Di semester enam ini Jea mengejar targetnya untuk masuk ke Universitas impiannya. Dimulai dari menambah waktu belajar, les bersama Mas Arya ia juga mengikuti tes TOEFL atas suruhan Papanya dan masih banyak lagi yang ia lakukan. Terlebih tugas sekolah juga tak pernah absen.
Jadwal Jea yang sedikit berubah dari semester sebelumnya membuat waktu Jea dengan Axton semakin sedikit saja. Sesekali Axton akan mengantar jemput Jea, makan bersama saat istirahat dan terkadang saat libur sekolah Axton menyempatkan untuk menemui Jea. Jea sendiri bersyukur karena Axton mendukung Jea untuk mencapai targetnya. Mereka juga terkadang belajar bersama walau hanya sebentar dan sisanya dipakai untuk berpacaran.
Jea berdecak saat cairan berwarna merah menetes di atas bukunya. Ia langsung mengambil tisu dan menyumpal hidungnya dengan tisu itu. Memang beberapa hari terakhir Jea sering mimisan dan mungkin saja itu faktor karena ia kurang istirahat.
"Jangan terlalu diforsir buat belajar, istirahat sehari juga nggak bikin kamu bodoh, J." Laskar berdecak melihat Jea yang sedang menyumpal hidungnya. Niatnya ia ingin memberi sepiring buah-buahan untuk adiknya yang dimabuk belajar. Tak tahunya ia malah menyiduk Jea yang sedang mimisan.
Jea memutar kursi belajarnya dan tersenyum lebar melihat buah-buahan segar yang dibawa oleh Laskar. "Wih, buat aku?"
"Iyalah, buat siapa lagi? Udahan belajarnya, mau tengah malem ini. Besok kamu sekolah juga 'kan?" Laskar meletakkan piring yang berisi buahan segar ke atas meja belajar Jea.
"Bentar lagi,"
"Berobat aja ya? Kamu pasti nggak sekali dua kali mimisan gini." Laskar duduk dipinggir tempat tidur milik Jea dan menatap adiknya khawatir.
Jea menggeleng dengan mulut yang sedang mengunyah buah. "Selesai deh ini, habis makan aku tidur kok."
"Kamu udah pasti keterima kok Dek, Abang yakin seratus persen. Kalau kamu maksain diri buat belajar yang ada malah kamu jatuh sakit dan ketinggalan banyak materi, ketinggalan banyak waktu juga. Harus seimbang istirahat sama belajar tuh."
Jea sudah tak bisa berkutik jika Laskar sedang mode Abang yang bijak seperti ini.
"Kalau aku ketolak gimana?"
"Universitas yang nolak Adek Abang rugi dong berarti, karena udah nyia-nyiain maba kayak kamu, J." Laskar tersenyum tipis, ia membatin mungkin jika Jea tidak diterima oleh dua jalur dan memilih mandiri sebenarnya Jea sanggup. Namun sepertinya Papa nya yang tak ingin.
Jea tertawa kecil mendengar perkataan Laskar. "Iya ya, masa nolak seorang Jea!"
Laskar bangkit dan mengacak rambut Jea gemas, "Udah tidur gih, kemarin Abang denger suara nangis takutnya malah kamu yang didengerin karena nggak tidur-tidur." setelah mengatakan itu Laskar langsung berlari meninggalkan Jea yang berteriak memanggil nama Laskar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARANTHINE
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] AREA BUCIN! Kalau ditanya Axton baik, tidak. Ramah, tidak juga. Tapi entah mengapa kehidupan Axton selalu dikelilingi keberuntungan. Kekasihnya contohnya, entah hal baik apa yang ia lakukan untuk mendapatkan gadis yang cant...