Aku memang mendapat banyak uang malam ini. Tapi aku sudah melampaui batas waktu yang aku tentukan. Sekarang bukan lagi pukul sebelas, aku harus lebih cepat sampai ke rumah Tia dan kembali ke kost dengan selamat. Jalanan sudah sepi, aku tidak takut. Aku hanya benci jam tidurku terbuang satu jam.
Aku sampai di rumah Tia dan buru-buru pamit. Tia sempat melarangku pulang karena sudah larut malam. "Hanna, kamu tidur disini aja. Udah malem banget loh, perasaanku gak enak."
"Kamu ngomong apa sih Tia, aku pernah pulang lebih larut. Ini belum seberapa, aku pamit ya."
Aku memikirkan perkataan Tia, tidak biasanya dia mengatakan seperti itu. Dan aku juga seperti harus kembali ke kost tidak peduli jam berapa pun.
Aku mengayuh sepeda dengan sangat kencang. Aku memanfaatkan jalan yang sepi untuk aku balapan sepeda. Ada yang aneh denganku, penglihatanku samar-samar dan kini aku merasakan sepedaku bermasalah.
"Hah, remku kenapa! Oh... Tidak sayangku kamu tidak boleh merusakkan remnya."
Aku tidak bisa mengatur pikiran, kaki dan tanganku sekarang. Sepeda ini terus melaju. Aku berusaha menurunkan kaki untuk mengganti remnya yang blong. Setidaknya kakiku bisa memberhentikan sepeda ini sekarang. Tapi tidak mungkin, ini jalan menurun dan aku terlalu panik.
"Tidakkkkk.... Aku belum siap mati sekarang! Hutangku masih sangat banyak Tuhan............ " Aku berteriak.
Aku benar-benar dalam bahaya dan tidak ada seorang pun yang melihat aku. Tapi di depanku seperti ada sebuah mobil terparkir di tengah jalan. Aku melihatnya tidak jelas, kenapa mataku mendadak minus seperti ini.
Tidak, aku tidak mungkin menabraknya sekarang.
Akhirnya, Brakkkkkkkkkkkkkkkk............
Aku merasakan tubuhku lemas dan semuanya menjadi pitam. Aku merasa di sebuah tempat yang gelap gulita.
***
"Hey bangun.. Kamu pingsan apa tidur sih. Bangun nggak."
Suara itu terdengar sangat jelas dan aku bisa merasakan badanku terasa remuk. Tapi aku juga merasakan badanku berada di tempat yang empuk. Aku memutar balik badanku dan mencoba tidur beberapa menit lagi. Suasana yang dingin juga membuatku semakin betah memejamkan mata.
"Hey... Kamu tidak pingsan! Bangunlah sekarang, atau aku akan menyirammu dengan air!."
Aku kaget dan langsung terbangun dengan wajah ketakutan. Suara itu sangat terdengar kasar dan mengganggu. "Hah, apa? Aku dimana?."
Aku tidak memandang seseorang yang berdiri di sebelahku. Aku sibuk memeriksa diri yang mungkin saja sesuatu terjadi padaku. Aku sangat lega mendapati diriku baik-baik saja. Aku teringat sepedaku dan melompat dari atas kasur yang entah milik siapa ini. "Mana sepedaku?." Aku bertanya sembari menyusuri rumah yang sangat luas ini. Aku kebingungan, seperti bukan rumah saja. Persis gedung mewah. Tapi ini adalah rumah seseorang, siapa pemiliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanna Nata
RomanceHanna dan Nata adalah teman di waktu kecil. Akan tetapi, keduanya memiliki masa lalu yang buruk. Nata selalu membully Hanna dan membuat hidup Hanna menjadi kacau. Dia sangat membenci Nata dan berharap lelaki itu lenyap di muka bumi ini. Namun, buka...