Hanna Nata 11

27 5 0
                                    


"Nikmati hidup yang telah kamu putuskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nikmati hidup yang telah kamu putuskan. Jangan pernah menyesal, selalu merasa beruntung dan bersyukur maka kamu akan bahagia."

Hampir satu jam aku membereskan buku-buku baru di toko ini. Tadi Ibu Dara meminta aku untuk menjaga kasir karena dia ada sedikit urusan mendadak. Jadi, aku harus pasang badan untuk dua pekerjaan hari ini. Tidaklah sulit, karena masih sepi dan aku bisa memantau dari luar kaca toko ini.

Ketika selesai, aku duduk sebentar dan melihat beberapa buku menarik yang bisa aku baca untuk menghilangkan suntuk.

Dan sekarang aku melihat seseorang menuju toko ini. "Hallo, selamat pagi ada yang bisa saya bantu."

Dia menjawab dengan senyuman dan pergi ke rak buku masakan. Aku melihat dia sangat fokus mencari buku dan tidak berapa lama dia menanyakan sesuatu. "Hmmm, mbak buku untuk belajar masak ada nggak ya."

"Oh iya bu, ini semua buku untuk belajar memasak kok ada caranya dan lengkap dengan bahan-bahan yang diperlukan. Ibu bisa lihat contoh buku yang sudah dibuka sampul plastiknya ini kok."

Tampaknya Ibu ini kebingungan dan terus mencari buku, padahal aku sudah menjelaskan. "Maaf bu, kalau boleh tau Ibu mau masak apa ya."

"Saya jadi malu mbak, saya tuh nggak bisa masak jadi mau belajar masak mbak. Makanya saya nyari buku yang mungkin bisa bantu saya gitu."

"Nggak apa-apa kok bu, santai aja. Sini saya pilihkan buku yang bisa bantu ibu."

Aku memilihkan beberapa buku yang mungkin bisa membantunya dan setelah selesai dia merasa sangat senang. Aku pun ikut lega karena buku yang dicari telah didapatkan.

*

"Maaf ya Hanna kelamaan, tempatnya lumayan jauh. Gimana? Ada yang datang hari ini Hanna?." Tanya Bu Dara.

"Nggak apa-apa kok bu, lumayan rame kok yang datang hari ini bu."

Ibu Dara selalu menyempatkan diri untuk menjaga toko sesibuk apapun. Karena dia sangat senang berada di toko dan melayani setiap pegunjung yang datang. Belum seminggu disini, aku sudah merasa sangat nyaman.

Aku juga tidak merasa sangat lelah, karena jam kerjaku selesai sebelum jam lima sore. Aku lebih dulu pulang daripada Tia. Aku berencana mencari kos baru, aku tidak mungkin menumpang dirumah Tia sangat lama.

Tapi Tia pasti akan kesal, dia ingin aku tinggal bersamanya. Aku juga tidak bisa berbuat banyak kalau Tia sudah merengek memintaku untuk tinggal bersamanya. Aku pusing!

Aku terus melihat ke arah jam dinding toko ini. Sudah menujukkan pukul empat sore, tapi belum ada yang datang lagi. Apa mungkin setiap harinya toko ini hanya di kunjungi tidak lebih dari lima orang. Aku sudah beberapa hari disini dan pengujung lumayan sepi.

Lima belas menit sebelum toko ini tutup, ada seseorang yang datang. Tampaknya dia baru pulang sekolah karena masih memakai seragam. Ibu Dara menyambutnya dengan sangat ramah, aku juga memberi senyuman saat mereka datang ke hadapanku untuk membantu dia mencari sebuah buku.

"Ada yang bisa saya bantu?."

"Kak tolong carikan saya buku yang sama persis seperti di foto ini ya." Anak laki-laki itu menunjukkan foto sebuah buku di ponsel miliknya.

Aku mencoba mencarinya dan sepertinya dia buru-buru dan tampak cemas. Dia berkali-kali menayakan aku mendapatkan buku itu atau tidak. Akhirnya, buku itu ada dan sayangnya tinggal satu lagi.

"Ada nih, tapi satu lagi." Kataku

"Nggak apa-apa saya memang perlunya satu." Dia menunjukkan wajah lega dan melihat ke belakang sampul buku dan tiba-tiba wajahnya menjadi cemas lagi.

"Maaf, kenapa?." Aku bertanya dengan hati-hati.

"Ini sudah harga pas nya ya kak. Aduhh, mati aku!." Dia membolak-balikan bukunya dan wajahnya sedih sekali. "Uangku tidak cukup kak,  aku bisa dimarahi Mama kalau ketauan rusakin bukunya."

Aku merasa sangat iba dan menanyakan berapa uang yang kurang untuk membeli buku itu. Untunglah, kurangnya tidak terlalu banyak dan aku bisa membantu dia. Aku memberinya uang dan menyuruhnya segera membayar."Ambil uang ini, pulanglah dan hati-hati dijalan ya."

"Tapi kak aku tidak tau harus menggantinya gimana."

"Sudahlah tidak usah di pikirkan, yang penting buku ini segera kamu bawa pulang." Aku mencoba meyakinkan dia kalau aku ikhlas membantunya.

Dia berkali-kali mengatakan terimakasih dan aku melihatnya senang karena dia tersenyum dan tentunya tidak cemas lagi. Pasti dia telah menyerahkan semua uang jajannya untuk mengganti buku itu dan bingung kalau harus mengganti uangku. Tapi tidak apa-apa, dia sangat membutuhkan bantuanku.

*
Haaaaahhh....

Akhirnya aku bisa rebahan sekarang. Aku mengambil ponsel milikku dan membuka sosial media. Tidak sengaja aku melihat postingan dari Nata,  aku bahkan tidak ingat sejak kapan aku menjadi followersnya. Dan untuk pertama kalinya postingan ini muncul di berandaku.

"Bukankah Tuhan punya banyak cara untuk membahagiakan seseorang. Apakah aku termasuk seseorang itu?."

Seperti itulah postingan Nata yang muncul lima menit yang lalu. Tulisan itu tampak seperti perasaan yang sedang galau atau jangan-jangan dia putus dengan Clara. Ah tidak mungkin dia bisa galau. Apa dia sedang dalam masalah?  Lalu apa pentingnya bagiku. Hmmmm

Eh, baru saja postingan itu di hapus. Ini sangat aneh!  Ada apa dengan dia.

Hanna NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang