-kembali berpisah-

51.9K 4.5K 41
                                    

Jangan lupa vote dan komen


Happy reading

Di satu kamar, ada seorang lelaki, tengah menatap sebuah celengan yang lumayan besar di tangannya dengan senyuman lebar tercetak di bibirnya. Dia senang, akhirnya rencana ingin memenuhi celengan sebelum ia berangkat ke negeri orang, akhirnya terpenuhi.

Dulu ia berpikir, mengisi celengan yang ukurannya lumayan besar sampai penuh dalam jangka waktu satu tahun itu sangat tidak mungkin. Namun, tidak ada yang tidak mungkin bukan di dunia ini?, Allah itu maha sempuran, Allah bisa menjadikan sesuatu yang menurut manusia sangat tidak mungkin, menjadi sangat memungkinkan.

Kalau kalian mau berikhtiar, mau berdo'a, mau berjuang, mau sabar, pasti Allah akan mengabulkannya. Sekali pun itu sesuatu yang menurut kamu mustahil!.

Besok, Aziz akan terbang ke london. Aziz akan melanjutkan kuliahnya yang sempat tertunda 3 tahun kemarin, di london.

Sebenarnya, tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya yaitu kuliah, Aziz tidak mempermasalahkan. Namun, umi dan abahnya lah yang memaksanya untuk tetap melanjutkan kuliah. Mereka bilang, walaupun Aziz sudah ketinggalan berapa tahun juga, Aziz harus tetap melajutkan kuliah.

Di pertengahan tahun ia berjuang mempersiapkan sesuatu untuk di hari esok, Aziz sempat berpikir untuk tidak melanjutkan pendidikannya, ia ingin pokus untuk bekerja, tetapi kedua orang tuanya tidak setuju, terutama abahnya. Akhirnya, Aziz memilih untuk menurut pada orang tua.

Hari ini, rumahnya sangat rame, karena keluarganya yang ada di cirebon, tepatnya keluarga abahnya, yaitu abah Raihan, berkunjung ke rumah.

"Abang Aziz!!, turun, makan siang!"

Aziz menoleh ke arah pintu yang di ketuk seseorang dari luar. Aziz menaruh kembali celengan di tangannya ke dalam lemari bajunya. Kemudian, Aziz beranjak membukakan pintu.

"Ayo" ajak Aziz mengusap kepala Riska sebentar sebelum mereka menuruni tangga.

"Abang, nanti kita jalan-jalan yuk, ke mall, bareng yang lain" ajak Riska antunias.

"Riska yang bayarin?" tanya Aziz.

Riska menggeleng cepat, "No, abang Aziz yang bayarin."

Aziz tertawa, tangannya mengusap gemas puncak kepala adiknya. "Iya, nanti sore ya?"

"Beneran?" tanya Riska antusias, bahkan anak itu meloncat loncat kecil ketika abangnya menganggukan kepalanya.

Aziz dan Riska sampai di ruang makan. Di sana sudah terlihat ramai. Para laki-laki yang sedang bercanda-canda, dan para perempuan yang sedang menghidangkan berbagai macam masakan mereka.

"Kalau Imran sana Hadi, udah punya calon gak nih?" tanya abah Raihan pada kedua pemuda di hadapannya. Kedua pemuda itu adalah anak dari adik pertamanya, bernama Yusuf Ahmad Alfarizki.

Keluarga Alfarizki mempunyai dua pondok pesantren, Al-ikhlas dan Al-hidayah. Pendiri kedua pondok pesantren itu bernama Furqan Alfarizki, yang di kenal dengan sebutan buya dan abah. Tidak semua orang memanggilnya buya, dan tidak semua orang memanggilnya abah. Masyarakat setempat memanggilnya buya, sedangkan panggilan abah sering di gunakan oleh keluarga besarnya, dan warga pondok pesantren, atau santri-santrinya.

Dikhitbah Anak Kyai ||Telah Terbit||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang