-o0o-
Dua hari berlalu.
"Pesawat yang bawa Oma udah terbang, satu jam lagi lo bakal nyusul. Jangan sampai telat,"
Axton mengacak rambutnya pelan, ia melihat sekeliling kamarnya. Mungkin ia tidak akan membawa koper, hanya tas ransel yang berisikan barang-barang penting. Sesuai info yang ia dapatkan dari Nathan, pesawatnya akan take-off satu jam lagi.
Ia mengambil beberapa barang setelah itu memasukkannya kedalam ransel. Menyampirkan ranselnya di salah satu bahu, ia melangkah keluar dari kamar.
Axton menuruni tangga dan sesampainya dibawah sudah ramai yang menanti dirinya. Axton menghela nafas berat, baginya ini terlalu lebay. Ia mendekat ke arah sofa dimana tempat para sahabatnya duduk.
"Ngapain?" tanya Axton kepada para sahabatnya.
"Dih, ya mau ikut nganter lo lah!" sahut Arden gemas.
"Lebay."
"Lebay lebay, lo itu mau ke Kanada, nggak tau pulangnya kapan. Jadi sebagai sahabat yang baik, kita mau salam perpisahan." kini Arley menimpali dengan narsis.
Axton hanya bisa mengangguk dan kini membalikkan badan menghampiri Krystal dan juga Emily.
"Jangan ikut nganter aku ya?" Axton memeluk Krystal seraya memejamkan matanya menikmati momen-momen ini.
Krystal terkekeh, tentu tau maksud dari anak pertamanya ini. "Safe flight, jangan lupa kabarin kalau udah sampai di Kanada. Jangan telat makan, kami akan nyusul kalian nanti." Krystal mengelus punggung Axton memberi kehangatan.
"Alright, Mom." jawab Axton lembut, tak berselang lama pelukan kembali merenggang.
Axton sedikit menunduk guna melihat adiknya yang berada disamping Krystal. Ia mendengkus kecil saat tahu bahwa adiknya menangis. Tanpa berlama-lama ia langsung membawa sang adik kepelukannya.
"Don't cry, Ly." bukannya mereda tangisan itu malah semakin kencang.
"Kenapa harus pergi lagi?" tanya Emily disela-sela menangis. Ia memeluk Axton erat seakan tidak ingin Axton pergi.
"Kan nanti kamu nyusul," Axton mencuri ciuman di pipi Emily agar tangisan adiknya mereda.
"Lama! Aku mau ikut sekarang aja!" Emily menggeleng kepalanya kuat.
"Nggak bisa, Mommy bakal sendirian." Axton membasahi bibirnya setelah itu terkekeh.
Pelukan mereka terlepas saat Axton memaksa karena ia tak bisa berlama-lama. Ia mendengkus seraya merapihkan rambut sang adik yang sedikit berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARANTHINE
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] AREA BUCIN! Kalau ditanya Axton baik, tidak. Ramah, tidak juga. Tapi entah mengapa kehidupan Axton selalu dikelilingi keberuntungan. Kekasihnya contohnya, entah hal baik apa yang ia lakukan untuk mendapatkan gadis yang cant...