-sekolahan baru-

56.6K 5.2K 92
                                    

Jangan lupa vote dan komen disetiap paragraf


Happy reading...


🌿🌿🌿

Anisa memakaikan dasi abu-abu di kerah baju putihnya dengan cepat. Jam sudah menunjukan pukul 05:25, tapi ia baru bersiap. Tadi setelah subuh, ia gak kerasa ketiduran di mushola saat sedang tadarus. Untung saja tadi Erna lewat, mau masak-masak di ndalem. Kalau ia ketiduran di kamar, sampai jam sembilan pun gak akan ada yang bangunin.

"Ya Allah ya rabb..., kenapa aku bisa ketiduran sih tadi?!!, perasaan tadi aku udah jalan deh bareng temen aku, terus udah duduk juga di kelas, tapi kok-- aku masih di pondok??" Anisa terus menggerutu kesal. Berarti tadi ia mimpi, padahal kayak nyata banget.

Selesai memakai dasi, dan merapikan kerudungnya, Anisa langsung menyambar tas nya yang menggantung di paku, lalu ia langsung berlari ke bawah.

Sampai di bawah, lingkungan pesantren sudah sepi, sepertinya para santri yang sekolah, udah pada berangkat. Mengingat jarak pondok dan sekolahan maupun itu SMP, MTS, SMA, SMK, itu jaraknya lumayan jauh. Dan juga, jam segini sudah di bilang siang bagi para santri yang sekolah.

Selesai memakai sepatu, Anisa kembali berlari keluar gerbang. Ia terus berlari menuju sekolahannya, benar-benar tidak berhenti sejenak pun.

"Huh! Huh! Huh! Astagfirullah, cah- hosh peh, Allahu Akbar" Ucap Anisa ngos-ngosan sambil memegang gerbang sekolah. Ia jalan tikus tadi, ia dapat trik dari Erna untuk lewat jalan kecil. Sama seperti yang Erna lakukan saat ia sekolah di sini.

"Ceh-peth sih, t-tapih huh! Jalannya kecil, larinya sedikit susah" ucap Anisa sambil mengusap keringatnya yang bercucuran di pelipisnya.

Setelah mengatur nafasnya agar lebih tenang, Anisa kembali berjalan cepat ke kelasnya. Anisa masih bersyukur, bel masuk belum berbunyi.

Anisa tampak canggung di dalam kelas, ia belum punya teman di kelas, tidak ada yang mengajaknya berkenalan. Dan, ia juga malu untuk memulai atau mengajak mereka berkenalan. Mereka sempat berkenalan pas pertama kali mereka masuk, tapi Anisa tidak ingat. Kadang mukanya tau tapi namanya gak inget. Kadang namanya tau, tapi mukanya gak inget yang mana.

Anisa masuk kelas 10 IPA 1. Rata-rata di kelas ini pakai kaca mata. Entah emang benar min, entah untuk gaya saja Anisa tidak tau.

Puk!

Anisa menoleh saat ada yang menepuk bahunya. Ia langsung tersenyum tipis dan mengangguk pada orang itu, "Iya, kenapa?" tanya Anisa ramah.

"Anisa kan?" tanyanya.

Anisa mengangguk, "Iya" jawabnya seadanya.

"Lo gak kenal gue ya?"

Anisa menatap wajah gadis itu dengan lekat, ia mencoba mengingat wajah gadis itu, tapi ia memang tidak mengenalinya sama sekali, "Apa kita pernah ketemu?" tanya Anisa

Gadis itu mengangguk, "Ya, kita pernah ketemu, bahkan kita pernah satu sekolah."

"Hah?" Anisa menyerit bingung.

"Iya, kita satu alumni MTS yang sama. Kita pernah ketemu di kantin sekilas, gue mau keluar dan lo baru masuk kantin bareng Najwa. Mungkin lo gak kenal gue, tapi gue sangat kenal dengan lo. Lo siswi paling pintar satu angkatan, siapa yang gak kenal lo?. Lo juga jarang keluar kelas, karena itu mungkin lo gak kenal sama teman-teman satu angkatan lo. Termasuk gue." jelas gadis itu.

Dikhitbah Anak Kyai ||Telah Terbit||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang