07. Truth Behind Tears

29 12 0
                                    

"Bagaimana? Apakah Anda mengingat semuanya sekarang?"

Suasana berubah mencekam selama Pedro bercerita, cukup heran kalau mengingat bahwa pria bersurai silver ini mengetahui kisah gelap seperti itu secara detail. Bagaikan oksigen yang tidak berjalan sempurna, pernapasan Rico menjadi sesak dan terasa sakit.

Sorot matanya terpusat pada lantai, kenangan itu terputar kembali di kepalanya, berjalan mundur dari waktu ke waktu. Surat terakhir Darius, tawanya, dekapan hangatnya, suhu dingin di kamarnya saat pertama kali dia bertemu dengan pria itu. Semua kembali dalam beberapa detik. Bahkan, adegannya bertahan hidup melawan sosok pria gila tersebut kembali hadir, namanya saru berbayang.

Rico memegang kepalanya, dia meremas rambut hitam itu cukup kuat. Tangannya gemetar. "Saya, tidak terlalu yakin. Sudah cukup, tolong hentikan," ucapnya parau.

Nebula menepuk pelan ujung pahanya, dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menenangkannya saat ini. Berbeda dengan Dan atau Zafran yang sedang dilanda panic attack, untuk pria seusia Rico pasti beda penanganannya. Dia juga masih mencoba memahami seluruh alur cerita yang dijelaskan Pedro.

"Bagaimana Anda tahu semua itu?" Sambil mengusap bahu Rico pelan, Nebula bertanya pada Pedro tentang cerita tersebut.

Pedro menatap Nebula tidak suka, pria itu menunjukkan telapak tangannya ke arah sang gadis. "Apa maksud Anda saya mengetahui semua itu? Anda meremehkan kekuatan informasi kami?" protesnya.

"Bukan kami, hanya ada Anda di sini. Hanya Anda dan monitor Anda di rumah saya, biarpun saya masih memegang alat komunikasi Anda, saya yakin monitor itu bisa digunakan untuk menghubungi pekerja yang lain," timpal Nebula.

Pedro memijat pelipisnya. "Ternyata saya meremehkan Anda sebagai seorang siswi menengah atas, Anda sangat peka, Nona Ed. Saya terpukau," puji pria itu.

"Panggil saya Nebula."

"Baiklah, Nona Nebula."

Tatapannya memicing tajam, kehadiran Pedro di rumahnya mungkin hanya akan menjadi pemicu keributan yang besar. Dia belum pernah melihat Rico setakut ini, yang dia tahu selama beberapa bulan ini, Rico adalah seorang pria bajingan yang senang melampiaskan rasa lelah dan hawa nafsunya ke bar. Tidak dapat dipungkiri pula kalau dia memiliki otak mesum yang menakutkan.

Namun, apa yang dia lihat sekarang? Seorang pria tidak bertenaga hanya setelah mendengarkan pria lainnya bercerita.

"Tuan Rico, apakah Anda memang tidak ingat? Kejadian ini baru terjadi tujuh tahun yang lalu!" Pedro semakin mendesak.

"Tidak! Saya bilang cukup! Saya memang mengingat Darius, tetapi saya tidak mengingat Anthony Sinclair itu!" ujar Rico.

"Apa karena Dr. Anthony Sinclair adalah pelaku penganiayaan sewaktu Anda kecil?" tanya Pedro, "beliau mabuk keras saat itu, emosinya sedang tidak terkendali. Ditambah dengan Nona Heyn yang melarangnya meminum alkohol, serta Anda yang masih sangat polos saat itu, pantas saja dia menjadikanmu sebagai samsak pelampiasan dendamnya pada Darius."

Nebula menoleh ke arah Pedro, kemudian kembali menatap Rico. Sial, deru napas pria ini semakin tidak teratur. "Anthony Sinclair adalah pelaku luka robek di kepala saya?" tanya Rico balik.

Wajahnya terangkat, tangannya menyisir poni rambut sehingga menampilkan keningnya yang ada goresan luka cukup panjang dan dalam. Nebula yang tidak pernah menadari hal itu cukup terkejut.

"Benar. Dr. Darius pun melihat beliau tepat setelah melindungi Anda dari lemparan pisau Tuan Sinclair menggunakan papan tripleks, karena Anda terlalu lelah, Anda tidak melihat bagaimana Dr. Darius menindaklanjuti perbuatan rekannya."

Dua Centang Biru [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang