twenty-seven

439 82 68
                                    

TWENTY-SEVEN : Pereaksi Pembatas

...

"Morning."

Marissa menoleh setelah mengambil tumblrnya dari konter. "Mas," sapanya kaget. "Good morning."

Raja tersenyum tipis. "Kok datangnya sepagi ini? Ada urusan apa?"

Marissa menggeleng. "Ngga kok, cuma lebih fokus ngerjainnya disini aja. Mas sendiri?"

Raja menggeleng. "Aku nampak kamu pagi-pagi sendiri di Lubang Buaya. Kiranya jurig."

Marissa tergelak sambil berjalan keluar dari pantry. "Seriously, mas. You better stop looking for her sebelum beneran diikutin pulang."

Raja tertawa. "Becanda."

Langkah perempuan itu berhenti ketika ia melihat ada kotak bakery di atas mejanya diikuti segelas milk tea. Marissa berbalik sementara Raja mengendik.

"Aku nampak mobilmu waktu datang," katanya sebelum tersenyum kecil. "Makanya aku putar balik. Butter croissant, your favorite. Belom sarapan kan?"

Marissa spontan tersenyum. Dulu ia suka begitu, membeli sarapan untuk mereka berdua dan sengaja datang pagi-pagi. Ternyata setelah sekian lama, lelaki itu masih ingat pastry kesukaannya. They have a lot of history.

"Kalo kamu datangnya pagi kita bisa sering-sering," celetuk Raja sambil menarik kursi mendekati kubikelnya. Marissa tersenyum tipis dan ikut duduk.

Pria itu duluan membuka kotak kue itu, mengambil sebutir croisssant yang dibalut kertas.

"How are things?" tanya Marissa basa-basi.

"Kalo kamu nanyain tentang kerjaan, it's been good. Exciting, if I must say."

"Terus persiapan nikahnya?" Marissa memasukkan sepotong kecil croissant ke dalam mulut.

Raja mengangkat kedua tangannya ke udara pasrah. "Aku serahin ke Feli. Jelas-jelas seleranya lebih bagus."

"Ya dibantu, mas," celetuk Marissa. "Persiapan nikahan tuh repot, apalagi kalau diurus sendiri."

"It's more stressful when two people keep contradicting each other," kata Raja sambil mengunyah. "Daripada berantem, aku lebih milih terserah dia aja."

"Sesusah itu buat setuju?" tanya Marissa mengerutkan kening.

"Ya bisa aja. Aku pengen small wedding, dia maunya yang heboh. Aku pengennya outdoor, dianya bilang indoor venue lebih besar. Terus aku bilang, ya ini karena dianya mau repot-repot bikin big wedding. Terus dia nangis, akunya ngerasa bersalah."

Marissa meringis. "Don't be so hard on her, mas. Is she feeling better?"

Raja menghela napas. "On some days. Aku ngga tau pengaruh obatnya atau apa, but her mood swings are so unbearable. Itu salah satu alasan kenapa aku suka ke kantor pagi-pagi. I can't deal with her anymore."

Marissa mengangguk-angguk pelan. "I'm sorry to hear that," katanya tulus. "But just... be nicer to her. You may be the only person she can count on right now."

Raja menyandarkan tubuhnya ke belakang. "I know," balasnya singkat.

Marissa hanya bisa tersenyum sopan sebelum memasukkan sebutir obat ke dalam mulutnya dan meneguk air.

"Are you sick?" tanya Raja mengerutkan kening, dengan cepat menempatkan tangannya di kening perempuan itu.

Marissa mengerjap kaget ketika tangan Raja berpindah ke pipinya. "No, it's nothing. Mungkin asam lambung kambuh."

Senyawa | sungchan-winter.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang