BRAK.
Sydney terperanjat saat mejanya tiba-tiba digebrak seseorang, bahkan dia sampai berdiri dari duduknya dengan tangan yang sudah menutupi kedua telinga.
"Hahahaha ...."
Dengan masih berusaha mengatur napasnya Sydney menatap Yuna yang tertawa tanpa dosa setelah berhasil membuatnya terkejut.
Yuna menepuk-nepuk bahu Sydney sembari mengambil duduk di salah satu kursi. Amarahnya justru menghilang entah ke mana saat melihat raut wajah menggemaskan milik Sydney yang selalu mudah terkejut.
"Apa-apaan?!" Sydney kembali duduk dengan bibir yang sudah sedikit maju karena kesal.
"Sori, Syd. Gue mau marah niatnya, tapi lo lucu. Jadi gue—hahaha. Jadi gue ketawa."
Tak lama kemudian Audrey duduk bergabung dengan mereka berdua, nampan penuh makanan di tangannya mulai diletakkan di atas meja. Melihat wajah Sydney yang sejak semula sudah terlihat masam itu kini makin ditekuk membuatnya mengangkat salah satu alisnya. "Kenapa lo?"
"Masa dia gebrak meja, kan gue kaget." Sydney mengadu dengan intonasi merajuk.
"Habisnya gue jengkel banget, serius," timpal Yuna menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V. "Ditambah Sydney bengong terus."
Sydney melirik Yuna sinis. "Nggak, ya!"
"Iya eh tadi lo—"
"Udah, udah!" lerai Audrey. Kalau tidak begitu, Yuna dan Sydney bisa-bisa saling beradu mulut hingga dini hari nanti. "Lo diam!" Telunjuknya terarah ke arah Sydney, kemudian ke arah Yuna. "Apa? Apa yang buat lo jengkel sampai gebrak meja?"
Yuna mengatupkan mulutnya, mengulur waktu dengan cara mengambil makanan miliknya lebih dulu. Dirasa terlalu lama, dengan telunjuknya dia mengisyaratkan Audrey untuk mendekatkan telinga berniat membisikkan sesuatu.
"Tadi gue lihat ada Gio sama teman nongkrongnya di sini, ada selingkuhannya juga," bisiknya.
Timbul kerutan akibat dibuat penasaran oleh kedua sahabatnya, terlebih lagi raut terkejut Audrey mengundang berbagai perasaan tak enak di dalam hatinya. Sydney mengetukkan telunjuknya di permukaan meja beberapa kali, meminta atensi mereka. "Hey, halo? Kok, bisik-bisikkan, sih?"
Sontak, pandangan Audrey dan Yuna bertemu. Membuat Sydney menatap mereka dengan mata memicing curiga. "Ada apa?"
Audrey berusaha terkekeh kemudian menggelengkan kepalanya. "Yuk, makan!"
Sydney mengedikkan bahunya berusaha tak acuh, memilih mengambil makanannya yang berada di atas nampan tadi.
Malam ini mereka sedang berada di salah satu food corner yang berada di kawasan Kemang. Dengan suasana outdoor yang cukup ramai, dan warna penerangan yang cukup beragam karena setiap counters mengusung warna yang dibuat berbeda satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent
RomanceTolong follow sebelum membaca✨ ______ Impian sederhana seorang Sydney Arunika adalah menikah dengan orang yang diacintai. Namun, seolah menjadi kesialan yang bertubi-tubi; impiannya terpaksa pupus ketika Gio, kekasihnya selama enam tahun terakhir ti...