-sedikit kesalah fahaman-

56.5K 5.2K 105
                                    

Jangan lupa vote dan komen

Happy reading...

🌿🌿🌿

Dia hari ketiga setelah kejadian itu, kaki Anisa sudah sembuh. Para santri yang melanggar aturan, sudah di beri hukuman sesuai aturan yang mereka langgar. Tapi, walaupun Nita tidak melanggar aturan, dia ikut di hukum oleh abah Raihan dan umi Talia. Karena Nita sudah melakukan kekerasan pada Anisa.

Nita di hukum turun jabatan. Yang awalnya dia menjadi wakil ketua pondok putri, sekarang turun menjadi seksi kebersihan. Sedangkan Anisa di angkat menjadi wakil ketua. Semua pengurus kembali di ubah oleh abah Raihan dan umi Talia. Dan Aziz ikut andil dalam permilihan pengurus baru.

Abah Raihan dan umi Talia menurunkan jabatan Nita, bukan hanya karena dia telah melakukan kekerasan pada Anisa, tapi dia juga kurang bertanggung jawab. Dia jarang ngajar santri-santri, jarang bantu di ndalem, pokoknya Nita itu jarang sekali memperhatikan dan mengurus para adik-adiknya. Nita ikut bergerak kalau ada razia aja. Dia akan berada paling depan kalau memarahi para santri.

Dulu sebelum abah Raihan dan umi Talia mengangkat Nita menjadi wakil, dia itu sangat rajin dan terlihat tegas orangnya, sehingga abah dan umi mempercayainya menjadi wakil ketua. Awal dia jadi wakil, menjalani semua tugasnya, seperti mengecek para santri, membantu umi nerima hafalan, ikut bantu bantu di ndalem, kalau di ndalem lagi ada acara pun, dia yang mempersiapkan semua hidangannya. Kalau sekarang, jangankan mengecek dan memperhatikan para santri, bantu umi Talia masak pun yang termasuk sudah tugasnya, sekarang dia sama sekali tidak pernah ikut membantu lagi.

Sepulang sekolah, Anisa langsung mandi, kemudian ia pergi ke ndalem untuk membantu umi Talia dan Erna memasak untuk para santri dan untuk keluarga umi Talia.

"Assalamualaikum" ucap Anisa ketika ia masuk ke dapur ndalem lewat pintu belakang. Karena ia bisa melihat ada beberapa sendal asing di depan rumah, Anisa pastikan kalau abah Raihan dan umi Talia sedang kedatangan tamu.

"Waalaikumussalam" jawab Erna menoleh pada Anisa.

"ada tamu ya teh?" tanya Anisa berjalan mendekati Erna yang sedang membuat jus.

Erna mengangguk saja, ia pokus memeras jeruk. "Eh, teteh lupa. Tolong belahin melon nis, itu melonnya udah di atas meja makan. Terus ambil anggur dari kulkas, hidangin di piring."

"Siap teh" jawab Anisa. Gadis itu mengambil pisau di rak, lalu berjalan ke meja makan, mengambil melon yang sudah setengah lingkaran, dan mulai memotongnya.

"Udah lama teh tamunya?" tanya Anisa tampa memberhentikan aktivitasnya.

"Belum, baru lima menitan kayaknya." jawab Erna.

Selesai Erna membuat jus jeruk, Anisa selesai memotong motong melon, mereka pergi ke ruang tamu. Di sana ada abah, umi, gus Aziz, 2 orang yang sudah tidak muda lagi, dan satu perempuan cantik bergamis panjang, dan memakai kacamata.

Erna membawa nampan berisi tiga gelas jus jeruk, dan Anisa membawa nampan berisi satu piring melon yang sudah ia potong, dan juga satu piring berisi anggur hijau dan merah.

"Gus Aziz belum punya calon istri kan?, gimana kalau di jodohkan dengan anak saya han,li?"

Anisa yang sedang menghidangkan buah buahan di meja, tentu sangat mendengar jelas ucapan pria paruh baya yang tak ia kenali itu.

Dikhitbah Anak Kyai ||Telah Terbit||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang