"Ketika gayung cinta bersambut,s eluruh dunia terlihat indah. Apapun masalah yang kutemui di rumah sakit, hampir tak bisa merusak seringai penuh kemenangan di bibirku." W.A.R
Untuk kedua kalinya aku gagal memohon pada Koh Franz agar mengizinkanku berpacaran dengan Camelia, ahh.. seandainya tak kukatakan aku akan ke Amerika.. ah.. tapi aku tak mungkin berbohong.. pekerjaanku menuntutku untuk selalu pergi kemana-mana, dan aku tak ingin membangun sebuah hubungan atas dasar kebohongan. Karena aku tak ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan tak perlu yang mungkin keluar nantinya.
Bertekuk lutut di depan calon mertua pun sudah tak mempan, mengapa Koh Franz begitu kukuh. Tidakkah dia tahu hatiku sedang berduka hanya karena akan berpisah dengan Camelia sebentar lagi? Saat aku sudah menjadi pacarnya.. Pacarnyaa!! Dan aku harus pergi ke Amerika selama satu bulan lebih. Ahhh...
Siang ini aku ingin menjemput Camelia, dia sudah menyelesaikan ujian akhir semesternya dan sebulan lagi barulah dia akan masuk kuliah lagi.. Kenapa saat dia libur aku harus pergi.. Ingin aku mengajaknya ke Amerika, tapi aku yakin aku tak akan memiliki waktu untuknya dan itu bukanlah keinginanku. Fiuhh..
Kutunggu Camelia di depan pintu kosnya, tak lama kemudian dia datang mengendarai sepeda motornya.
"Kenapa kamu ada disini?" tanyanya setelah memarkir sepeda motornya.
"Aku ingin menjemputmu, ini hari terakhir kau kuliah kan? Sebulan kemudian baru kuliah lagi, kan?" tanyaku. Mungkin dia bingung darimana aku tahu mengenai jadwal sekolahnya, yah.. itulah gunanya telephone, cantik.. Aku bisa bertanya ke kampusmu dan mereka dengan senang hati menjawabnya, semudah itu.
Camelia memutar tubuhnya masuk ke dalam kamar kosnya, akupun mengikutinya. Dia memberikanku tas-tas yang ingin dibawanya pulang.
"Apa isinya?" tanyaku.
"Pakaian, buku-buku, apalagi?" jawabnya ketus. Hah.. Gadis ini pasti sedang datang bulan, dia sungguh menggemaskan saat kesal seperti ini.
Dengan patuh kumasukkan tas-tas itu ke bagasi mobil, tak lama kemudian mobil yang kukenal parkir di depan areal kos, lalu mantan pacar Camelia datang dan langsung mengeluarkan unek-uneknya pada gadisku.
"Kenapa, Do? Bukannya kalian sudah putus? Sekarang Eneng, sudah jadi pacarku. Aku harap kau tidak mengganggunya lagi." Aku ingin dia tahu, bahwa kesempatannya telah habis, kini Camelia adalah milikku, dan kutegaskan dengan ciuman pada bibir kekasihku. Edo pun pergi dari sana dengan wajah merah padam penuh amarah.
"Kamu tak perlu menciumiku agar dia percaya kalau kamu adalah pacarku." Dengan sebal Camelia memarahiku. Aku hanya mencibir dan tertawa kecil. Ciuman itu belum seberapa.. tak sebanding dengan ciuman yang ingin kuberikan padamu, cantik..
Dalam perjalanan Camelia diam dan larut dalam pikirannya, aku tak ingin mengganggunya, meski bagaimanapun juga dia pasti memiliki perasaan tertentu pada laki-laki itu. Aku tak ingin memaksanya dengan perasaanku, memang tak akan pernah mudah menjadi laki-laki kedua.
Lama tak terdengar suaranya, bahkan desah nafasnya berganti dengan dengkuran kecil, Camelia tertidur dengan nyaman di sampingku. Hah.. Gadis ini.. Mengapa dia bisa tertidur di sampingku, lupakah dia apa yang bisa aku lakukan di dalam sebuah mobil? Tidak takutkah dia kejadian yang sama mungkin saja terulang lagi?
Sebuah senyum kecil kusunggingkan di bibir, lalu handphoneku berbunyi, dari Profesor mentorku dulu di Jakarta, beliau dan istrinya sedang melancong ke kota ini dan memerlukan untuk bertemu denganku, ada sebuah buku yang ingin kuberikan padanya. Namun aku harus pulang dulu ke rumah sebelum melanjutkan perjalanan ke rumah Camelia, bila tidak tak akan cukup waktu untuk bertemu dengan Profesor itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku Cong?!
RomanceWilliam Andreas Renatha, seorang dokter spesialis muda yang cukup sukses dalam pekerjaannya harus ikut terlibat dalam hubungan rumit keluarga kakak iparnya. Pria yang menikahi kakak perempuan satu-satunya Liam-begitu dia disapa- memiliki anak peremp...