sixteen

685 123 115
                                    

SIXTEEN : Harta, Tahta, Kimia (Karena Arsen Capek Dengan Wanita)

...

"Foto berdua dong, pasangan akang-teteh paling geulis sekota Bandung!"

"Ayo teh Vanya disuapin dong pacarnyaaa!"

"Ayo tehhh!"

"Iya iya ini!" seru Vanya sambil mengambil sepotong kue tar. "Ayo sini yang, disuruh publik tuh," katanya agak menggerutu sambil menunjuk teman-temannya yang lain.

Arsenio tertawa dan sengaja menekuk lututnya sedikit supaya sejajar dengan tinggi kekasihnya. Vanya baru saja mau menyuapinya, tapi bukannya membuka mulut, Arsenio malah nyosor dan mengecup bibirnya.

"AAAAAAA, HARAM!!!" pekik Atha berlebihan. "AKANG YA, IH NAKAL! DIKIT-DIKIT MAIN NYOSOR, PANTESAN BIBIRNYA TEH VANY ALWAYS SHINING SHIMMERING SPLENDID, SERING DIKASIH LIPGLOSS RUPANYA AWH!"

Arsenio menatap Vanya agak bingung. Ini teman-teman kekasihnya, tapi cowok yang namanya Atha ini-- kependekan dari Anantha-- sepertinya sejenis waria.

Vanya hanya menggeleng. "Uda biasa," katanya. "Atha cuma jadi cowo paddlepop waktu sama kita-kita. Kalau di pengadilan dia serius kok."

"SO PASTI CYINNNN~ MANA BISA AING LEWATKAN AKANG ARSEN YANG LEBIH GANTENG DARI JOE TASLIM. AKANG ARSEN SENYUMNYA BIKIN PENGEN HIDUP BERSAMA DEH." Atha mencolek dagunya genit.

Arsenio merinding.

"Kalo aku ngga hati-hati, bisa-bisa kamu direbut sama Atha." Vanya bergidik ngeri sambil memeluk lengan pacarnya.

Arsenio makin merinding. Direbut mah engga serem, diperkosa iya.

"Tha, ingat kasus firma Tha," kata Elisa mengingatkan.

"KALAU SUDAH MASALAH COWO GANTENG, KASUS FIRMA JUGA AING ANGGAP TOILET PAPER WARNA-WARNI CYIINN."

Vanya tergelak.

"Mantap juga kau ya lek!" Egar, pemuda Batak asal kota Medan berucap dengan aksennya yang kental, sambil merangkul bahu Arsenio. Sudah seperti sohib saja.

Arsenio meladeni satu per satu teman-teman Vanya dengan sopan-- kecuali Atha. Kalau Atha datang, ia lebih baik bersembunyi di balik Vanya.

"Maaf ya jadi rame begini," ringis Vanya ketika perhatian akhirnya terangkat dari mereka berdua. Ia meremas tangan Arsenio di atas pangkuannya. "Aku ngga bisa bawa cake diem-diem kalo pake ojol. Jauh."

Arsenio menggeleng. "Gapapa sayang." Ia mengecup punggung tangannya. "Kamu disini aja pun aku seneng."

Arsenio dan Vanya tinggal di area kota Bandung yang berbeda kala itu. Arsenio harus tinggal dekat kampus dimana ia menyelesaikan sarjana magisternya, sedangkan Vanya mulai bekerja di firma hukum kenalan ayahnya.

Seringkali mereka tidak bisa bertemu setiap hari, karena bahkan dengan mengajar privat dan kuliah, Arsenio sudah sering kecapekan. Kalau ia memaksakan diri naik motor ke tempat Vanya, bisa-bisa dirinya yang kecelakaan. Oleh karena itu seringkali Vanya yang mampir membawakan vitamin atau sekedar mengingatkan makan.

Vanya menyisir rambut Arsenio dengan tangannya.

"Sayang."

"Hm?" balas gadis itu menelengkan kepala.

"Aku kangen."

Senyuman Vanya merekah manis. "Aku jugaaa," Ia merengek pelan. "Susah ya kita jauhan begini. Serasa pejuang LDR."

Senyawa | sungchan-winter.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang