13. I See You Again

17 9 0
                                    

Pedro masih dalam posisi yang sama, dia berdiri dengan sebuah ponsel melekat di telinganya. Kening pria itu mengerut sempurna, kepalanya bagai ditusuk sepuluh jarum. Rasa pusingnya cukup sakit sehingga dia menggunakan sebelah tangannya untuk memijat pelipis, kabar buruk yang disampaikan dari orang di sebrang panggilan itu terus menyapa telinganya.

"Sekarang mereka di mana?" tanya pria itu.

Trifid yang berniat untuk ke dapur pun mengurungkan niatnya, dia justru menghampiri Pedro dan duduk di sebelahnya. Samar-samar suara audio dari ponsel terdengar, seorang pria lainnya berbicara di sana.

"Tim Penggerebek sedang menjaganya sekarang, mereka mendatangi gadis itu di sekolahnya dan–"

"Mereka datang tanpa perintah dari saya?!"

"Iya. Tidak, maksud saya, mereka mendapat perintah langsung dari seseorang yang jauh lebih tinggi pangkatnya dari Anda, Tuan."

"Siapa?"

Seketika kening Pedro mengerut, dia tidak mengucapkan sepatah kata lagi setelah itu. Ponselnya langsung dimatikan setelah memutuskan panggilan dengan lawan bicaranya, tangannya menyatu menutupi separuh wajahnya. Netra emas yang memicing lurus, ditambah kaca mata yang mengilap terpancar sorot lampu membuat tatapannya semakin mengintimidasi.

Pria itu baru sadar dengan kehadiran Trifid, gadis yang sudah duduk lebih dari 60 detik itu hanya menatap wajahnya dengan tuntutan penjelasan. Iya, penjelasan. Setelah mendengarnya mengucapkan nama Nebula–sahabatnya–dia tidak bisa diam saja, terlebih pertanyaan Pedro yang cukup terkejut.

Pedro menjelaskan beberapa hal padanya. Nebula diculik, menyisakan Dan, Zafran, dan Darius di bangunan besarnya. Lagi dan lagi dalam keadaan tidak sadarkan diri, tergeletak lemas di lantai setelah dibius oleh asap. Penculikannya dilakukan saat Nebula berada di luar rumah, sedang latihan untuk proyek film pendeknya.

Trifid yang mendengarkan penjelasan Pedro panjang lebar hanya dapat terus menghentakkan kakinya ke lantai, otaknya penuh dengan berbagai macam hal. Tidak menentu dan terus berubah, semua sirna ketika notifikasi pesan masuk ke ponselnya. Rico, pria itu hanya mengirimkan pesan singkat untuk mengingatkan adik perempuannya agar tidak lupa dengan waktu sekolah.

"Itu Rico, bukan? Ah, saya lupa kalo kamu harus sekolah, ya. Kamu cukup pintar untuk mencerna belajaran daring seperti ini, walaupun kamu tidak pindah sekolah, tetapi berpindah wilayah itu cukup sulit. Baiklah, kalau begitu saya pamit saja. Saya tidak mau mengganggu kegiatan belajarmu." Trifid langsung menyambar pergelangan tangan ramping milik pria tersebut, memaksanya untuk menetap.

"Jangan pergi," lirihnya. Pegangan itu semakin kuat dan gemetar, dia tidak berani menatap arah lain kecuali permukaan karpet yang berwarna pastel.

Pedro melembutkan sorot matanya, dia menangkup punggung tangan Trifid dan kembali duduk di sebelahnya. Dia mengusap-usap punggung gadis tersebut dengan berkata, "Saya bakal ke sini lagi, saya janji." Pria itu melepaskan gelang yang terpasang di tangan kirinya, lalu memberikan benda itu kepada Trifid.

"Ini ...?" Trifid menatap gelang yang berhiasan liontin bintang itu dengan bingung.

"Ini gelang saya, sebenarnya di SDC saya tidak boleh memakai aksesoris lain selain kaca mata dan arloji. Namun, kalau sudah selesai bekerja, saya selalu memakainya. Sebenernya itu gelang keberuntungan saya, kalo saya inget-inget, saya sering banget dapet kesialan di jalan," jelas Pedro. "Saya janji bakal ke sini lagi, jam 8 saya udah ada di sini," lanjutnya yang mengulang janji itu.

Trifid hanya mengangguk, dia tidak ingin membuat pria berambut silver itu semakin kesusahan. Menilai dari reaksinya saat mendengar kabar kalau Nebula diculik lagi, ekspresinya langsung berubah menjadi kalang kabut. Tetap, dia juga tidak tahu kalau pria itu hanya berlakon semata.

Dua Centang Biru [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang