Jam sepuluh, hari ke-10, di bulan ke-10 malam hari. Kondisi di mana matahari sudah mengundurkan diri dari perannya dan digantikan oleh sinar luna di langit gelap, ditemani oleh setabur gemerlap bintang yang membentuk rasi-rasi indah.
Tepat di bawah remang-remang lampu jalan raya, sebuah mobil jeep terparkir tepat di depan pintu masuk gedung besar yang cukup dikenal oleh banyak orang. Sinclair Database Center ialah suatu tempat yang menampung seluruh data penduduknya sampai hal terkecil sekalipun, memiliki pekerja yang paling banyak dengan ketidakadilan yang merajalela di seisi gedung.
Oleh karena itu, mobil jeep tersebut adalah tanda dari awal penyerangan. Untuk apa? Tentu saja untuk memberontak. Karyawan di SDC sudah dimanipulasi pikirannya supaya mereka merasa seperti tidak ada yang lebih penting lagi selain bekerja, bekerja, dan bekerja. Meski mereka yang bekerja di sana sudah berkeluarga, tetap saja kecintaan mereka jauh lebih besar daripada keluarga mereka.
Nebula memangku wajahnya sambil menatap peta denah yang terbentang di pangkuan Ant, membiarkan lelaki itu menjabarkan kembali tentang strategi penyerangan yang akan dilakukannya nanti. Entah bagaimana, tetapi seorang siswa yang terlihat lugu itu mempunyai gambaran rencana yang cukup menjanjikan. Dua minggu lalu, sel otaknya dipaksa bekerja keras demi hasil yang sempurna.
Flashback
Anthro terus menatap sebuah kertas yang telah digambar oleh kakaknya, Pedro. Kertas yang berisikan denah lantai SDC lengkap dengan detail titik-titik yang Anthony selalu jumpai, mengingat penjagaannya yang ketat, mereka juga menerima sedikit sumbangan bantuan dari Darius.
"Kita tidak bisa lewat jalur belakang, meskipun tempat itu jarang disorot media massa, tetapi penjagaannya juga tidak kalah ketat dari pintu masuk lainnya. Jadi, pintu utama yang menjadi satu-satunya peluang kita menyelinap masuk," jelas Pedro.
"Di pintu penyambut ada dua penjaga, sedangkan di pintu utama pun dijaga oleh dua petugas lainnya. Kita harus bisa menyamar sebelum bisa melewati empat orang itu." Rico ikut menimpali.
"Gimana?" Mendengar pertanyaan Nebula, Ant menunjukkan sebuah garis putus-putus yang mengelilingi gedung tersebut.
"Sinclair Database Center selalu mengirim lima orang petugas untuk berkeliling memeriksa lingkungan setiap dua puluh menit sekali, memang termasuk lama, tetapi di celah dua puluh menit itu CCTV mereka mulai aktif dan itu penjagaan keamanan yang lebih mutlak. Jarak jangkaunya bisa 2-4 meter setiap kamera."
Trifid mengambil pulpen yang daritadi dipegang Ant, dia pun mencoret kertas denah tersebut dengan beberapa bentuk. "Hei!" protes Ant, "jangan asal coret!"
Trifid tidak menggubris teguran Ant melainkan semakin melanjutkan apa yang sedang dia lakukan, setelah selesai dia menutup pulpen tersebut supaya tidak kering dan dapat digunakan lagi nantinya. Jari mulusnya menunjuk ke arah coretan yang dia gambar tadi.
"Lu bilang ada banyak CCTV yang setiap petugas selesai ngamatin, 'kan? Taruhlah di titik-titik ini kamera yang tersebar, sedangkan lingkaran tipis di sekelilingnya itu jarak pantau yang bisa diambil di kamera. Kita bakal diuntungkan kalo arah gerak kameranya gak searah, bakal banyak blind spot yang bisa kita pake buat nyelinap atau sembunyi sampe dua puluh menit ke depannya," jelas Trifid.
"Tapi sebelumnya kita harus bisa kasih pengalihan sama penjaga yang di depan dulu, 'kan? Total ada 4 kalo digabung dua pintu di muka gedung."
Seketika ruangan menjadi hening. Mereka semua tampak hilang dalam pikiran masing-masing, berusaha mencari cara yang efektif untuk menyelinap masuk ke dalam. Perlahan posisi mereka semua berubah.
Rico melonjorkan kakinya dan menatap langit-langit, Anthro sibuk menatap permukaan denah yang ada di depannya, Pedro menautkan jari-jemarinya dan menaruh mereka di depan wajah, Trifid bersandar pada bahu Pedro dengan kening yang mengerut. Sedangkan Nebula, gadis itu terus menatap ponselnya yang diikuti wajah sumringah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Centang Biru [COMPLETED]
Teen FictionAku tidak menyesali perkataanku waktu itu, tidak seujung rambutku pun. Dengan perbedaan usia kami yang cukup jauh, dia terlalu gigih dengan apa yang diinginkan, tekadnya terlalu kuat untuk yang sudah lama berjuang sendirian. Demi menjaga keh...