5. Pisah dulu ya!

26 6 3
                                    

Hi, selamat membaca ya!
Vote dan komennya jangan lupa :D

Hari ini Anin mengetahui bahwa Raja tukaran shift sama Nabila. Raja berada di shift pagi dan Nabila akan satu shift dengan dirinya.

Setelah kemarin kejadian bekal untuk Raja itu, entah mengapa rasanya Anin semakin penasaran dengan Raja.

Raja terlihat begitu ramah dan mampu membuat Anin bisa saja salah paham dengan tingkah laku yang Raja tunjukkan padanya.

Anin terbangun dari tidurnya pada pukul 6.30 pagi. Hari ini ia berjanji mau mengantar adiknya Milla untuk ke sekolah.

TOK..TOK..TOK

"Kak Anin," panggil Milla dari depan pintu kamar Anin. Anin beranjak dari kasurnya dan membuka pintu kamar tersebut.

Milla sudah siap dengan pakaian sekolahnya dan terlihat begitu rapi serta lucu.

"Iya, Milla. Kak Anin udah bangun kok," ucap Anin seolah tau tujuan Milla mengetuk pintu kamarnya.

Milla mengangguk sembari tersenyum pelan menatap Anin, "Oke, Kak Anin. Kata bunda harus sarapan dulu ya," ujarnya pelan.

Anin mengangguk paham kemudian Milla beranjak dari kamar Anin membiarkan kakaknya itu mandi dan bersiap.

Setelah Anin sudah mandi dan bersiap walau hanya mengenakan kaos biasa serta celana jeans, Anin tampak begitu cantik.

Anin keluar dari kamarnya menuju meja makan. "Eh ada ayah," sapa Anin bercanda.

Satria menatap ke Anin yang meledeknya itu hanya bisa terkekeh dan menyuruh Anin untuk segera duduk di meja makan.

Satria Pragiwaksono. Seorang pria sudah berusia cukup tua itu merupakan kepala keluarga di keluarga Anin. Seseorang yang begitu tegas namun lembut hatinya kepada anak-anaknya. Satria begitu pekerja keras demi menghidupi keluarganya.

Meski Anin sudah bekerja, Satria tetap ingin bekerja keras karena sudah begitu menikmatinya.

Dibalik sikapnya yang tegas dan merupakan seorang yang pekerja keras, Satria itu kalau kata anak muda zaman sekarang "Budak Cinta" banget.

Ia begitu mencintai istri satu-satunya, Sania Oktavia.

"Nin, gimana kerjanya di kafe?" tanya Satria memulai pembicaraan.

Anin tersenyum lembut menatap Satria, "Baik ayah. Semakin hari Anin semakin menikmati pekerjaan Anin," jawab Anin sopan.

"Ah, karena ada yang disuka kali sekarang makanya lebih menikmati," ledek Sania.

Anin mencebikkan bibirnya cemberut, "Apaan deh bunda. Enggak usah ngasal begitu ih," ucapnya.

"Emangnya bunda nggak tau kalau kamu kemarin ngerecokin dapurnya bunda? Tumben banget mau bawa bekal sampai 2 kotak begitu," sahut Sania yang sudah mengetahui perihal bekal itu.

Anin menunduk malu. Perasaan ia sudah memberesi semua perabotan yang ia gunakan untuk memasak dan perasaannya mengatakan dapur itu sudah cukup bersih kemarin.

"Ih bunda. Jangan gitu," ujar Anin malu.

"Oalah, jadi anak ayah udah mulai kesemsem sama cowok nih ceritanya," ujar Satria sembari menyuapkan dirinya sarapan miliknya.

Anin tertawa pelan, "Enggak, ayah. Dia itu cuma teman kerja Anin kok," ucap Anin. "Kak Anin sudah punya pacar ya?" tanya Milla dengan nada meledek.

"Belum, Milla. Ih jangan ikutan ngeledek kakak ya kamu," ucap Anin semakin salah tingkah.

Satria, Sania dan Milla hanya bisa tertawa melihat tingkah laku Anin yang terlihat sangat malu itu. "Yaudah, iya deh kalau bukan pacar," ucap Satria pelan.

Mawar Jingga [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang