seven

517 122 45
                                    

SEVEN : Komunikasi Itu Kunci, Asal Jangan Jadi Benci

...

"Sumpah, kasian."

Marissa menyandarkan tubuhnya ke dinding yang bercat putih sebelum tertawa terbahak-bahak, lagi. "Ampun deh lo. Dijambret?"

"Ngeledek kamu?" tanya Arsenio sambil meringis kala Gisela menekan-nekan permukaan kulitnya dengan beauty blender

"Banget," balas Marissa di tengah-tengah tawanya. "Haduuuh kocak. Mungkin karena muka lo muka turis kali!"

"Ada barang mas yang diambil nggak? Dompet misalnya?" tanya Gisela khawatir. Ia menutup wadah foundation di tangannya sebelum menoleh dan menoyor kepala Marissa. "Si kampret malah ketawa."

"Enggak kok," balas Arsenio sembari menggeleng.

"Udah." Gisela menyodorkan kaca. "Nanti pulang rumah diobati, jangan sampai bengkak kayak bola bisbol."

Marissa ngakak lagi. Arsenio mendelik.

Padahal cedera ini karena menyelamatkan privasinya, dasar tidak tahu terima kasih. Arsenio tidak mau jujur saja, karena ia tidak yakin kalau Marissa sendiri tahu ia sempat diuntit tadi. Ia dan Edo setuju menggunakan cerita ia hampir kena jambret, tapi Marissa malah menganggap kejadian itu lucu.

"Udah ayo, bubar bubar." Gisela mendorong-dorong bahu Marissa. "Balik, eneng. Balik cepat, kerja kerja woy. Ada tagihan yang harus dibayar."

Arsenio ikut berdiri. "Makasih ya, mbak Gisela."

"Santuy," balas perempuan itu. "Panggil aja Gisela. Gausah formal-formal amat, kita kan sekantor."

Arsenio mengangguk dengan senyum tipis. "Gue permisi," katanya pada Edo. "Thanks soal tadi."

Edo mengangkat tangannya dan melambai singkat. "Dadah, guru gangster."

Arsenio menahan diri untuk tidak memutar bola matanya. Ia mengikuti kedua wanita itu keluar dari ruang rekaman kembali ke Lubang Buaya.

Marissa duduk di depannya, langsung menghidupkan layar PC dan menyiapkan agendanya. Tapi tahu-tahu melihat wajah Arsenio, ia tertawa lagi.

Arsenio mengangkat wajahnya.

"Sesuka itu kamu sama saya sampai bawaannya mau cekikikan mulu di sekitar saya?"

Tawa Marissa langsung lenyap digantikan decihan malas. "Tolong ya. Seharusnya lo tersinggung karena diketawain. Bukannya kegeeran."

Pria itu menopang wajahnya dengan sebelah tangan, kedua matanya masih melekat pada layar PC. "Saya enggak tersinggung diketawain kamu."

"Yauda."

Gisela menyenggol kakinya dari bawah. "Suka banget dah nyari masalah, si monyet."

Marissa menatapnya dengan mata memicing sinis. Gisela memeletkan lidah sebelum berdiri dan kabur dengan laptopnya.

Sepeninggal Gisela, Marissa memutar bola mata dan kembali pada layar laptopnya. Ia mengakses website Exampro dan masuk ke beranda khusus tentor. Sebuah pop-up message muncul di tengah-tengah layar.

Welcome back, Miss Marissa!

You have 22 new notifications since your last visit at 11.58 A.M.

Marissa menekan tombol okay, lalu menggerakkan mouse-nya di barisan notifikasi.

Dewi (user) and 11 others submitted their work on IELTS writing practice 4.

Senyawa | sungchan-winter.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang