8. A Promise?

20 4 0
                                    

Hi, happy reading.
Jangan lupa vomen, enjoy!

Hari ini Anin terbangun cukup pagi. Seperti janji Steven seminggu yang lalu, keduanya akan pergi ke pantai sore ini. Maka dari itu Anin mengajak Nabila untuk tukar shift hari ini.

"Pagi bunda," sapa Anin sudah rapi dengan pakaian kerjanya.

Sania menatap Anin yang tengah menuruni tangga itu kemudian tersenyum, "Pagi Nin. Shift pagi ya hari ini?" tanya Sania.

Anin mengangguk pelan sembari mendekati meja makan, "Iya, bunda. Hari ini Anin shift pagi soalnya sore mau pergi sama Bang Steven," jawab Anin.

"Ya udah kalau gitu. Ini bunda ada siapin bekal buat kamu ya. Jangan lupa sarapan ya," perintah Sania.

"Iya bunda. Siap laksanakan," sahut Anin dengan nada bercanda.

Sania hanya menggelengkan kepalanya pelan terheran dengan perilaku Anin yang begitu sulit dimengerti. "Ayah sama Milla udah berangkat ya, bun?" tanya Anin lagi sambil merapikan kotak bekalnya.

"Iya. Kemarin malam ayah bilang mau pergi lebih awal soalnya ada urusan juga," jawab Sania yang tengah memberesi piring kotor.

Anin hanya meresponi dengan anggukan pelan kemudian berpamitan untuk pergi ke café.

Setelah beberapa menit Anin dibonceng oleh abang ojol, tibalah ia di Camellia Café. Anin memberikan beberapa lembar uang kepada abang ojol kemudian bergegas masuk ke dalam.

"Selamat pagi, Mas Yudi," sapa Anin semangat.

Yudi cukup terkejut mendengar teriakan Anin yang menggema di kafe, "Kamu ini ngagetin aja," protes Yudi.

Anin terkekeh pelan menatap Yudi, "Hehehe, maaf ya. Aku sengaja soalnya," ucap Anin bercanda.

"Oh, gitu ya sekarang," ledek Yudi membuat Anin tertawa. "Bercanda doang mas," balas Anin.

Yudi hanya memeletkan lidahnya tak peduli membuat Anin mendengkus pelan. Anin pun ikut merapikan beberapa barang di café itu dan mengecek semuanya.

Setelah beberapa jam, Anin dan Yudi dapat beristirahat sejenak. "Mas, bekal nggak nih hari ini?" tanya Anin.

Yudi mengangguk merespon Anin, "Iya dong," ucapnya.

"Aku juga bekal hari ini. Makan yuk mumpung sekarang enggak rame banget." Anin mengeluarkan tas kecil berisi bekal yang tadi Sania buatkan untuknya.

"Lihat nih, Nin. Istriku masak enak lagi hari ini," ucap Yudi sambil menunjukkan makanan yang ada di dalam kotak bekal miliknya.

"Wih, istrinya Mas Yudi ini emang jago masak ya," puji Anin.

"Oh, jelas Nin. Siapa dulu pemasok uang kasnya," ucap Yudi tertawa. "Semua masakan tergantung pemasukan kasnya ya, Mas." Anin tertawa pelan.

"Oh, iya bener. Kalau pemberianmu sedikit, masakan yang ada pun sedikit. Tapi kalau seperti ini kamu mengerti 'kan pemasukan untuk dia gimana." Yudi menaik-turunkan alisnya dengan percaya diri.

"Oke baik. Yang kayak gini kagak bisa dilawan emang," ujar Anin.

"Makanya nikah, Nin. Seru tahu," usul Yudi.

"Mohon maaf sangat random ya tiba-tiba nyaranin orang menikah," ucap Anin terheran.

Yudi menatap Anin yang protes itu dengan gemas layaknya bercanda dengan adik perempuannya, "Emangnya salah kalau aku saranin kamu nikah? 'Kan siapa tahu emang udah mau nikah 'kan?" ujarnya.

Anin menggeleng pelan, "Engga dulu deh, Mas. Mau nikah sama siapa coba?" tanyanya bingung.

"Ya siapa tahu sama Raja 'kan?" ejek Yudi membuat mata Anin terbelalak.

Mawar Jingga [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang