oOo
"Ax mau satu Universitas sama, Jea, Dad."
Malam ini, Levon sengaja mengecek kamar Axton untuk melihat perkembangan sang anak. Apakah sudah membaik atau belum. Namun, baru saja dirinya melangkahkan kakinya ke dalam kamar anaknya itu, Axton langsung mengatakan pernyataan tersebut.
"Nggak bisa, bagaimana keadaan kamu?" Levon menggulung lengan kemejanya dan mulai mendekat ke ranjang Axton.
"Kenapa? Kenapa nggak bisa?"
"Perbaiki dirimu dulu, Ax. Baru kamu bisa bersanding dengan Jea. Biar semasa kuliah, kalian akan kami pisah. Tolong ubah sifat jelek kamu itu," sesuai kesepakatan, Levon serta Papanya Jea memilih untuk memisahkan anak-anak mereka. Biarkan Axton berubah dan menjadi lebih dewasa dan biarkan Jea untuk fokus dalam kuliahnya.
"Sifat jelek? Cih." Axton berdecih sinis. Sifat jelek, memangnya Axton memiliki sifat jelek?
"See? Kamu bahkan belum nyadar sifat kamu yang sebenarnya. Daddy sepakat sama Mommy kamu untuk kirim kamu ke Canada, kalau kamu nolak kamu bisa milih negara mana tapi nggak untuk satu negara dengan Jea."
Levon menghela nafas kasar saat melihat sang anak menatap tajam dirinya. Memang sangat tidak sopan. "Tolong sekali ini percaya sama Daddy, ini cara terbaik buat kalian."
"Kalau kalian emang berjodoh, mau gimana pun pasti bertemu. Tapi kalau semasa kuliah ini kalian renggang.. itu resiko kalian." Levon melirik sang anak sebentar.
"Terus terang aja sama Ax, kalau kalian emang dari awal mau misahin Ax sama Jea. Mungkin kalian pikir Ax bukan orang yang baik buat Jea. Terserah."
Levon mencibir, ngambek? Dasar anaknya itu.
"Ok, terserah." ujar Levon dengan nada mengejek dan keluar dari sana.
"Tapi Ax, Daddy setuju sama yang kamu bilang kalau kamu bukan orang yang baik buat Jea." setelah mengatakan itu, Levon benar-benar menutup pintu kamar Axton.
BRAK!
Axton melempar satu bantal ke arah pintu kamarnya. Semoga saja Daddy nya itu terkejut, memang itu tujuannya.
Sudah tengah malam namun Axton tidak bisa tidur sebab perkataan Levon terus terngiang dikepalanya. Tidak baik? T.i.d.a.k b.a.i.k? TIDAK? BAIK? Apa iya dirinya sebegitu buruk menjadi pasangan Jea? Tidak! Axton sudah memasuki kategori pacar idaman, dia memiliki uang, memiliki mobil, motor, wajah yang tampan, kulit yang bagus——tapi memang semuanya pemberian dari orang tuanya, yang artinya jika tidak ada mereka--------Axton..? Tidak ada apa-apanya.
Atau mungkin setelah sembuh dirinya harus membangun sebuah Cafe? Restoran? Atau bahkan hotel agar dirinya memiliki uang sendiri, namun dari mana ia membangun semua itu? Ya lagi-lagi dari orang tuanya, menyebalkan!
Axton membuka infusnya dengan kasar, dirinya sudah sembuh walau masih ada luka yang belum mengering tapi dirinya tak memperlukan infus. Ia berjalan keluar dan akan turun untuk mengambil beberapa makanan.
"Maaf, tuan muda? Anda mau kemana?"
Axton mengernyit bingung, ngapain ada dua pengawal di depan kamar dirinya?!
"Gu--"
Kamu bukan orang baik, sifat jelek.
Oke, berhenti.
Maaf, karena hendak tidak sopan.
"Saya mau kebawah, kalian ngapain disini?" ujar Axton dengan menuntut.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARANTHINE
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] AREA BUCIN! Kalau ditanya Axton baik, tidak. Ramah, tidak juga. Tapi entah mengapa kehidupan Axton selalu dikelilingi keberuntungan. Kekasihnya contohnya, entah hal baik apa yang ia lakukan untuk mendapatkan gadis yang cant...