-sabar-

65.1K 5.5K 124
                                    

Jangan lupa vote dan komen

Happy reading

🌿🌿🌿


Tik... Tik... Tik...

Tetes demi tetes butiran air dari langit turun membasahi bumi.

"BAJU!!!" pekik Anisa saat teringat ia mempunyai jemuran. Gadis berkerudung hitam instan itu bergegas keluar kamar, berlari dengan cepat menuruni tangga menuju tempat penjemuran. Bunyi air hujan menetes digenteng, semakin terdengar jelas oleh telinga Anisa.

Mata Anisa seketika berubah berkaca-kaca saat melihat sarung dan bajunya tergeletak begitu saja di tanah. Air hujan semakin turun dengan derasnya. Anisa masih terpaku dengan bajunya.

Bayangkan saja, ia sudah cape-cape mencucinya, butuh waktu 2 hari untuk ia bisa mencuci bajunya agar bajunya bisa terjemur ditempatnya, tempat yang di tempati karena memang sudah gilirannya, tanpa menggeser atau melanggar bagian orang lain. Dan sekarang... Bajunya tergeletak mengenaskan diatas tanah yang sudah basah karena guyuran hujan. Apalagi bajunya itu warna putih.

Bruk!

Tubuh Anisa sedikit terpental saat ada seseorang yang menabrak bahu kirinya begitu keras. Entah itu sengaja atau tidak. Tangan kananya langsung memegang bahu kirinya yang terasa sakit.
"Ya Allah..." lirih Anisa. Air matanya sudah turun membasahi pipinya.

"Aku memaafkan kamu" ucap Anisa begitu pelan sambil menatap punggung orang itu.

Kedua bola mata Anisa membulat dengan sempuran saat bajunya ke injak oleh orang yang sama. Orang yang tadi menabrak bahunya. Air matanya kembali tumpah.

Anisa menerobos hujan, mengambil dua sarung, dan dua bajunya yang tergeletak. Tanpa berpikir panjang, Anisa langsung masuk ketempat pencucian.

Anisa mengambil ember miliknya, melepaskan gantungannya, dan memasukkan baju dan sarungnya yang kotor tadi kedalam embernya. Anisa menyalakan kran air, untuk mengisi embernya. Lalu ia mengambil sabun cair botol yang juga miliknya, lalu ia tuangkan kedalam ember yang sudah terisi air.

Tangannya terulur mengambil sikat cuci di meja kecil yang ada di sana. Dan itu adalah miliknya!

Selesai di cuci dan membilasnya kembali hingga bersih, tanpa ada noda lagi, Anisa menuangkan pewangi yang di belikan bundanya. Setelah beberapa menit direndam dengan air pewangi, Anisa membawa ember itu, dan tak lupa gantungannya, ke tempat jemuran.

Senyuman tipis tercetak di bibir Anisa, saat melihat tempat jemuran kosong semua.

Anisa berjalan ke saung yang tersedia disana, yang katanya di sengaja untuk penampungan jemuran yang masih basah, tapi hujan. Karena tidak mungkin jemuran yang masih basah di bawa ke kamar kan.

"Alhamdulillah" ucap Anisa senang, ketika baju dan sarunya sudah menggantung dengan rapi disaung.

"Ya Allah... Semoga baju aku tetep seperti ini posisinya, tidak bergeser sedikit pun, sampai benar-benar kering." ucap Anisa sambil mengadahkan tangannya ke atas, dan matanya menatap ke langit yang masih menurunkan air yang begitu deras.

Ada dua waktu, di mana kalau kita berdo'a, Allah akan cepat mengabulkan do'a kita. Yaitu ketika Adzan berkumandang, dan ketika hujan.

Anisa kembali ke kamar, dan berganti baju.

Anisa duduk di atas kasurnya, sambil menatap kosong pada luar kamarnya. Kalau hujan begini, pasti semua santri berada di kamarnya masing-masing.

Angkatan Anisa itu jumlahnya ganjil, jadi pasti ada yang satu kamar sendirian. Karena di pesantren Al-hidayah itu satu kamar dua orang.

Dikhitbah Anak Kyai ||Telah Terbit||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang