Epilog

21 8 0
                                    

Silir angin bermain nakal dengan anak rambutnya. Di bawah mentari pagi, dia menyatukan kedua tangannya, larut akan pikirannya. Di depan tempat peristirahatan beliau, dia tersenyum. Dress biru bersalur putih itupun melambai-lambai menari di udara, membiarkan rambutnya yang terkuncir ikut berdansa seperti ilalang.

Di tengah dia khusyuk berdoa, dia merasakan sesuatu menarik pakaiannya dari belakang. Seseorang bertubuh kecil memeluknya dengan erat, membuat dirinya terpaksa untuk menoleh ke belakang.

"Buna!"

Seorang anak laki-laki berusia dua tahun merentangkan tangannya, wajahnya yang mungil dan menggemaskan itu tidak bisa menolak permintaan dirinya untuk digendong. Namun, belum membalikkan tubuhnya, sebuah tangan kekar langsung mengambil anak laki-laki itu. Seorang pria bertubuh besar dan jangkung, dilengkapi dengan topi berwarna hitam untuk menyamai kaos putih polosnya.

"Aduh, Cyntron. Jangan diganggu dulu bundanya, lagian itu 'Bunda' bukan 'Buna'. Kamu salah tau," gerutu pria itu tidak kalah menggemaskan.

Melihat dua orang laki-laki yang sangat disayanginya bertingkah seperti itu, membuat dirinya tidak fokus untuk berdoa lagi. Dia berdiri dan mengambil anak kecil itu dari gendongan sang pria, dia sedikit mencium pipi anak itu yang akhirnya menimbulkan tawa manis.

"Maaf, aku lama, ya?" tanya Nebula itu.

"Enggak, kok. Kamu gak apa-apa nih udahan? Bukannya masih ada yang mau dicurhatin lagi sama si Om?"

"Rico! Ih! Yang sopan sama Ayah," gerutu wanita tersebut.

Pria yang bernama Rico itu hanya terkekeh, dia mengusap pucuk kepala istrinya yang terlihat sangat menggemaskan. Tidak kalah menggemaskan dengan jagoan kecil di dalam gendongannya.

"Oh, iya. Ayah ingin beli es krim, Cyn gak usah ayah beliin, ya?" ledeknya.

Anak kecil yang berada di gendongan Nebula itu mulai berwajah aneh, dia hampir menangis. Ya, dan Rico panik karena hal itu. Sedangkan perempuan itu hanya tertawa geli, tawanya terus melunjak sampai dia mendengar seseorang memanggil namanya dari kejauhan.

Nebula menoleh. Seorang wanita berjalan melambaikan tangannya penuh semangat, diiringi dengan seorang pria berambut silver. Aih, semakin hari pria itu semakin menebar pesonanya saja. Nebula hanya dapat melambai balik sekilas karena takut anaknya terjatuh.

"Umumumu .... Hai, Cyntron. Kenapa nangis, Sayang?" tanya wanita itu.

"Biasalah, yang gede gak mau ngalah," jawab Nebula.

Wanita di depan Nebula pun langsung menghantam tulang kering Rico, kemudian kembali tersenyum pada Cyntron. Sedangkan Rico, dia mengeluh kesakitan sembari memegangi kakinya. "Gak sopan kamu, Fid. Gini-gini kan aku masih kakakmu!"

"Heran gua, kenapa lu bisa nikah sama aki-aki tua bangka macem dia sih yang beda 10 tahun?"

"Tapi, Trifid. Lu juga macarin laki yang umurnya 10 tahun lebih tua dari lu ...." Nebula menunjuk ke arah seorang pria di belakangnya.

Wanita yang bernama Trifid itu hanya terkekeh, dia berbalik badan untuk memastikan kekasihnya itu tidak marah atau iri terhadap anak kecil. "Kamu gak marah sama Cyntron, 'kan? Enggak, 'kan? Liat, mukanya lucu gini jangan di marahin."

Pria itu terkekeh, dia menggeleng.

Rico langsung menyapa pria tersebut, sedikit memberikan salam dan saling menepuk bahu satu sama lain. Melontarkan  jokes bapak-bapak seangkatannya, sangat tidak dimengerti oleh Trifid dan Nebula.

"Kita jadi piknik barengnya, 'kan? Gue ada tempat yang asik banget buat nongkrong, buat anak lu juga bisa kok. Gak bahaya." Akhirnya Trifid membuka topik, dia terus meluncurkan telunjuknya di atas layar ponsel.

"Boleh itu, ayo kita ke sana."

Sekilas tersenyum, Rico mengambil lagi Cyntron dari gendongan Trifid dan memeluk anak itu di bahunya. Lambat laun mata mungilnya mulai tertutup, sangat lucu.

Ah, suasana ini. Mereka kembali melangkah bersama seperti dulu, Nebula tidak menyangka hidupnya akan penuh tragedi dan warna yang luar biasa. Bersama kembali, berkumpul berjajar berempat, sangat membawa memori.

"Bunaa! Buu!! Bunaa!!"

Pft. Yah, mungkin berlima

















[Dua Centang Biru 2 is Coming Soon]

Dua Centang Biru [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang