ㅈCHAPTER 21ㅈ

91 10 0
                                    

'|¢|'
Happy
Reading's
'|¢|'

°
°

°
°
°


Brak!

Viona menendang kasar pintu kamarnya.Tangan gadis itu terkepal kuat melihat pemandangan menjijikkan dihadapannya.

Suaminya tengah bercumbu dengan chrissa.

"Anjing!"umpat viona tertahan.

"Naa"leon tersentak kaget pria tanpa busana itu berdiri sempoyongan.

"Naa"panggilnya mencoba menggapai tangan viona.

Viona menepis tangan leon"jangan sentuh gue,jijik tau gak?"tanya viona tersenyum sinis.

"Maaf"ucap leon dengan nada bersalah tanpa aba-aba  cowok itu mendekap viona.

Tangan viona menggantung di udara "buat apa hm?"

"Gue kecewa"viona mendorong leon menjauh.

"Minggir"tubuh kekar itu terdorong kebelakang bau alkohol yang begitu menyengat masih menempel di tubuh viona.

Mengendus aroma tubuhnya viona menatap leon"mabuk?"tanya viona mengalihkan pandangannya.

Di pojok kamar viona melihat chrissa yang tersenyum sinis kearahnya.

"Na maaf aku salah"leon menunduk

"Apa dengan lo minta maaf semua nya bakal bisa di perbaiki hm?"

"Naa aku bisa jelasin semuanya nggak sepert---"

viona mengangkat kelima jarinya keudara memberitahu leon untuk berhenti berbicara
" semuanya udah jelas gak ada yang perlu di jelasin lagi"imbuhnya dengan nada kecewa.

"Gue pamit,"viona menyodorkan benda mipih kearah leon.

Dengan langkah cepat viona pergi,pergi dalam artian sebenarnya perempuan itu menangis tergugu di dalam mobilnya.

"Maafin bunda ya sayang"---batinnya melus perut datar nya.

"Zevan ayo lan---"

Ucapan chrissa terpotong dengan kasar leon menarik pergelangan chrissa.

Gadis yang sudah memakai pakaian itu lantas tersenyum penuh kemenangan.

"Ayo lah baby,kau menikmatinya hm?"

"Maaf kan aku"chrissa merubah mimik wajahnya menjadi sepeeti orang yang prihatin "eum apa obatnya berfungsi dengan baik? hahaaa"chrissa tergelak.

"Pergi!"sentak leon mendorong chrissa kasar.

Praaaang

Praaang...

Leon membuang asal pas bunga besar itu tak sampai disitu leon memukul kaca dengan gepalan tangannya.

Cowok itu kalap.

"Aaaargh!"jeritnya saat merasakan kepalanya yang terasa pecah.

"Lo bodoh eon!kenapa lo bisa tergoda sama jalang itu"leon meracau tak jelas.berjalan sempoyongan mengambil boxer dan baju kaosnya.

Praaang!

praaang!

Dengan nafas memburu leon mengambil ponselnya mengetik beberapa kata pada layar ponselnya.

Me

Vio maaf
Kamu dimana sayang
Tespack?k-kamu hamil?
Sayaang maafin

/read

"Dimana?"tanya leon pada seseorang di seberang telepone.

"Nona di mansionnya tuan"

Tuut

Dengan langkah tergesa gesa leon berlari dengan kunci mobil yang ia ambil cepat.Meninggal kan kamarnya dengan keadaan persis Seperti kapal pecah.

Mengendarai mobil dengan ugal-ugalan.Tak butuh waktu lama leon sampai di depan gerbang mansion viona--lebih tepatnya istana keluarga regatrio.

Tubuh leon membeku cowok itu menatap nyalang kedepan dengan tangan yang terkepal kuat.

Tampaknya kedua orang yang tengah berpelukan itu belum menyadari keadaannya.

"Gini aja. Bentar"ucap Devan dengan suara pelan.Cowok berjaket cokelat tua itu semakin mengerat kan pelukannya.

Viona membalas pelukan devan entah kenapa yang pasti gadis itu merasa bersalah setelah mendengar penjelasan devan.

"Maaf buat kamu nungggu na"pelukan itu terlepas.Tangan kekar Devan terangkat tuk menghapus jejak air mata  viona.

"Jangan nangis"pinta devan dengan tatapan teduhnya.

"Hiks maaf a-aku"viona kembali memeluk tubuh devan menyembunyikan kepala nya pada dada bidang cowok itu.

"Cup cuup jangan nangis hei"

Si penyakitan itu,ingin bermain sepertinya---batin leon terkekeh sinis.



"Jelasin"ucap viona tenang.

Mereka tengah duduk di atas karpet kecil di taman belakang.Suasana malam yang tidak begitu dingin membuat viona mengajak devan untuk melihat hamparan bintang.

Menarik nafas panjang devan mulai memantapkan niat untuk menjelaskan semua kesalapahaman dulu.

"Bukan keinginan aku buat pergi tapi keadaan yang memaksa naa----"

•••••••

V I O N A ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang