Jangan lupa vote dan komen.
Happy reading
🌿🌿🌿
Karena masih dalam tahap belajar, jadi setiap Aziz ada jadwal, abah Raihan selalu setia mendampingi anaknya.
Namun, sekarang tidak hanya abah Raihan yang menjadi pendamping Aziz, tapi ada dua orang kepercayaan abah Raihan, yang ikut mendampingi kemana pun Aziz ceramah. Kalau abah Raihan dan Aziz ada jadwal di hari yang sama, satu orang mendampingi abah Raihan, dan satu orangnya mendampingi Aziz.
Malam ini, Aziz sedang tidak ada jadwal, namun besok pagi, ia ada jadwal ceramah di desa sebelah.
Karena malam ini abahnya sedang ada jadwal, jadi waktunya Aziz yang mengganti sang abah mengajar malam.
Selepas mengimami sholat isya di mushola pondok putra, Aziz pulang ke rumah dulu, untuk mengambil kitab.
"Assalamualaikum" ucap Aziz ketika ia melangkah masuk ke dalam rumah.
"HUAAAA.... GAK MAU UMIII"
Mendengar tangisan Riska, Aziz mengurungkan niatnya untuk pergi ke kamarnya. Ia membelokkan langkahnya ke arah kamar Riska. "Eh eh! Kenapa?" tanya Aziz kaget melihat Riska yang sedang tiduran di lantai, kerudungnya sudah berantakkan, bahkan banyak rambut yang keluar, kakinya terus bergerak menendang nendang, jangan lupakan Riska yang sedang menangis keras. Membuat Aziz khawatir, tapi uminya hanya duduk di atas kasur, menatap Riska yang sedang seperti itu.
"Mi, ini adek kenapa?" tanya Aziz dengan nada khawatirnya menghampiri adiknya yang masih menangis.
Umi Talia menghela nafas. "Tadi aquariumnya lagi di bersihin, ikan-ikannya umi pindahin ke wadah yang kaca, tapi pas umi lagi bersihin aquariumnnya, umi gak liat ada kucing masuk rumah, pas umi selesai, mau masukin semua ikannya ke aquarium lagi, ikannya udah gak ada. Umi liat ada kucing lagi jilat-jilatin mulutnya di bawah meja makan, kayaknya di makan."
"HUUAAAAAA IKANNYAA......" Riska semakin menangis kencang saat mendengar penjelasan dari uminya.
"Ikannya di makan semua mi? Kan ada 4" tanya Aziz.
"Empat juga itu ikan cupang bang, mungkin si kucingnya gak kerasa kalau cuma makan satu, jadi di makan semua." jawab umi Talia.
"Stssss, udah udah nanti kita beli lagi besok ya?, kita beli yang banyak, kita penuhin aquariumnya" rayu Aziz mengangkat tubuh adiknya, lalu ia gendong, dan di turunkan di atas kasur.
"Hiks hiks ik-ikannya di m-makan, hiks ab-abang... Hiks" adu Riska sesenggukan.
Dengan lembut, Aziz mengusap mata dan pipi Riska yang basah terkena air mata.
"Iya gak papa, kita bisa beli lagi besok, kita beli yang banyak, kalau mau kita beli semua jenis ikan, kita koleksi semua jenis ikan. Udah ya jangan nangis?, udah gede masa ikannya di makan kucing sampe nangis kejer gitu?, kucingnya mungkin laper banget, gak ada yang kasih dia makan, jadi dia ambil ikan punya Riska, emang Riska gak kasian?, dia juga mahkluk hidup sama kayak kita yang mempunyai rasa lapar, dia pengen makam cuma gak punya makanan, saking lapernya dia ambil punya Riska deh, Riska kasian gak?"Riska mengangguk. "Yaudah sekarang Riska gak boleh nangis, besok kita beli yang banyak. Udah ya, minta maaf sekarang sama umi, tadi Riska pasti marah-marah ya sama umi?" tebak Aziz menatap mata adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dikhitbah Anak Kyai ||Telah Terbit||
Подростковая литератураYang mau pesan novel di khitbah anak kyai, bisa hubungin langsung ke ig. Deva.ni4, nanti saya akan kirim link shopeenya. Jika mau pesan lewat saya pun bisa. TELAH TERBIT DI FIRAZ MEDIA PUBLISHER! (Sebagian part telah di hapus) blurb : Setelah menye...