Seharusnya Sydney cepat-cepat pulang setelah mengantarkan Gio ke apartemennya. Namun, alter egonya mengatakan hal lain dan memaksanya untuk tetap merawat Gio yang saat ini berbaring tak sadarkan diri setelah beberapa saat lalu sempat muntah-muntah.
Dipandanginya wajah yang seharusnya dia benci itu lekat-lekat, kemudian tersenyum miring karena kini kekuatannya untuk bersikap masa bodoh justru hilang tak tersisa. Tak dapat dimungkiri bahwa mau sebaik apa pun menutupi, menyangkal dan lainnya; Sydney masih mencintai dan sangat memedulikan Gio.
Bahkan seharusnya Sydney tidak lagi repot mengeluarkan uang untuk lelaki itu, tidak lagi perlu merawat dan menunggunya seperti ini. Namun, Sydney justru melakukannya. Seolah lupa bahwa lelaki yang sekarang begitu dia pedulikan ini merupakan lelaki yang sama yang beberapa purnama lalu mengkhianati dan meninggalkannya tepat di hari bahagia mereka tanpa belas kasihan.
“Mas, andai hari itu nggak pernah ada. Andai kamu nggak selingkuh dan ....” Sydney mencengkeram erat lengan Gio sembari tetap menatap wajah lelaki itu. “Pasti saat ini kita masih baik-baik aja, ’kan?”
“Kenapa kamu jahat sama aku, sih?”
Walau tahu tidak akan mendapat respons, Sydney tetap mencurahkan isi hatinya dengan sesekali terisak. “Lihat, perempuan yang kamu pilih nggak ada di saat kamu begini, ’kan?”
“Nggak semua orang mau menemani kamu dalam berbagai situasi selain aku, Mas. Kamu bodoh, tahu nggak?!” Sydney memukul lengan itu setelahnya. “Ke mana janji-janji kamu dulu yang katanya nggak akan pernah pergi dan cari pasangan lain? Sialnya, aku kecewa tapi aku masih begitu cinta sama kamu.”
Sibuk berbicara, sampai-sampai tanpa sadar mengabaikan waktu yang terus berjalan dan panggilan-panggilan masuk di gawainya. Namun, tepat pukul 01:00 WIB Sydney mulai mengecek gawainya.
Matanya terbuka lebar mendapati berpuluh-puluh pesan dan panggilan masuk dari Raja dan Ziyaad. Segera Sydney mengecek jam di sudut atas layar gawai, dan makin terkejut karena baru menyadari bahwa dirinya telah terlalu lama berada di unit apartemennya Gio.
“Mati gue!” Sydney buru-buru meraih kunci mobil yang dia taruh di atas nakas, kemudian melirik Gio sebentar sebelum akhirnya bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut.
“Kalau yang lain tahu, bisa-bisa mereka mengadu ke Oma. Astaga, mana mobil diparkir di basemen. Sepi pasti!” dumelnya sambil terus menderap menuju lift. “Bodoh banget, sih, Sydney! Kenapa harus lupa waktu begini?!”
“Saya bisa antar, kalau Mbaknya takut gelap-gelapan ke basemen.”
Kunci mobil dalam genggamannya seketika berakhir di atas lantai saking terkejut, menghasilkan bunyi agak keras di tengah kesunyian lorong gedung apartemen di lantai enam tersebut. Sydney segera berbalik badan, dan berdecak setelahnya. “Mas lagi, Mas lagi. Kenapa munculnya udah kayak hantu, sih? Tiba-tiba ada, nggak tahu dari mana asalnya!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent
RomansaTolong follow sebelum membaca✨ ______ Impian sederhana seorang Sydney Arunika adalah menikah dengan orang yang diacintai. Namun, seolah menjadi kesialan yang bertubi-tubi; impiannya terpaksa pupus ketika Gio, kekasihnya selama enam tahun terakhir ti...