Hanna Nata 16

12 1 0
                                    

Hannaaaaaaaaaa..................

"Ih apaan sih Tia teriak-teriak gitu." Jawab Hanna cetus.

"Lagian kamu budek banget dipanggil dari tadi."

"Kamu kenapa sih Hanna kayak nggak semangat gitu, belum makan ya? Oh.. Iya aku tau, kamu belum gajian iya kan kan kan kan?." Tia mencoba mencairkan suasana, namun sepertinya Hanna tidak menggubris Tia.

"Hannaaaaa, aku teriakin lagi nih ya!."

Hmmmm.....

"oke oke kamu kayaknya lagi mikirin sesuatu, aku tau.. Pasti kamu LAGI MIKIRIN NATA YAA. HAHAHAHAHAHA."

Tatapan Hanna berubah tajam layaknya burung elang yang siap memangsa anak ayam.

"Eh ngaur kamu ya Tia, coba bilang sekali lagi biar aku cabut hidung kamu itu."

" Yeeee cubit aja, hidung aku kan asli ga mungkin copot wlekkkkkkk".

Ih kok diem sih......

Tiba-tiba Hanna mengagetkan Tia yang sedang serius menatapnya yang pura-pura diam dan sekarang Hanna memeluk kuat tubuh Tia sampai dia tak berkutik. " Rasakan pelukan maut dariku Tia, berani beraninya kamu bilang aku mikirin artis hantu itu.

"Aduhhhh sakit Hanna, ampun janji deh nggak bilang lagi. Plis lepasin." Teriak Tia.

Saat mereka berdua sedang bersenda gurau dan tertawa terbahak-bahak seakan anak kecil yang sedang berkelahi berebut mainan. Tiba-tiba ponsel Hanna berdering. Hanna langsung mengangkat ponselnya dan terpaku sejenak setelah melihat nama panggilan itu "BIBI NIA". Hanna menghembuskan nafasnya pelan.

" Hallo Bi.....

Belum sempat Hanna mengatakan apapun selain kata hallo, Hanna mulai mendengarkan suara Bibi Nia yang terdengar cukup keras terdengar dari volume ponsel Hanna yang dinaikkan. Tia yang paham dan seperti sudah biasa mendengar suara itu. mendekati Hanna dan memeluk sahabatnya itu dari belakang, Hanna tak sengaja meneteskan air mata dan menutup ponsel.

" you okay Hanna? kamu mau nangis ya nangis aja jangan ditahan, nggak ada yang dengar kok cuma aku aja." Tia mencoba menenangkan Hanna dan membawanya duduk di atas kasur.

" Tia, aku selalu bilang i'm okay kan dan sangat sangat okay. Kamu tau kan, kenapa Bibi Nia Nelfon aku." Hanna mencoba menahan airmatanya.

"Coba aja Mama Papa masih ada sekarang, aku nggak akan kayak gini sekarang. Sakit banget Tia rasanya, seharusnya aku bisa hidup lebih tenang bukan seperti ini. Kenapa harus aku orangnya Tia yang ngerasain kutukan Tuhan seburuk ini, haaaaaaa jawab Tia."

" Stop Hanna, nggak ada yang namanya kutukan semua udah takdir. Kamu masih ada aku dan kamu nggak sendirian. percaya sama aku, TIA NGGAK AKAN NINGGALIN HANNA TITIK." Tia mencoba menghibur Hanna dengan gaya manjanya dan kembali memeluk Hanna.

Seketika suasana pecah dengan tangisan Hanna.....

*****

Beberapa tahun yang lalu saat Hanna masih kecil, tepat di ulang tahun Hanna yang ke lima tahun. Musibah besar datang pada keluarga Hanna. Mama dan Papa Hanna berniat mengajaknya ke suatu tempat, namun malam semakin larut dan hujan turun dengan sangat deras di susul dengan badai yang lumayan kencang. Hanna yang mulai mengantuk dan takut melihat gelapnya malam yang mengerikan itu, mulai terlelap tidur di pelukan Mamanya.

Tak lama setelah itu, Hanna merasakan tubuhnya seperti terlempar dan mata Hanna terbuka dengan sayup-sayup. Hanna merasakan seseorang mengangkatnya sembari mendengar suara sirene. Penglihatan Hanna buram, dia hanya melihat malam yang gelap dan hujan yang menetes di wajahnya. Angin yang terasa kencang membuatnya kedinginan hingga menusuk tulang, Hanna seperti menunjukkan dirinya masih kuat dan mengatakan sesuatu "Mamaaaaa......

Hanna terbangun sekarang dan setengah sadar, Ia mencoba melawan dan meminta diturunkan dari seseorang yang berpakaian serba putih. Hanna berusaha lari dan melihat dirinya ada di jalanan dengan puing-puing mobil berserakan.

Hanna berteriak memanggil orangtuanya. Namun, pandangan Hanna berubah ke sebuah mobil yang sudah rusak parah. Hanna melihat seseorang kebingungan dan menangis histeris, Hanna melihat jelas wajah lelaki itu. Dengan keberanian perempuan kecil ini. Dia menghampiri lelaki itu dan bertanya dimana orangtuanya. Karena Hanna melihat mobil mereka saling berhadapan dan sama-sama dalam keadaan rusak parah.

Tapi, lelaki itu tak memperhatikan Hanna dan seperti sibuk membuka pintu mobil. Bahkan sempat memecahkan kaca mobil itu dengan tangannya. Hanna yang melihat kejadian itu berubah menjadi takut dan badannya gemetar. Dia terus memanggil seseorang dan berteriak "Perawat.... Tolong, perawat... Anak saya di dalam".

Hanna yang sudah terpaku melihat kejadian itu, lagi-lagi terkejut dengan seseorang yang dikeluarkan dari dalam mobil, Hanna tidak bisa melihat wajahnya jelas tapi Hanna yakin umur mereka tidak jauh berbeda karena tubuh mereka sama tingginya. Hanna melihat darah mulai bercucuran jatuh dari tangan anak itu.

Hanna terus memperhatikan lelaki tadi dan sama sekali tidak mendapat tanggapan apapun. Dia hanya seperti orang kebingungan. Dan setelah itu, Hanna ditarik oleh seorang perawat yang menggendongnya tadi. Tapi kepala Hanna mendadak pusing dan sejak itu Hanna tidak mengingat apapun lagi.

Setelah kejadian itu, Hanna baru mengetahui orangtuanya sudah meninggal akibat kecelakaan yang menimpa mereka. Hanna berhasil selamat di pelukan Ibunya. Semenjak saat itulah Hanna sangat trauma dan suka menyendiri. Satu-satunya keluarga yang ia miliki adalah Bibi Nia. Adik dari Ibunya. Hanya Bibi Nia yang mau merawat Hanna setelah kepergian orangtuanya.

******

" Setelah kejadian mengerikan itu menimpaku, mungkin aku mencoba melupakan saat-saat terakhir kehilangan Mama dan Papa. Tapi aku tidak akan melupakan siapa yang telah menabrak mobil kami dan lelaki yang telah menghiraukan aku."

Bagi Hanna, lelaki yang diperkirakannya adalah Papa dari anak yang di selamatkan dari mobil itu adalah pelakunya. Hanna terus mencari tau siapa dia berdasarkan ingatan Hanna yang pas-pasan.

Tapi semua seperti sia-sia tidak ada jejak apapun yang membuahkan hasil. Saat dia bertanya pada Bibi Nia yang mungkin mengetahui sesuatu dia hanya bungkam dan selalu mengatakan aku harus terima takdir ini.

*****

Ahhhh akhirnya aku bisa tidur dengan tenang hari ini.

Selamat pagi dunia!

Sepertinya aku tidak akan kemana-mana dan akan rebahan saja dirumah. Mumpung hari ini hari libur kerjaku. Ahh aku bisa main ponsel sebentar, tapi apa yang harus lakukan sekarang. Setelah aku membuka ponsel ini dan melihat berita-berita terkini mulai dari berita kriminal sampai berita tentang artis. Tak seperti biasanya aku membuka hal-hal yang aku anggap kurang penting, selain berita tentang negeri ini.

Ehh tunggu dulu, apa-apaan ini. Kenapa ada top news  tentang si huntu.

Haaaa, dia sakit?  Dan sekarang sedang dirawat. Kenapa jadi berita dia semua sih, ini juga kenapa sosial mediaku dia jadi topik hangat. "NGGAK ADA YANG LAIN APA!".

Tia yang sedang ber make up di depan cermin terkejut dengan suara Hanna. " Apanya nggak ada yang lain Han?."

"Eh ini, semua berita tentang nata dimana mana muka dia semua, gara-gara dia sakit terus di rawat. Masih bisa senyum gitu, dasar sok kecakepan."

APAAAAA NATA HONEY BUNNY AKU SAKIT. tia langsung terkejut dan bergegas mengambil ponselnya, Tia seperti cacing kepanasan dan menatap layar ponselnya dan mengelus layar itu dengan manyun. "Sayang banget Nata, pasti dia kecapean, lagian sih banyak banget diundang ke banyak acara. Kan kesayangan aku jadi sakit."

"Jangan lebay deh Ti. Palingan dia diare doang, itu masih bisa senyum juga. Kasian tuh kalau dia udah kejang-kejang."

"Hanna, jahat banget sih."

"Udah ah, aku mau setoran dulu."

"Kemana Han?."

"TOILET, mau ikut?."

Hanna jorok ih!

Hanna NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang