7. Bawelnya Raja

26 4 7
                                    

"Bang, bisa keluar beliin sabun cuci piring? Habis nih soalnya," tanya Anin.

Raja menatap ke arah Anin kemudian mengangguk pelan, "Bisa kok," jawabnya kemudian menerima uang yang Anin berikan padanya lalu keluar.

Setelah selesai memeriksa stock opname kafe, Anin bergegas untuk merapikan kembali kursi dan meja yang habis dikunjungi oleh pelanggan sembari menunggu Raja yang tengah keluar untuk memberi sabun cuci piring.

Tak terasa waktu terus berjalan, Anin bersyukur sekarang memiliki pekerjaan yang menurutnya sangat nyaman ini.

Sudahkah kamu bersyukur hari ini?

Mungkin yang terlihat saat ini terasa berat dan memusingkan. Tapi, ayo kita tetap berusaha untuk bisa mengucapkan rasa syukur daripada hanya mengeluh.

Semangat!

Setelah dilihat Anin kafe tersebut sudah rapi, Anin bergegas mendekati mesin pembuatan esspreso itu dan bergegas membuat kopi.

Hari ini Anin sudah meminum gelas ketiga dari rumah sampai ke kafe.

Semoga enggak jadi penyakit.

KRING!

"Selamat datang di-," ucapan Anin terpotong saat melihat ternyata Raja yang memasuki kafe tersebut. "Cepet amat belanjanya?" tanya Anin.

Raja terkekeh pelan, "Iya dong. 'Kan tempatnya juga enggak jauh, Nin," jawab Raja lalu memberikan kantong berisi sabun cuci piring itu.

Setelah menerima kantong plastic tersebut, Anin bergegas menuju tempat cuci piring dan membersihkan beberapa piring dan gelas yang kotor itu.

"Wih, kamu beli risoles dimana, Nin?" tanya Raja.

Anin menatap Raja sejenak kemudian mengalihkannya kembali pada piring dan gelas, "Tadi aku ada nemu di jajanan pinggir jalan gitu, bang. Ambil aja ya," ucap Anin.

"Aku emang sengaja beli banyak buat Bang Raja, Mbak Nanda, dan Bu Rahma juga," sambung Anin.

Raja mengambil satu risoles itu dari kantong kemudian langsung melahapnya. "Wah, enak juga risolesnya!" puji Raja jujur,

Anin tertawa pelan kemudian mendekati Raja setelah piring dan gelasnya sudah ia cuci, "Iya 'kan? Aku tadi udah coba satu dan emang enak banget," ujarnya lembut.

Raja menggeserkan kantong tersebut agar Anin bisa mengambil risoles itu dengan mudah.

Gadis itu mengambil beberapa risoles dan ia letak di atas piring kemudian bergerak menuju dapur. "Mbak Nanda, Bu Rahma, ini ada risoles ya buat kalian. Nikmati aja ya," ucap Anin lembut.

"Makasih ya Nin," ucap Nanda dan Rahma bersamaan setelah menerima piring berisi risoles itu. Anin mengangguk mantap kemudian kembali mendekati Raja.

Ia mengambil lagi satu risoles dan beberapa cabai yang ia nikmati.

Saat satu cabai itu memasuki mulut Anin, Raja masih terdiam saja. Namun ketika risoles masih satu dan Anin sudah memakan lima cabai dan satu risoles, Raja terbelalak menatapnya.

"Eh, Nin. Itu cabenya banyak banget," ucap Raja terkejut.

Anin menatap raja dengan tatapan bingung, "Emang biasanya aku begini kok," ucapnya polos membuat Raja menggeleng pelan.

"Nin, kamu itu jangan banyak makan cabe kalau punya maag. Itu banyak Nin," ucap Raja terheran.

"Loh emang biasanya aku makan cabenya banyak juga karena ini cabenya kecil-kecil bang," terang Anin menjelaskan.

"Tetap aja itu banyak, Nin," ujar Raja membuat Anin hanya bisa terdiam dan menggeleng pelan. Dirinya merasa speechless dengan apa yang Raja ucapkan.

Mawar Jingga [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang