thirteen

539 120 48
                                    

THIRTEEN : Hati-Hati Main Hati

...

Marissa : SOS

Marissa : wahai kawand-kawandku yang baik dan budiman HELPPPP

Gisela : kenapa?

Marissa : PLIS SALAH SATU DARI KALIAN KE BIOSKOP DULU

Marissa : TERUS SENGAJA KETEMU KITA BIAR GUE GA HARUS BERDUA SAMA KAK DIRGA PRETTY PLEASEEE

Owen : ah no way

Owen : gis jangan mau jadi becak disana

Gisela : apanya becak goblok

Owen : roda ketiga

Marissa : FAK YU WEN INI GARA GARA LO

Owen : KOK GUA

Marissa : YA KAK DIRGA INI KERJAAN LO ANJING

Marissa : TANGGUNG JAWAAAB

Owen : YANG SE7 BUAT NGEDATE SIAPA COBA

Marissa : AH GAMAU TAU POKOKNYA LO YANG SALAH

Owen : SEMPAT NIKAH LO SAMA DIRGA PUNYA ANAK TIGA NANTI GARA GARA GUA YA SAT

Gisela : minta tribut dong wen

Gisela : anak cowonya harus ada yang  namanya Owen

Marissa : oh gosh

Marissa : i need new friends...

Marissa menggigit bibirnya gugup sambil berjalan mondar-mandir kesana kemari. Ia memegang ponselnya di satu tangan, menampilkan groupchat mereka bertiga.

Temen-temen ga gunaaa, ia mendumel dalam hati.

"Ngapain lo jalan bolak-balik di depan pintu gitu?"

Perempuan itu berbalik, mendapati mas Alfa tengah membuka paket yang datang atas namanya di permukaan lemari sepatu.

"Mama mana?" Alih-alih menjawab pertanyaannya, ia malah balas bertanya kaku. "Gue keluar dulu."

"Di kamarlah. Uda izin? Atau lo ngendap-ngendap keluar?"

"Gue ga perlu ngendap-ngendap, mas. Gue bukan anak kecil lagi," kata perempuan itu tidak suka.

Alfa menatapnya datar. "Lo masih kerja di start-up itu?"

"Bukan urusan lo, mas."

"Mama yang ngasih tahu, jadi itu urusan gue juga," potong pria itu tajam.

"Itu bukan urusan Mama juga," balas Marissa berang. "Sampai kapan kalian semua bisa sadar, kalian gabisa kontrol idup gue lagi?"

"Lo dikontrol aja masih gagal, apalagi engga dikontrol!"

Marissa memalingkan wajah sakit hati. Ia menghela napas panjang, satu-satunya cara untuk menyuarakan kelelahannya.

"Mau jadi apa lo, Mari, kalau engga dengerin kita yang tahu apa yang lebih baik buat lo?" tanya Alfa tajam. "Lo keras kepala. Selalu begitu. Ujung-ujungnya lo ngga jadi apa-apa."

"Gue nyaman..." Napas perempuan itu tercekat sementara ia membalas tatapan abangnya tajam. Pandangannya memburam, menahan air mata di pelupuk matanya. "... gue nyaman dengan ngga jadi apa-apa. Puas?"

"Gimana caranya lo bisa puas sama idup lo yang begini? Kerja? Sampai kapan? Kapan lo bisa punya financial freedom? Pastinya engga dari gaji kamu yang engga seberapa--"

Senyawa | sungchan-winter.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang