113. Nightmare (1) || Sorry.

247 45 19
                                    

Hellooo Readersss😭😭😭😭udh lama bgt author ga up karena kegiatan training camp divisi hr, jadi ga bisa banyak free karena masih anak baru huhu😭

Oya, author usahakan tiap minggu up kembali, mohon kasih apresiasi dengan Comment atau vote😊🙏🏻🙏🏻

oya, saran baca lagi chap sebelumnya buat mengingat kembali moment yg udh kelewat..

-Noel.

----------

----------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Dalam suasana dingin saat itu, pagi hingga terik panas matahari mulai membuat siapapun berkeringat..semua orang menunggu kabar kepulangan Meriel dari tempat pencariannya menemukan Aiden, semua orang penting saat itu, berkumpul di ruang Navigasi.

Walaupun sempat sedikit saja tidak mengkhawatirkan apapun, Arista..terbesit rasa gundah dengan keaadaan saat ini, sempat..Lhoris kerap kali memberikan Arista sedikit nasihat agar ia tetap tenang dalam keadaan ini, namun, tetap saja..hal aneh pasti sedang terjadi, yakinnya.

Hingga, semua orang disana memutuskan untuk melakukan perang selanjutnya tanpa Meriel dan Aiden.

Keputusan yang sangat berat bagi pihak aliansi untuk tidak mengikutsertakan kedua orang hebat itu, namun keadaan mengatakan hal lain, dan untuk hal ini semua mengalah dengan keadaan untuk pertama kalinya.

Pertengahan perang ini tentu akan menjadi lebih sulit dengan ketidakhadiran Alion, Meriel dan Aiden.

Kerap kali wajah Arista terlihat khawatir, wajahnya menandakan jika ia menghawatirkan sang kakak lebih dari apapun.

Sudah beberapa cara, ia mencoba agar Dewi Einherjar yang melindungi sang kakak terhubung kembali padanya..

Namun nihil, tidak ada sesuatu apapun yang menandakan semua akan berjalan sesuai keinginannya.

Luka dalam dada Arista saat kehilangan Alion, menganga begitu hebatnya setelah saat ini..ketika Aiden pun menghilang dari sudut pandangnya.

Hingga semua orang saat itu bubar kembali, dan Rapat berlangsung cukup hening karena satu satunya orang dengan Prioritas tertinggi saat itu-Arista-, tidak bisa mengikuti suasana Rapat di dalam ruang navigasi.

“.. Percayakan itu pada Meriel nak, setidaknya..hanya dia yang mampu kita percayai saat ini.”

“…Aku tahu, Lhoris.” Ucap Arista tanpa melirik Lhoris yang bahkan melihatnya dengan tatapan Khawatir. ia tidak ingin Lhoris melihat wajah kesulitan nya saat itu.

Tap*

Arista menoleh dan menatap Lhoris saat itu juga, saat sentuhan tangan hangat Lhoris menyentuh pundaknya.

“…semua akan baik baik saja.” Ucap Lhoris sedikit menguatkan cengkraman tangan pada pundak Arista. hingga Arista tersenyum sendu dengan mata yang terlihat lelah. Ia berkata.

Auristella The Lost Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang