"Saat seorang laki-laki telah menargetkan seorang gadis untuk dirinya, dia tak akan menyerah. Setidaknya sampai Sang pujaan hati dimiliki orang lain." W.A.R
"Kau tidur?" tanyaku ketika menyusul masuk satu jam kemudian, Prof Wibowo dan istrinya baru saja pulang, aku sudah tak sabar untuk berduaan dengan tunanganku. Namun putri tidur justru sedang memainkan perannya malam ini. Dia terlihat begitu menawan meskipun air mata membasahi pipinya.
Kenapa kau menangis, Camelia..? Apakah aku menyakitimu? Apakah yang kau pikirkan hingga air mata membasahi pipimu itu? Ahh... mengapa hatiku sakit memikirkan kau menangisi orang lain, Lia.. Cemburukah ini namanya? Andai aku tahu isi hatimu, sehingga aku tahu apa sebenarnya perasaanmu padaku. Cukupkah kesempatanku untuk memilikimu? Pantaskah aku bagimu? Sebagai pendamping hidupmu?
Kuangkat tubuh kekasihku, memperbaiki letak tidurnya dan menyelimutinya. Tidurlah dengan pulas, aku tak akan menyentuhmu meskipun godaan itu begitu kuat. Kau sangat berharga, aku tak ingin merusakmu sebelum waktunya. Dan sekarang bukanlah waktunya, Camelia. Aku hanya akan melakukannya bila hatimu sudah menjadi milikku.
Kukecup pelan pipi basah itu setelah mengucapkan selamat tidur untuknya, mengusapnya, agar tangisan tak mewarnai mimpinya lagi. Lalu lampu kamar pun padam dan kututup pintu di belakangku, masih banyak pekerjaan yang harus kukerjakan malam ini. Setidaknya pekerjaan ini akan mampu membuatku mengalihkan sedikit perhatianku dari bidadari yang sedang tertidur pulas di atas ranjangku, agar bajingan ini tak mengotorinya dengan nafsu.
Pukul enam pagi aku terbangun, dengan wajah menempel pada meja kerjaku sementara komputer dan laptop menyala semalaman, masih dengan pekerjaan yang belum terselesaikan. Aku ketiduran di atas meja, tak heran leherku pegal dan menyakitkan.
"Ahh... aku tak menyangka bisa tidur selelap ini di atas meja." Lalu aku menguap, mematikan komputer dan laptop lalu keluar dari ruang kerja. Aku hampir lupa ada seorang bidadari cantik sedang tidur di kamarku. Aku ingin mengucapkan selamat pagi untuknya, akan lebih menyenangkan bila dia mengira aku tidur di sampingnya. Sebuah kesalah pahaman kecil dan akan sangat menarik untuk melihat reaksi gadis polos itu.
Tak kusangka ratu tidur masih terlelap pukul enam pagi, bahkan selimutnya telah berantakan di kakinya. Haha.. kau tidur seperti babi, Camelia. Kukecup keningnya dan mengucapkan selamat pagi, aku ragu bila dia mendengarnya. Dia terlihat asyik dengan mimpinya. Ahh.. pagi yang indah untuk mengawali hari, kapan lagi bisa menemukan seorang gadis secantik ini diatas ranjangku? Akupun tersenyum karenanya.
Tak menyia-nyiakan waktu, akupun masuk ke dalam kamar mandi, membersihkan tubuhku agar terlihat rapi sebelum Camelia bangun, biarlah dia merasa malu karena lebih malas dariku, setidaknya aku tak akan malu karena cambang telah tumbuh pada daguku, terkadang ingin kupelihara tapi entahlah.. Mungkin aku bukan tipe pria yang cocok memelihara cambang ataupun kumis.
Dengan handuk di pinggang setelah mengeringkan badanku, akupun mulai mengolesi krim cukur pada pipiku, dengan santai kurapikan cambangku dengan pencukur manual. Aku menikmati apa yang aku lakukan, terkadang aku mengagumi betapa tampannya wajahku di depan cermin. Hah.. aku memang laki-laki seperti ini, menyukai apa yang aku miliki dan tak pernah menyesal karena memilikinya. Ini adalah asetku!
Aku hampir saja terkena serangan jantung ketika melihat Camelia masuk ke dalam kamar mandi, aku tak dapat berkata-kata karena saking kagetnya. Hanya pada saat gadis ini berteriak dengan kencang kesadaranku pulih kembali. Refleks kubuang pencukur di tangan dan mendekap mulutnya erat-erat. Dia benar-benar bisa membunuhku karena terkejut.
"Apa yang kau lakukan? Berteriak seperti orang kesurupan!!" kataku panik. Dia ingin mengundang seluruh RW untuk datang ke rumah ini?!
Alis gadis ini merengut seolah dia meminta maaf padaku, ahh cantik.. kau telah membuat jantungku berolahraga di pagi hari ini, mengapa kau kira aku akan segampang itu untuk memaafkanmu? Hah..
KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku Cong?!
RomanceWilliam Andreas Renatha, seorang dokter spesialis muda yang cukup sukses dalam pekerjaannya harus ikut terlibat dalam hubungan rumit keluarga kakak iparnya. Pria yang menikahi kakak perempuan satu-satunya Liam-begitu dia disapa- memiliki anak peremp...