Bertemu dengan rekan sekantor memang tidak bisa dihindari saat ini dikarenakan kafe tersebut merupakan tempat paling dekat dari kantor. Namun, Sydney sama sekali tidak menduga jika akan dipertemukan dengan Sean seperti ini.
“Kamu sendiri juga di sini.” Sydney bergumam pelan.
Sean mengembuskan napasnya pelan dan menarik lengan Sydney untuk sedikit menyingkir agar tidak menghalangi jalan orang lain. “Are you busy or something?”
Sydney menggelengkan kepalanya. Opini tersebut sudah dirinya duga akan dia dapatkan dari Sean karena tidak sempat membalas pesan dan mengangkat telepon lelaki itu. “Tadi kamu ajak aku ketemu, ’kan? Karena sekarang kita udah ketemu, jadi ada apa?”
“Nggak ada,” balas Sean. “Jadi, kamu sama sia—”
“Syd, udah? Ada masalah?”
Mendengar seseorang baru saja bertanya, membuat kedua orang itu sama-sama menoleh ke arah Regi yang baru datang.
“Ha? Aku udah, kok.”
“Kamu lama, jadi aku menyusul. Takutnya kenapa-kenapa,” kata Regi, memang kentara sedang khawatir.
Secara impulsif Sydney menggeser tatapannya ke arah Sean yang tidak berhenti menatap Regi dengan raut yang tak sedikit pun bisa dibaca. Dan terkejut ketika dengan tiba-tiba Sean menatapnya seolah meminta penjelasan.
“Ah, ini siapa?” Regi bertanya sembari memberikan tatapan penasaran ke arah Sean.
Baru saja hendak menjawab, dering telepon milik Sean tiba-tiba berbunyi. Sydney memperhatikan gerak-gerik lelaki itu, dari mulai mengeluarkan gawainya dan mendekatkan bagian layar ke telinga.
“Hey. Iya. Aku ke sana lagi sekarang kok,” katanya terburu-buru. “Oke.”
“Aku permisi kalau gitu.” Sean berbicara kepada Sydney, melenggang begitu saja menuju sebuah meja yang masih sedikit terlihat dari posisi Sydney berdiri saat ini.
Sydney hanya mengikuti pergerakan Sean dengan tatapannya. Dan saat lelaki itu terlihat duduk di meja yang sudah diisi oleh seorang perempuan yang posisi duduknya membelakangi Sydney, Sydney hanya bisa tersenyum masam.
Padahal tadi baru ajak gue ketemu, sebagai gantinya malah nemuin perempuan lain, batinnya.
“Umm, dia kenalanku di kantor,” ucap Sydney ketika masih kentara sekali rasa penasaran dari cara Regi menatapnya.
Sebelum Regi melayangkan pertanyaan lainnya, Sydney segera mengajak lelaki itu untuk pergi saja dari sana.
***
Sean ingin mencoba untuk tetap tidak mengambil pusing perkara lelaki yang bersama Sydney petang tadi di kafe—sekaligus lelaki yang membuat perempuan itu mengabaikan pesan dan telepon darinya. Namun, yang ada dirinya justru terjaga sepanjang malam hanya karena merasa penasaran siapa sebenarnya lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent
RomanceTolong follow sebelum membaca✨ ______ Impian sederhana seorang Sydney Arunika adalah menikah dengan orang yang diacintai. Namun, seolah menjadi kesialan yang bertubi-tubi; impiannya terpaksa pupus ketika Gio, kekasihnya selama enam tahun terakhir ti...