Hanna Nata 20

8 0 0
                                    

Hari berganti bulan....

Aku dan Nata sering bertemu, bahkan menghabiskan waktu sesekali berdua. Aku seperti merasakan semesta sedang bercanda mengajakku untuk lebih mendekat pada Nata yang awalnya aku benci. 

Tia yang kegirangan karena bisa bertemu bebas dengan Nata, mendekati aku dan berbisik " Hanna, demi apa ? aku menyebutnya kekasih palsu sedangkan dia menyebutku wanita halu."

Perkataan Tia membuat aku terkejut dan tertawa kecil, Nata yang memperhatikan aku dan Tia mendadak seperti ingin tahu apa yang kami bicarakan " Kalian ngomongin apa sih, curang banget ". 

Aku dan Tia seketika menertawakan Nata, entah apa yang membuat geli. Namun, perkataan Tia sangat tidak masuk akal dan aku mengingat kembali kejadian aku dan Nata sampai pada akhirnya, aku dan Nata menghabiskan waktu seperti malam ini, makan malam bersama. 

Tanpa disadari , malam semakin larut. Nata akan mengantarkan aku dan Tia pulang kerumah. Tapi, Tia mendapat sebuah pesan kalau ada yang menunggunya di dekat restoran ini. Tia seperti gelisah dan memintaku untuk pulang lebih dulu.  

Aku mencoba menanyakan pada Tia apa yang terjadi " Ti, ada apa sih ? kita bisa kesana bareng. aku ikut ya."

" Jangan Hanna, kamu pulang duluan aja ya. Ini penting banget aku bakalan ceritain di rumah nanti, bye see u ". Jawab Tia.

Ditengah perjalanan aku mencoba menghubungi Tia, " Ayo angkat dong Tia, kamu kemana sih ".

aku berkali-kali menelfon Tia, sampai nomor itu tidak dapat dihubungi. Nata yang fokus menyetir mobil terlihat cemas sama sepertiku, karena Tia tidak ada kabar setelah pergi dari restoran. Biasanya Tia akan mudah dihubungi. Aku takut Tia dalam masalah. 

Nata mencoba membuka ponselnya yang terus berdering, Dia mencoba menepi dan mengangkat video call yang tidak diketahui dari siapa. Aku juga melihat ke layar handphone Nata. Serentak kami terkejut " Tiaaaaaaaaa!".

OH TUHAN ! APALAGI INI ! TIA BENAR- BENAR DALAM BAHAYA. 

Seseorang yang menyamar dengan menggunakan topeng dan memalsukan suaranya, memperlihatkan Tia yang duduk di bangku dengan keadaan tidak terlalu gelap, dan mengikat  tangan Tia di bangku itu. Tia yang nampak lemas dan merintih, membuat aku sangat cemas. 

Nata yang sedari tadi diam, berbalik arah dengan cepat. Nata seperti menahan emosi. " Kamu tenang Hanna, kita akan segera menemukan Tia. Mereka sangat bodoh, mereka menantangku. Tidak butuh waktu lima menit untuk menebak siapa dalangnya."

Lututku lemas dan tanganku gemetar, ternyata ancaman yang di dapatkan Tia menjadi kenyataan. Aku sempat menyalahkan Nata tentang pesan yang mengancam akan mencelakai Tia kalau dia masih mengidolakan Nata. Tapi dia benar-benar tidak tahu apapun, dan aku mengira itu adalah ancaman bohongan. 

Ancaman itu juga sudah lama, bukan meremehkan ancaman. Aku dan Tia tetap berhati-hati dan Nata juga mencoba mencari tau. Sampai hari menakutkan itu terjadi pada Tia malam ini. Nata yang terus melaju tampak sangat marah.

Entah berapa lama kami menuju perjalanan menemukan Tia, aku sudah dipenuhi oleh rasa takut dan mempercayakan semua pada Nata. Setelah cukup lama mencari , akhirnya Nata memintaku untuk tetap diam di dalam mobil dan memintaku untuk menunggu. 

" Aku ikut, aku engga bisa nunggu kamu disini." Aku memohon pada Nata, memegang tangannya erat. 

" Kamu tunggu disini, aku yang masuk. Kamu percaya sama aku ? ."  Nata menatapku. 

Entah mengapa saat seperti ini jantungku semakin berdetak lebih kencang, aku menurut kata Nata, didalam mungkin sangat berbahaya dan pasti ada jebakan disana. Aku akan percaya kepada Nata membawa kembali Tia dengan selamat. 

OH TIDAK ! ini sudah 30 menit berlalu, aku terus memantau jam tanganku. Aku semakin gelisah dan pikiranku sudah kacau, tanpa mengingat perkataan Nata lagi, aku segera menyusul ke gedung itu. Aku tidak bisa terus menunggu sedangkan Tia dan Nata belum kembali. 

Saat memasuki gedung tua ini, aku dapat melihat sedikit dengan bantuan cahaya dari ponselku. Tempat ini sangat berdebu, dan banyak bangunan yang sudah hampir roboh. Aku terus perlahan masuk dengan hati-hati, aku menyusuri satu persatu jalan dan ruangan didalam gedung, aku menaiki lantai dua, nafasku mulai tidak beraturan. 

Aku menemukan cahaya yang samar-samar dari kejauhan, sedikit demi sedikit aku mendengar suara teriakan dan suara Nata. IYA ITU SUARA NATA! aku berlari dan tanpa rasa takut menerobos masuk ke sebuah ruangan, aku melihat Tia yang masih duduk di bangku dan masih dalam keadaan tangan terikat. lalu dimana Nata ?

Dan aku juga melihat beberapa orang yang wajahnya tidak asing, HAH ! BUKANNYA MEREKA YANG TELAH MENIPU TIA. Benar-benar aku tidak habis pikir, mereka akan seperti ini. Lalu, kenapa perempuan yang mengaku tunangan Nata ada disini. Aku semakin kacau dan ingin berteriak dan teriakan berubah menjadi " Nataaaaaaaaaaaaa..........''

Dua orang laki-laki bertubuh kekar menyeret Nata yang terlihat memberontak, terlihat beberapa bekas pukulan di wajah Nata dan Nata berkali-kali mengatakan aku pergi dan berlari dari tempat ini. Tia yang mulutnya ditutupi oleh lakban berusaha menyuruhku untuk pergi. 

Aku tidak akan membiarkan mereka " GILA YA KAMU, BISA-BISANYA KAMU BERBUAT HAL BODOH GINI" Aku mendekat ke perempuan yang mengaku tunangan Nata ( Clara ).

'' Kamu gak usah ikut campur deh, Nata ini laki-laki brengsek dia pantes diginiin." Clara menarik tangan Hanna dengan kasar.

"Lalu apa hubungannya sama Tia sahabat aku, lepasin dia." Aku mencoba tenang.

" Dia emang gak ada hubungannya, dia cuma orang bodoh yang mau di bodohin lah, dia cuma pancingan.hhahahahahahaha.'' Clara tertawa dengan tidak merasa bersalah. 

" Emang dasar cewe gila!." Aku menampar Clara dengan perasaan yang sudah campur aduk.

Nata yang melihat kejadian itu. " Hanna, aku mohon lari dia udah gak waras."

Clara yang tidak terima aku menamparnya seolah murka dan berkata kasar kepadaku " Berani-beraninya kamu nampar aku cewek sialan!." 

Tidak hanya itu, Clara mengatakan sesuatu yang mengejutkan aku bahkan semua orang yang ada disana " kamu tau ini ( Clara mendekati Hanna dan menyuruhnya untuk memegang perut Clara ) Liat ini, aku hamil ! dan itu perbuatan Nata !.'

Suasana menjadi hening, aku tidak dapat berkata-kata. Clara terus mendorongku dengan tangannya. Aku hanya diam dan seperti tidak tau harus berbuat apa, Nata yang mendengar pengakuan Clara berkali-kali mengatakan " Dia gak waras Hanna, aku bisa jelasin."

"STOPPPPPPPPPPPP........." Teriakan kencang dari Hanna.

" SEKARANG KAMU MAU APA HAH !". Tanya Hanna dengan rasa marah dan kecewa pada Clara. 

Entah apa yang ada dipikiran Clara dia mengambil sebuah pistol dari dalam tasnya dan tanpa aba-aba dia menembak ke arah yang seperti sudah dia targetkan sejak awal. 

SUARA TEMBAKAN !

Dan aku dapat mendengar suara-suara itu " HANNAAAAAAAAAAAAAA..........





Hanna NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang