TWENTY-FIVE : Pergeseran Kesetimbangan Kimia
...
hey peeps, i'm alive and well.
belakangan ini dimana-mana denger kabar orang positif mulu, so i've been isolating myself too. but rest assured, i'm fine. hope you are too.
chapter warning(s)
- tulisan ini fiksi
- mengandung adegan yang tidak begitu child-friendly (i don't want to imply anything in your heads so i'm saying this now)
- this chapter is somewhat goofy and ridiculous with sexual tension loland well.. enjoy.
...
"Mau nitip?"
Marissa menyusuri lorong supermarket dengan troli, sebelah tangannya menahan ponsel ke telinga kiri.
"Whiskas aja."
"Wah, aku baru tau itu jajanan favoritmu," komentar Marissa sambil mengambil sekaleng saus pasta dan mengecek tanggal kadaluarsanya.
Terdengar tawa Arsenio dari ujung yang lain, membuat Marissa ikut tersenyum geli. "Serius. Si Kei ngadopsi anak kucing tuh. Ngikut motornya masuk ke rumah, ngga tega dia usir jadi dia pelihara di teras," kata Arsenio lagi.
"Fine," balas Marissa sambil mendorong trolinya lagi. "Whiskas rasa apa aja?"
"Emang ada rasanya?" Arsenio mengerutkan kening. "Apa yang menurut kamu enak aja deh."
"Mana aku tahu yang mana yang enak!" Marissa tertawa. "Ya makanan kucing rasa ikan lah!"
"Manatau ada rasa rendang?"
"Ngaco!" balas Marissa geli. "Satu-satu aja deh biar beda-beda, bisa dirasain semua."
"Lah kamunya pengen nyicip?"
"Kamunya pengen dijitak?"
Arsenio tertawa renyah, menular ke perempuan itu yang ikut menyengir geli mendengar tawanya.
"Udah terserah kamu aja. Thank you, love."
"You're welcome. Eh ini belum mulai kelasmu?" tanya Marissa sambil memasukkan susu satu liter ke dalam troli.
"Bentar lagi. Kamu belanja bulanan?"
"Engga, aku beli barang-barang titipan Mama buat akhir minggu nanti," balas Marissa sambil kembali mendorong troli. "Mama suka baking, tapi orangnya sibuk di salon. Jadi deh anaknya yang satu ini diperbudak."
Arsenio tertawa kecil. "Jadi nanti balik ke rumah kamu?"
"Iya aku drop-off aja barang-barangnya. Nanti pulangnya ke... rumah kamu," balas Marissa setelah berpikir sejenak. Kedengarannya aneh. Kalau ia menyebutnya rumah, bukannya sudah resmi ia tinggal bersama pacarnya?
"Okay, aku tutup dulu ya kalo gitu."
"Hmm," gumam Marissa membalas. "Semangat pakk."
Pria itu tertawa kecil. "Bye-bye. Ini nanti kamu langsung pulang?"
"Engga, aku ada janji sama Melanie buat dinner bareng. Temen dari Aussie dulu."
"Okay, nanti kabarin aku ya," kata Arsenio mengingatkan. "Kalo ada kenapa-napa telfon aja."
"Kenapa-kenapa gimana?" tanya Marissa sambil berjinjit mengambil pewarna makanan.
"You suck at drinking, love."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyawa | sungchan-winter.
FanfictionLove doesn't truly ever die. It is revived, with the right person. ... Arsenio tidak sedang buru-buru mencari pengganti Vanya-- perempuan yang sudah meninggalkannya tiga tahun silam, namun masih berdiam di dalam hatinya yang kini terkunci rapat. L...