-Debaran-

59K 5.1K 59
                                    

Jangan lupa vote dan komen disetiap paragraf.

Happy reading

🌿🌿🌿

Hari demi hari, bulan demi bulan, telah Anisa lewati dengan penuh perjuangan dan kesabaran. Tak terasa, Anisa sudah tiga tahun di pesantren Al-Hidayah. Tepat kemarin, yaitu hari sabtu, Anisa perpisahan di MTS nya.

Sebuah kebahagiaan bagi Anisa saat dirinya kembali memenangkan peringkat satu di kelasnya, dan juara umum pertama, dari satu angkatannya. Anisa tak berhenti bersyukur kepada Allah, atas kehendak_nya Anisa bisa kembali memenangkan ini, seperti dua tahun sebelumnya.

Namun, hari ini adalah hari yang mungkin paling Anisa benci, dan ini adalah hari yang paling Anisa takutkan. Yaitu perpisahan.

Kenapa Anisa benci? Sedangkan ia tau setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan???

Karena setelah perpisahan akan hadir rasa rindu yang menyiksanya! Akan ada rindu yang sulit di tenangkan!!!.

Hari ini, di mana Anisa harus menyaksikan, mengikhlaskan kepergian orang-orang yang telah mengisi hari-harinya yang terasa berwarna karena kehadiran mereka. Hari-harinya yang berat, namun karena adanya kehadiran mereka dengan candaan-candaan khas mereka, membuat hari-hari itu terasa mudah dan terasa ringan.

Pesantren Al-Hidayah adalah saksi persahabatan mereka. Tempat ini yang menjadi saksi atas canda dan tawa mereka. Tempat ini yang menjadi saksi atas keberhasilan perjuangan mereka, dan tempat ini yang menjadi saksi perpisahan mereka hari ini.

"Setelah ini, apakah kalian akan lupa sama aku?, di sana pasti kalian akan mempunyai teman dan mungkin sahabat baru, apa kalian akan tetap ingat aku?" tanya Anisa tersenyum manis menatap satu persatu sahabatnya yang akan pindah, walaupun tersenyum, namun air matanya terus mengalir membasahi pipinya.

Najwa melangkah maju mendekati Anisa. Lalu memeluk Anisa dengan erat. Di susul oleh para sahabatanya yang lain. Hanya Anisa yang akan menetap di pesantren Al-Hidayah.

"Kamu kan sahabat kita, terlalu mustahil kalau kita akan lupain kamu. Dan mustahil kita bisa lupain Anisa si gadis cantik tiada tandingannya ini," ucap Najwa terkekeh. Najwa terus berusaha agar tidak mengeluarkan tangisannya. Kalau ia ikut menangis, lantas siapa yang akan menguatkan Anisa?

"Iya, bener kata Najwa. Aku bakal ceritain kamu ke teman-teman aku nanti di sana. Kalau aku punya sahabat yang masya Allah cantik, pinter, sholehah, baik pake banget, dan sahabat yang mempunyai senyuman manis namun mematikan." ujar Nessa sambil sesekali menarik cairan yang akan keluar dari lubang hidungnya.

"Sia-sia rasanya jika persahabatan kita hanya di dunia, mari bergandengan menuju syurga..." ucap Widia.

Mereka mengangguk haru. Satu persatu, mereka mulai melepaskan pelukannya dengan Anisa, ketika para orang tua mereka memanggil untuk segera pulang karena langit terlihat mendung.

Anisa menatap para sahabatnya bersaliman pada abah Raihan dan umi Talia, sambil tersenyum tipis. Setelah bersalaman, mereka semua berdiri menghadap Anisa.
"ASSALAMUALAIKUM ICHA CANTIK, JANGAN NANGIS TERUS, SAMPAI JUMPA DI HARI ESOK. SEHAT-SEHAT TERUS YAAAAA" Ucap mereka berteriak kompak seraya melambaikan tangan mereka.

Anisa terkekeh di sertai dengan air matanya kembali turun dengan derasnya. Tangannya terangkat membalas lambaian tangan mereka. "Waalaikumussalam, kalian juga sehat-sehat ya di sana" ujar Anisa sedikit berteriak dengan suara seraknya.

Dikhitbah Anak Kyai ||Telah Terbit||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang