Jangan lupa vote dan komen
Happy reading
🌿🌿🌿
Dari satu jam yang lalu, Anisa terus memeluk ayahnya. Menyandarkan kepalanya di dada sang ayah. Dada ayahnya adalah tempat ternyaman Anisa ketika sedang sedih, dan merasa cape.
Acara sudah selesai kurang lebih satu jam yang lalu. Karena hari sudah sangat malam, banyak para orang tua yang memilih menginap dulu, dan akan pulang besok pagi. Termasuk orang tua Anisa, mereka memilih untuk menginap.
Saat ini mereka bertiga sedang berada di kamar Anisa. Bunda Rina tiduran di atas kasur anaknya, sedangan ayah Hasan duduk bersandar di tembok, dengan kaki terbuka karena ada Anisa yang tiduran, dengan kepala di sandarkan di dadanya dan tangannya memeluk pinggangnya.
"Ayah ngantuk?" tanya Anisa mendongak.
Ayah Hasan tersenyum. "kenapa?" tanyanya mengusap kepala anaknya.
Anisa melepaskan tangannya, "Ayah pasti ngantuk, yaudah tidur aja deh."
Ayah Hasan terkekeh pelan, mengacak puncak kepala anaknya gemas.
"Yaudah, ayah ke pondok putra dulu ya?, bunda udah tidur tuh, kalo nanti bunda cariin ayah, bilang aja ayah udah ke pondok putra"Anisa beralih menatap bundanya, ia sontak langsung terkekeh melihat bundanya yang terlihat nyanyak sekali tidur. "Iya yah"
Anisa bergeser menjauh dari tubuh ayahnya agar ayahnya bisa berdiri dengan gampang. Anisa ikut berdiri saat ayahnya sudah berdiri, mengambil tangan kanan ayahnya, lalu ia cium.
"Di kunci kamarnya, jangan lupa, " pesan ayah hasan sebelum keluar dari kamar.
Anisa mengangguk, "siap ayah"
"Assalamualaikum" ucap ayah Hasan sambil melangkah keluar.
"Waalaikumussalam" jawab Anisa sambil berjalan di belakang ayahnya. Anisa berdiri di ambang pintu, menatap punggung ayahnya yang mulai menjauh. Melihat ayahnya sudah menuruni tangga, Anisa kembali masuk kamar, menutup pintu tak lupa menguncinya.
Anisa berbalik, dan langsung tersenyum saat matanya kembali menatap bundanya. Ia duduk, dan mencondongkan badannya agar bisa mengecup pipi bundanya.
"Selamat tidur malaikat tak bersayapnya icha"Setelah mengatakan itu, Anisa berbaring di samping bundanya.
Anisa berbaring di lantai, tak beralas apapun. Kasur Anisa hanya cukup dengan satu orang, tapi walaupun begitu anisa sangat senang, ia bisa tidur berhadapan dengan bundanya. Sudah lama ia tak tidur bersama bundanya.
Karena kasurnya tidak pakai ranjang, jadi ia bisa tidur berhadapan langsung dengan bundanya.
Mata Anisa yang memandang wajah cantik bundanya, mulai memberat, dan tak sadar Anisa mulai memasuki alam mimpinya.
Ke esokan paginya, selesai sholat subuh, para orang tua yang semalam menginap, satu persatu mulai pulang. Suasana pesantren yang tadinya sangat ramai, kini mulai sepi. Ada beberapa santri yang izin untuk pulang dulu.
Umi Talia tentu mengizinkan. Karena mereka pasti butuh refreshing, butuh jalan-jalan untuk menyegarkan kembali tubuh mereka yang panas karena hafalan-hafalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dikhitbah Anak Kyai ||Telah Terbit||
Novela JuvenilYang mau pesan novel di khitbah anak kyai, bisa hubungin langsung ke ig. Deva.ni4, nanti saya akan kirim link shopeenya. Jika mau pesan lewat saya pun bisa. TELAH TERBIT DI FIRAZ MEDIA PUBLISHER! (Sebagian part telah di hapus) blurb : Setelah menye...