Aku berusaha menjalani hari dengan normal lagi dan tidak menujukkan diriku, yang sebenarnya sedang dalam masalah atau bahkan musibah yang menimpaku. Aku seperti harus menata ulang hidupku yang baru.
Mulai hari ini, aku akan bekerja seperti biasanya dan mencari pekerjaan baru. Aku menghindari tempat kerja yang mungkin bisa menemukan aku dengan Nata ataupun Chiby. Aku tidak ingin bekerja di restoran lagi.
Setelah berhari-hari mencari pekerjaan akhirnya, aku menemukan tempat kerja yang baru. Ya, sekarang aku bekerja sebagai penjaga toko buku. Tempat ini sangat unik dan bersih, pemiliknya juga ramah dan dia adalah seorang wanita.
Uniknya dia hanya membutuhkan satu penjaga toko miliknya. Dan aku rasa ini tidaklah sulit, krn tempatnya begitu nyaman dan pekerjaannya juga mudah. Alasan dia sangat sederhana, dia hanya ingin satu penjaga toko agar tidak terlihat begitu ramai dengan penjaga. Jadi, pembeli yang datang lebih fokus dan dia sendiri juga akan melayani setiap pembeli yang datang.
Aku hanya membereskan buku dan membantu mereka mencari buku yang diinginkan dan tidak lupa selalu memberi senyuman kepada setiap pengunjung yang datang. Gampang kan!.
*
"Gimana Hanna kerjaan barunya?.""Gampang kok, kerjaan aku cuma senyum doang sama orang-orang yang datang."
"Hah! Hahahahahaha serius ih." Tia tertawa terbahak-bahak.
"Kok ketawa sih Ti, aku serius. Emangnya lucu ya."
Tiba-tiba Tia mendekati aku dan seperti melihat kaget."Ehhh tunggu-tunggu, kalung kamu kemana Hanna?."
Aku memegang leher dan memastikan kalung itu ada. Tapi, aku baru sadar kalung pemberian Ibu hilang dan aku berusaha mengingat dimana aku menjatuhkannya.
"Serius Tia, aku baru sadar kalau kalungku gak ada."
"Coba deh kamu ingat dulu Hanna."
"Tia kamu kan tau aku nggak pernah lepas kalung ini."
Setelah mencari seisi rumah Tia, aku baru ingat kalau kalung itu tersangkut di jaket dan aku melepaskannya dan menaruhnya di rumah Nata. Aku menaruhnya di meja kamar. Aku buru-buru pergi dan lupa memakai kalung itu kembali.
Tidakkk!!!!!! (Aku berteriak)
"Hey Hanna kamu kenapa!."
"Tia, aku harus pergi sekarang."
"Kamu mau kemana Hanna?."
Aku tidak menjawab lagi pertanyaan Tia dan pergi menuju rumah Nata. Aku tidak peduli resiko apa yang akan aku tanggung, itu adalah hadiah peninggalan Ibu dan aku sudah berjanji akan menjaga kalung itu. Aku sangat ceroboh. Aku terus memarahi diriku sendiri.
Aku sadar ini sangat nekat dan bukan jam yang baik untuk menyelinap masuk ke rumah orang. Aku menemui security dan untungnya dia mengenali aku selama ini. Aku menyuruhnya untuk diam dan tidak memberitahu Nata. Aku membohongi security, aku mengatakan ini adalah kejutan untuk Nata dan mereka tidak boleh berisik.
Aku berjalan pelan-pelan dan menuju jendela kamar yang ada di samping rumah ini. Untungnya kamar ini berada di lantai satu dan aku bisa bisa berusaha masuk. Aku agak kewalahan membuka jendela yang lumayan besar ini.
Aku benar-benar beruntung, sebelum pergi meninggalkan kamar ini aku lupa menutup rapat jendelanya dan sekarang aku bisa leluasa masuk ke kamar ini. Aku sangat senang bisa masuk kerumah Nata tanpa ada jejak.
Saat berada di dalam kamar, aku mendengar suara perempuan yang cukup berisik seperti sedang marah. Aku tidak peduli dan mencari kalungku.
Aku menemukan kalung pemberian Ibu dan tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan sangat cepat disusul dengan suara perempuan yang bernada tinggi.
Pasti disini kan kamu sembunyiin dia!
Aku membelakangi mereka dan tubuhku terasa kaku. Aku sangat cemas karena ketauan masuk tanpa izin dan sepertinya wanita itu terus memarahi seseorang yang pastinya Nata. Aku juga mendengar suara teriakan Chiby yang mungkin kaget denganku.
Perempuan itu datang dan menarikku, aku terus menutupi wajahku dan berusaha melepaskan diri dari genggaman si perempuan itu. Kekuatannya sungguh luar biasa, aku tidak bisa menahan dan aku terpaksa menampakkan diri.
Prakk!!!!! Satu tamparan mengenai pipi kiriku.
"Heh apa-apaan ini, kenapa kamu menamparku. Aku bukan maling, aku hanya ingin mengambil kalungku yang ketinggalan." (Ehh, ngomong apa aku. Dasar bodoh!).
"Oh kamu, kamu yang ojek online itu kan!". Wanita itu hampir saja menjambakku. Aku baru ingat dia adalah penumpang yang waktu itu mengatakan kalau dia adalah tunangan Nata. Ahhhh masalah apa lagi ini!.
"Sudah Clara, dia adalah asistenku jadi tidak usah berlebihan. Minta maaf karena kamu sudah berbuat kasar padanya." Kata Nata.
"Nggak mau, kamu harusnya belain aku. Aku ini tunangan kamu, ngapain kamu nyuruh aku minta maaf sama pembantu nggak tau diri ini."
Perempuan tidak sopan, berani sekali dia mengatakan aku pembantu. Aku tidak mau berlama-lama dalam drama ini. "Aku tidak mengerti apa masalah kamu dengan dia, aku permisi."
"Ehhh sayang, mau kemana kamu." Tanya Chiby padaku.
Aku memang sangat bodoh, seharusnya aku pergi menuju pintu bukannya menuju jendela tempat aku masuk tadi. Dengan rasa percaya diri aku menuju pintu dan buru-buru pergi.
Ahh apa lagi ini, pintunya tidak bisa dibuka.aku harus pergi sekarang, sebelum Nata menahanku dan pastinya dia akan berbuat sesuatu.
"Dengar ya Nata, aku akan bilang ini ke Papa karena kamu udah bikin aku kecewa. Semua aset yang Papa aku berikan bakalan diambil semuanya dari kamu!". Clara masih saja memarahi Nata dan terus mengancamnya.
Dia juga mendekati aku dan melihatku sinis."Kamu juga, aku bakal bikin kamu nyesal udah bikin aku marah. Dasar perempuan murahan."
Aku sangat marah ketika mendengar kata "Perempuan murahan". Apa katamu? Aku murahan? Kamu nggak sih?.
"Hah aku murahan? Kamu nggak lihat perbandingan kita sangat jauh, kamu nggak level sama aku. Jelas-jelas yang murahan itu kamu."
"Dengar ya, murahan itu bukan dari apa yang kamu pake, apalagi cuma ngeliat sebatas pakaian aja. Kamu emang cantik, penuh kemewahan. Tapi sayang, sikap kamu murahan. Kamu memalukan diri kamu sendiri itu aja udah murahan banget." Aku sudah tidak sanggup menahan emosi dan rasanya ingin mencakar wajahnya yang sok cantik itu.
"Dasar pembantu! Ngomong apa kamu."
"Aku bukan pembantu, tunangan kamu aja yang minta aku disini sekarang. Kasian banget sih kamu, tunangan tapi nggak di anggap."
Mungkin perkataanku barusan membuat dia ingin menamparku yang kedua kalinya. Tapi Nata datang dan mencegah perkelahian antara aku dan si perempuan itu.
"Sudah Clara kamu pulang sekarang, jangan bikin aku tambah pusing." Kata Nata.
Aku juga ingin meluapkan emosi kepada Nata. "Sekarang, aku nggak mau disini lagi aku mau pulang dan anggap semuanya udah berakhir. Aku bakalan nanggung resikonya. Tolong batalkan kesepakatan itu."
Nata membukakan pintu dan meminta aku dan Clara pergi. Dia terlihat sangat kesal dan sepertinya memang sudah mengusirku tanpa ada sepatah katapun. Aku merasa lega karena sikap Nata yang memberiku izin pergi tanpa kata. Mungkin ini sudah waktunya aku dan dia kembali ke kehidupan masing-masing.
"Kasian banget ada pembantu diusir." Kata Clara menyindir aku.
Sembari pergi aku berbisik kepada dia. "Nggak sadar ya, kamu yang duluan di suruh pergi."
Aku tersenyum mengejek Clara yang sudah cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanna Nata
RomanceHanna dan Nata adalah teman di waktu kecil. Akan tetapi, keduanya memiliki masa lalu yang buruk. Nata selalu membully Hanna dan membuat hidup Hanna menjadi kacau. Dia sangat membenci Nata dan berharap lelaki itu lenyap di muka bumi ini. Namun, buka...