Clarissa menghela napasnya. Ia masih saja mengusap punggung wanita paruh baya yang sejak 1 jam yang lalu masih saja menangis sembari meletakan kepalanya di samping ranjang tempat putranya terbaring lemah.
"Sabar mah Ardian pasti bisa melewati ini semua kok mah, Ica yakin. Karena yang Ica tau, Ardi itu gak mudah menyerah mah, Ica percaya Ardi pasti bisa cepet sadar, dan cepet pulih."
"Jujur aja kalau bukan karena mamahnya, gue pasti gak mau ngelakuin ini semua."
Ratna terus saja menangisi kondisi putranya yang masih terbaring di atas ranjang. Operasi yang dilakukan dokter pada Ardian berjalan lancar. Seluruh kerabat, orang tua, dan juga sanak saudara Ardian dapat bernapas lega ketika mendengar kabar tersebut. Termasuk Ica juga, sedikit.
"Ica sayang, kenapa Ardian jadi seperti ini, kenapa harus anak mamah yang mengalami hal seperti ini, kenapa harus Ardian..."
Jujur saja selama berada di samping Ratna sejak pagi tadi, Clarissa merasakan aura kesedihan yang teramat besar dari seorang ibu pada anaknya. Wanita paruhbaya ini mendengar kabar kecelakaan yang menimpa putranya ketika Ratna sedang berada di Singapore. Dari yang Ica tangkap melalui Ardian, Ratna mengalami Leukimia sejak 4 tahun yang lalu, dan 2 tahun terakhir Ratna menetap di Singapore untuk penyembuhannya. Wanita itu begitu terkejut ketika mendapatkan panggilan telepon dari Ica, dan mempercayakan segala urusan mengenai Ardian pada Ica selagi Ratna belum datang. Ratna bergegas pulang ke Indonesia saat itu juga demi menemui putra semata wangnya, hingga meninggalkan pengobatannya disana.
Clarissa menundukan tubuhnya, merengkuh tubuh wanita itu sembari berusaha memberikan ketenangan untuknya.
"Mamah yang sabar ya mah, Ardian pasti sembuh, Ica yakin Ardi pasti bisa melewati ini semua mah."
"Nak Ica janji ya harus selalu bisa bahagiain anak mamah, karena mamab udah sangat percaya sama kamu Ca.."
Clarissa menatap Ardian yang terbaring dihadapannya. Semua rasa benci yang sebelumnya menggebu-gebu seketika luluh berganti menjadi iba pada tubuh lemah itu.
Ia tak menjawab janji yang diberikan Ratna untuknya. Karna Ica yakin bahwa ia tak dapat melakukan seluruh permintaan wanita paruhbaya itu. Kesalahan Ardian merupakan hal yang paling di benci oleh seluruh orang yang memiliki kekasih di hidupnya. Perselingkuhan bukanlah hal wajar yang dapat di maklumi keberadaannya, jika kesalahan seperti itu dimaafkan dan dimaklumi, maka suatu saat nanti pasti akan terbesit niat untuk melakukan kesalahan yang sama seperti sebelumnya. Memberikan efek jera merupakan tindakan yang paling tepat. Yaitu dengan melepaskan dan meninggalkan.
"Ca udah makan?"
Clarissa mengangkat kepalanya dan mendapati Danuarta yang sedang menatapnya sambil tersenyum.
"Udah pah."
Pria 56 tahun itu berjalan mendekat ke arah Clarissa.
"Kan belum makan siang, temenin papah makan yuk, sekalian papah mau bicara sama kamu."
Danuar tersenyum, kemudian berjalan keluar seraya mengayunkan tangannya mengajak Clarissa untuk segera keluar dan menemuinya.
📈📉
Clarissa membalikan sendok dan garpunya di atas mangkuk tomyum yang sudak tak tersisa lagi. Tangannya bergerak mengambil teh hangat yang ada di hadapannya.
Makanan di kantin rumah sakit ini terasa sangat lezat, atau mungkin karena Ica yang terlalu lapar hari ini. Dihadapannya duduk kali ini ada ayah dari pria yang dulu sempat menjadi pengisi hatinya. Pria itu terlihat gagah dan sangat berkarisma meskipum di umurnya yang semakin menua. Tak heran jika karisma dan kegagahannya menurun pada sang putra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayang Babe!
Teen FictionKalian harus tau gimana gue chat sama cowok gue! dia ngeselin tapi ngangenin -Clarissa Diandra. Cewe gue cantik, i love you -Ardian Nicholas. Perjalanan cinta Ardian dan Clarissa beserta isi pesan teks keduanya yang penuh dengan keuwuan. Dimulai dar...