PROLOG

30.2K 1K 4
                                    

.
.
.
-o0o-
.
.
.
p r o l o g

3 tahun yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

3 tahun yang lalu

"KITA LULUS!!" seorang gadis yang memakai seragam putih biru itu melompat-lompat di udara. Hari ini adalah hari kelulusan mereka dan mereka akan menuju sekolah menengah atas. Lelaki yang didepannya tersenyum tipis, sangat tipis. Hari ini adalah hari yang ia benci, melihat gadisnya hanya tinggal beberapa jam lagi.

"Ax, kok nggak seneng?" selesai acara lompat melompat gadis itu mengerutkan dahinya bingung melihat ekspresi wajah lelaki di depannya ini.

Lelaki itu menggeleng pelan. "Kamu mau kita masuk mana nih? SMA Daddy kamu aja ya? Biar ntar nggak susah." ujar gadis itu dengan ekspresi senang sekaligus bingung.

Lelaki itu tak menjawab, ia menarik pergelangan tangan gadisnya untuk keluar dari keramaian. Mereka berada di kursi yang disampingnya terdapat pohon rindang menghalangi sinar matahari.

"Aku bakal pindah." tiga kata itu membuat gadis yang di sampingnya semula senang kini mengganti mimik kaget sekaligus sedih.

"H-hah?"

"Aku bakal pindah, Jea." papar lelaki itu lagi.

"O-oh." gadis itu meremat rok birunya dan menatap ke arah bawah dimana ia hanya bisa menatap tanah yang tak berumput itu. Pikirannya menuju masa depan dimana lelaki disampingnya kini tak akan lagi bersamanya.

"Maaf, ini kemauan Oma aku." lelaki itu menghela nafas dalam dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang mereka duduki. Pandangannya ke arah kertas dimana terdapat nama lelaki itu dan dibawahnya bertuliskan 'anda lulus'.

"Kapan?" gadis itu kini menoleh dan menatap lelaki yang sedang dilanda kebingungan.

"Jam tiga sore." lagi-lagi tiga kata itu membuat gadisnya menggigit bibir bawahnya untuk menahan agar tangisnya tidak keluar.

"Mendadak banget ya?" terselip nada sendu di pertanyaan gadis itu.

"Maaf, Jea." lelaki itu mengelus tangan Jea yang terlihat meremas rok birunya.

"Ka--kamu jahat, Axton." runtuh sudah pertahanannya untuk tidak menangis. Air mata turun begitu saja, punggungnya bergetar.

Axton dengan cepat menarik Jea ke dalam pelukannya. Jea kini menangis di dalam dekapan hangat Axton.

Pelukan terakhir...

Axton sendiri mengepalkan tangannya. Kalau saja bukan permintaan Oma-nya, ia tidak akan mau untuk melanjutkan SMA nya di Kanada. Entah sampai kapan ia berada di Kanada tapi yang pasti Axton akan segera cepat pulang.

"Aku benci hari ini." suara purau sehabis menangis pun keluar dari mulut Jea.

"Aku juga." balas Axton pelan.

Sepasang remaja itu menghabiskan sisa waktu untuk bersama. Nyatanya mereka memang tidak akan bisa bersama, entah kapan mereka berjumpa lagi. Satu yang pasti, Axton mengucapkan janjinya kepada Jea yang berbunyi ; ia akan segera pulang dan Jea tidak boleh dekat dengan lelaki mana pun.

Gadis itu terkekeh melihat sekelibat bayangan masa SMP-nya. Memikirkan Axton—yang sekarang menjadi pacarnya itu ia menghela nafas kasar. Sabar Jea, kamu hanya menunggu beberapa hari lagi. Iya, mereka berpacaran tetapi pacaran jarak jauh atau bisa dibilang ldr. Hubungan mereka sudah sampai satu tahun lebih.

"Jea, makan malam ayo!" teriak seorang wanita dari lantai bawah. Jea yang tidak menutup pintunya itu mendengarkan teriakan dari sang Mama.

"Iya, tunggu!" balas Jea teriak juga. Ia menutup album dimana isinya foto ia dengan Axton sedari kecil hingga saat SMP.

Saat di tangga terakhir Jea mendongak untuk melanjutkan langkahnya namun tubuhnya kaku serasa tidak bisa di gerakkan. Melihat seseorang yang berdiri di depannya membuat Jea merasa seperti ada di mimpi.

Ini benar dia 'kan?

Kalau benar ini hanya mimpi tolong jangan bangunkan Jea.

Bibirnya terbata saat ingin mengeluarkan suara. "A-axton?!"

-o0o-

AMARANTHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang