pelan pipinya dengan penuh kasih sayang. Membuat senyumnya semakin mengembang dan airmatanya semakin luruh tak terbendung.

"Aku sayang kamu Ca.."

Clarissa menahan tangan Ardian yang berada di pipinya, kemudian mendorong tubuh Ardi yang sebelumnya menghadapnya menjadi posisi berbaring.

Ardian merasakan tubuh Ica mendekat ke arahnya, kemudian gadis itu meletakan kepalanya di atas dadanya. Ardi dapat merasakan tangan ramping Clarissa memeluk perutnya yang terbalut kain sutra yang begitu bersinar ketika ia kenakan.

"Jangan tinggalin aku Ca.."

Ardian kembali mengusap rambut Ica dan memberikan ciuman di kepalanya.

Gadis yang mengenakan setelan putih berbahan sutra itu mendongak menatap Ardian dan tersenyum manis menampilkan deretan gigi putihnya. Namun sesaat kemudian senyuman yang sebelumnya terlihat di bibir cantik itu menghilang.

Clarissa melepas pelukannya dari Ardian dan bangkit dari posisinya berbaring. Matanya yang sebelumnya hanya menatapnya lekat, terlihat melirik ke arah lain.

Ardian begitu panik ketika melihat ekspresi Clarissa yang tiba-tiba saja berubah, diikuti dengan suasana kamar yang sebelumnya terlihat bersinar keemasan berubah menggelap mengikuti aura yang Ica pancarkan.

Gadis itu menangis.

"Sayang kenapa?!"

Clarissa memeluk lututnya sembari menangis begitu pilu.

"Kamu kenapa sayang?"

Ardian yang melihat gadisnya menangis bangkit dari posisinya berbaring dan berusaha untuk memeluk Ica yang masih menangis di sisinya.

Namun baru saja akan memeluk Ica, Ardian merasakan ada sesuatu yang menahannya seakan sedang memeluknya dari balik tubuhnya. Ia berusaha keras untuk merengkuh Ica agar bisa ia dekap di pelukannya, tetapi sesuatu yang menahannya itu terasa sangat kuat.

Ardian menundukan kepalanya menatap kearah tubuhnya yang ternyata di tahan oleh tangan seseorang yang membuatnya sulit untuk bergerak, padahal jaraknya dengan Ica sangatlah dekat. Tetapi untuk meraihnya saja Ardian tidak mampu. Ia mencoba melepaskan pelukan itu dari tubuhnya tetapi tangan itu tetap memeluknya begitu erat. Bahkan sangat erat.

Ayang Babe! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang