10. Present From The Past

17 9 0
                                    

Matahari semakin terbenam di ufuk barat sana, terlihat semburat oranye di kaki langit. Seorang pria tua menatapnya sangat lekat, dengan pakaian rumah sakit, dia berhasil membuat seorang gadis membatu. Nebula tidak mengedipkan matanya selama beberapa detik, dia ingin sekali memastikan kalau pasien yang sebelumnya terbaring di ranjang sana sudah benar-benar sadar sekarang. Kaki kecilnya pun mulai melangkah pelan, tubuhnya terasa berat, tetapi jantungnya berdegup kencang. Meronta-ronta agar cepat melihat wajahnya.

Belum sampai di samping ranjang tempat tidur, si pria sudah berdiri. Nebula kembali menghentikan langkahnya, netra itu terus ikut memperhatikan gerak-geriknya. “Kira-kira di mana anak itu?” keluh si pria. Kedua mata Nebula membulat sempurna setelah mendengarnya berbicara, dia sangat mengenali pria itu. Sejak kecil dia selalu mendengarkannya mengoceh masalah mesin kepada orang di sebrang panggilannya, sayang sekali bukan dongeng pengantar tidur seperti anak yang lainnya.

Begitu pria tersebut memutari ranjang, tubuh mereka berdua pun tersentak. Pandangan mata mereka saling terkunci, napas Nebula pun menjadi berat, pria tua yang menuntun sanggahan impus itu semakin mengeratkan pegangannya, mereka tergagap-gagap hanya untuk menebak. Hingga pada akhirnya, Nebula-lah yang memanggilnya lebih dulu. Sedikit kaku, dia perlahan menghampirinya. “A-ayah?” tanya gadis itu.

Sedangkan pria yang berada di depan Nebula hanya memasang wajah terkejutnya, mulutnya pun tergantung di udara, berusaha mengucapkan sesuatu. “Kamu ....”

Tidak memberikan kesempatan untuknya berbicara, Nebula sudah lebih dulu mengambil seribu langka ke depan untuk memeluknya. Di sela kekehan senangnya, terdengar isak tangis yang terasa pilu. Darius sudah bangun, tidak ada yang lebih membuatnya bahagia daripada hal ini. Bahunya bergetar hebat selama memeluk tubuh yang rentan itu, tetapi beberapa saat kemudian dia juga merasakan sebuah pelukan erat nan hangat. Pria itu membalas pelukan eratnya membuat Nebula semakin menangis.

Darius tidak dapat berkata-kata, hanya mendengarkan anak gadisnya yang terdengar memilukan sudah cukup. Suaranya sangat dekat dengan telinganya, aroma tubuh khasnya kini menyatu dengan milik gadis itu. Menepuk bahu Nebula pelan, Darius menarik wajah anaknya hingga berada tepat di depan miliknya. Wajah Nebula kacau, rambutnya berubah acak-acakan, air mata membanjiri kedua belah pipinya, seragam yang sudah kusut semakin terlihat kusut tidak beraturan. Tangan besar dan kasar itu menangkup wajah Nebula, kehangatannya tersalurkan begitu saja.

“Shhh, jangan nangis lagi, ya? Sudah-sudah, astaga, Nebula .... Shhh ....” Darius menyatukan kening mereka, Nebula hanya berusaha untuk mengatur deru napasnya yang sembarangan.

“Maafin, Nebula, Yah. Maafin, Nebula ....” Isak tangisnya masih saja mengganggu kalimatnya.

“Enggak, makasih, makasih banyak. Anak ayah emang hebat, kamu bener-bener berani, Nebula. Ayah bangga,” sela Darius. Dia tidak bisa mengungkapkan opsi perasaan lain kecuali berterima kasih pada anaknya, walau dia sempat koma selama sebulan, tetapi dia hanya mencerna obat yang diberikan oleh sang pelaku. Memang, dia mendapat beberapa luka, tetap saja tidak separah Nebula. Meski sudah sebulan berlalu, bekas luka itu masih terlihat, bahkan masih ada bagian tubuh Nebula yang dibalut dengan perban.

Berbeda dengan Nebula yang mendapat banyak sekali gurat luka, dia justru dirawat di rumah sakit yang entah bagaimana cara gadis kecil itu membayar. Dia sudah siuman sejak siang tadi, dia memang sempat memeriksa buku tabungan keuangannya—para perawat dan dokter yang menyuruhnya—dan tidak ada pengurangan dana apa-apa. Masih sama seperti sebelumnya, sambil memandangi permukaan kertas, dia berusaha mengingat kejadian besar yang menyeramkan itu. Namun nihil, dia tidak mengingat satu hal pun kecuali diberikan obat tidur dalam dosis yang banyak.

Biaya perawatan rumah sakit, mungkinkah Nebula yang membayarnya semua? Bagaimana dan dari mana dia mendapatkan uang?

Selama delapan belas menit dibutuhkan Nebula untuk bercerita, tangannya ikut melayang ke sana-sini, tubuhnya ikut bergerak, berusaha menceritakannya sedetail mungkin. Ekspresi yang ditunjukkan pun ikut memberitahukan kalau kejadian itu sangat menyeramkan, tetapi kepalanya berkali-kali menunduk saat menceritakan suatu adegan. Kejadian di mana diisi penuh oleh seorang pria yang disiksa habis-habisan, pria yang ikut tersungkur bersama Darius ketika sang pelaku telah meninggalkan tempat kejadian.

Dua Centang Biru [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang