Dan masih tidak berkutik di tempatnya, seorang pria asing berdiri tepat di hadapannya. Di balik cardigan putih itu terlihat baju turtleneck berwarna abu-abu, terlihat juga salur gradasi senada yang menjadi motif hiasnya.
Kalau dilihat lebih lanjut, pria itu hanya berbeda beberapa belas senti dari Dan. Tubuhnya tegap, rambut silver itu mengilap terkena pantulan cahaya matahari. Meski sudah tengah hari, bagaimana pria itu masih tetap menjaga tubuhnya seolah selalu segar?
Ah, tidak, yang paling utama itu siapa pria ini?!
"Siapa, ya?" tanya ulang Dan.
Pria berambut silver itu sedikit menundukkan kepalanya, seulas senyuman terlihat di wajah tampannya. "Selamat siang, maaf mengganggu waktu Anda. Apakah ini kediaman keluarga Ed?" tanyanya.
Netra emas itu terlihat mengintimidasi, tetapi tidak dengan air muka pria itu. Sulit untuk mengerti alasan kedatangannya saat baru pertama kali bertemu, Dan hanya mengangguk pelan sebagai respon pertanyaannya. Dia mulai mencurigai pria aneh itu.
"Apakah di sini ada Nona Ed Nebula?" tanya pria itu lagi.
"Ada perlu apa dengan kakak saya? Apa ini bersangkutan dengan urusan sekolah beliau?" Dan pun tidak mau kalah, meski terdengar menyebalkan, tentu dia tidak akan membiarkan orang asing sembarang masuk.
Pria itu tersenyum lagi, tubuhnya kini berdiri tegap, menunjukkan dada bidangnya yang tertutup cardigan, di lehernya terkalung sebuah kartu pengenal. Namun sayang, bagian identitasnya dimasukkan ke dalam kantung.
Baru saja ingin bertanya, bahu Dan sudah ditepuk oleh seseorang dari belakang. Nebula turun dari kamarnya. Dengan suara batuk yang memotong segala kalimatnya, dia melirik ke arah pria jangkung yang berdiri di ambang pintunya.
Itu bukan Rico.
Surai Rico berwarna hitam pekat, bahkan pantulan cahaya pun dapat dipantulkan olehnya. Tubuhnya memang tidak jauh berbeda dengan pria itu, tetapi setidaknya kulit Rico sedikit gelap dari pria berambut silver tersebut. Pakaiannya pun bisa dikatakan pakaian santai yang formal, dia memakai segalanya dengan serbaputih, ditambah kulitnya yang seperti salju.
Nebula menyingkirkan kondisinya yang sedang tidak sehat, diabaikannya keringat yang terus mencari perhatian, dia membuka sedikit lebih lebar pintu rumahnya. Gadis itu melemparkan tatapan menyelidik ke arah pria itu, memang tidak seharusnya dia membukakan pintu untuk seseorang yang tidak dia kenal.
"Anda siapa?" tanyanya dingin.
Pria yang masih terus berdiri sejak awal itu kembali menundukkan kepalanya sebentar. "Selamat siang, saya Dr. Pedro dari SDC," ucapnya, "saya tebak Anda sendirilah Ed Nebula, benar?"
Gadis itu berdehem kecil sebagai respon. Dia masih mencerna perkataan pria yang bernama Pedro itu. Umumnya, Sinclair Database Center atau lebih dikenal dengan SDC sendiri bukanlah perusahaan yang biasa saja. Ialah pusat seluruh informasi yang ada di kota ini, tidak hanya tentang laporan perkembangan saham-saham besar, tetapi juga memuat informasi pribadi para penduduknya.
"Sinclair Database Center? Sedang apa orang sepenting Anda datang ke rumah saya? Saya tidak punya apa-apa," sahut Nebula begitu dia sempat mengintip sedikit tanda pengenal pria itu.
Pedro hanya terkekeh mendengar nada bicara Nebula yang sangat menekankan kecurigaannya, dia membenarkan cardigan putihnya dan tersenyum sembari menjelaskan, "Maaf telah mengganggu waktu Anda-"
"Memang," sela Nebula.
Pedro masih tersenyum. "Sebenarnya saya ke sini untuk memastikan sesuatu dari kepala atasan SDC sendiri, boleh saya masuk ke dalam? Pembicaraan ini sedikit sensitif."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Centang Biru [COMPLETED]
Novela JuvenilAku tidak menyesali perkataanku waktu itu, tidak seujung rambutku pun. Dengan perbedaan usia kami yang cukup jauh, dia terlalu gigih dengan apa yang diinginkan, tekadnya terlalu kuat untuk yang sudah lama berjuang sendirian. Demi menjaga keh...