-nasihat abah dan umi-

48.3K 4.1K 27
                                    

Jangan lupa vote dan komen


Happy reading

"Denger gak?"

Anisa mengangguk. Dari jam delapan sampai sekarang jam sudah menunjukan pukul 9 malam lebih, umi Talia dan abah Raihan menceramahinya. Erna yang sedari tadi menamani Anisa, sesekali tertawa melihat Anisa yang di ceramahi umi dan abah habis-habisan.

"Lain kali kalau ada apa-apa langsung cerita ya neng," pesan abah Raihan menatap Anisa yang sedang menunduk, dengan tangan saling bertautan.

"Iya bah" jawab Anisa pelan.

"Awas aja kalau ketauan telat makan lagi, umi bakal marahin kamu habus-habisan. Er, awasin si neng yang bandel ini" ujar umi Talia menatap Erna sekilas, lalu kembali menatap Anisa.

"Siap mi," sahut Erna terkekeh.

"Beneran gak lagi ngegalau kan karena di tinggal sama bang Aziz?" tanya abah Raihan menggoda calon menantunya.

"Beneran abah, teh Erna mah sok tau itu," jawab Anisa melirik tajam Erna. Sang empu hanya diam dengan wajah ngeselinnya.

"Kalau emang bener galau di tinggal bang Aziz, atau kangen gitu, nanti kita vc-an sama bang Aziz." ucap umi Talia serius.

Anisa mendongak menatap umi Talia, "Enggak kok mi, biasa aja, jangan dengerin teh Erna, dia mah sok tau. Lagian kan gak di bolehin sama kakek" ucap Anisa.

"Bukan gak di bolehin neng, tapi nunggu waktu dulu. Kakek mau kasih bang Aziz waktu untuk membiasakan diri tanpa kehadiran kamu, dan kasih waktu buat kamu untuk membiasakan diri tanpa kehadiran bang Aziz. Kakek itu tau, kalian berdua pasti sama-sama kehilangan. Maka dari itu, untuk sementara waktu kakek melarang kalian komunikasi, bukan hanya sama neng doang kok, sama umi, abah juga gitu. Pokoknya kita gak boleh hubungin bang Aziz dulu, untuk sementara waktu." jelas umi Talia.

"Dan ini juga demi masa depan bang Aziz, dan demi masa depan neng juga. Biarkan kalian membiasakan diri kalian tanpa kehadiran masing-masing." tambah abah Raihan tersenyum pada Anisa yang juga sedang menatap ke arahnya.

Anisa hanya mengangguk. Ia tak tau harus merespon seperti apa selain mengangguk.

"Sekarang kalian balik ke pondok, istirahat. Tidurnya jangan malam-malam, apalagi neng harus sekolah besok." ucap umi Talia menatap Erna dan Anisa yang duduk di depannya secara bergantian.

"Iya mi," jawab mereka kompak.

"Yaudah gih, balik ke pondok."

Anisa dan Erna menyalami umi Talia dan abah Raihan bergantian, lalu keluar tak lupa mengucap salam kepada mereka.

🌿🌿🌿

Seorang lelaki sedang duduk bersama temannya di salah satu restoran london. Mereka mengobrol layaknya seperti sodara, walaupun mereka berbeda. Entah itu dari asal kota kelahiran, keturunan, sampai tempat ibadah, dan keyakinan mereka masing-masing, semuanya berbeda.

Mereka berdua masih satu Tuhan yang sama. Hanya saja, yang satu meyakini nabi Muhammad SAW, dan satunya menyakini yesus. Mereka berdua tidak pernah saling mengejek, mereka saling menghargai kepercayaan masing-masing.

Dikhitbah Anak Kyai ||Telah Terbit||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang