“Sella!”
Berhasil menyusul Sella di lorong menuju ruangan mereka, Sydney segera berlari untuk bisa mensejajarkan langkah.
“Kenapa lari-lari, Mbak? ’Kan bisa telepon kalau ada perlu.”
Ah, itu benar.
Sydney mengambil napasnya dalam-dalam sebelum mengembuskannya secara perlahan, berusaha menstabilkan napasnya yang tersengal.
“Boleh tanya sesuatu, nggak?”
Sella mengangguk. “Apa?”
“Kamu tahu kalau di kantor ini ada grup atau semacam akun media sosial khusus karyawan?”
“Tahu, ada apa? Mbak Sydney belum gabung?”
Sydney menggelengkan kepalanya. “Kalau boleh tahu, kamu tahu nggak siapa admin atau ketua di grup tersebut?”
“Itu mas Arga, Mbak.”
“Maksudnya Arga ... ketua tim kita?” tanya Sydney tidak percaya.
Sella mengangguk mengiyakan.
Sydney tersenyum lega, entah ini merupakan keberuntungannya atau memang istilah dunia sempit itu nyata. “Makasih infonya, ya.”
Dan saat jam pulang telah tiba, Sydney menjadi orang terakhir yang masih bertahan di dalam ruangan bersama sang ketua tim yang masih membenahi isi tasnya. Dia berdiri di depan mejanya sendiri, ragu-ragu untuk menghampiri laki-laki yang Sydney duga tidak jauh berbeda umurnya darinya.
“Kenapa?”
“Ya?” Sydney yang semula sedikit menempel ke meja sontak menegakkan tubuhnya. “Itu ... anu ....”
Arga melirik Sydney sekilas sebelum mencangklong tas dan berjalan ke arahnya. “Ada yang mau disampaikan? Atau kamu mau minta lembur lagi?”
Segera saja Sydney menggelengkan kepalanya. “Enggak, ini ... di luar urusan kantor, sih, Mas.”
“Oke,” Arga mengangguk, setengah duduk di meja yang semula menjadi tempat Sydney kemudian menyilang kedua lengannya di depan dada seolah siap mendengarkan. “Apa?”
“Mas Arga tahu tentang kabar yang lagi ramai di kantor, ’kan? Tentang ... orang di finance department.”
“Iya, kenapa?”
Sydney berdeham, meyakinkan diri bahwa Arga tidak akan menolaknya. “Setahuku itu di-share di grup khusus karyawan, ya? Dan kebetulan Mas Arga adminnya?”
Arga terdiam sebentar sebelum mengangguk pada akhirnya. “Iya, sih. Tapi saya cuma baru dengar dari yang lain aja, belum cek unggahannya. Terus, ada apa sama itu?”
“Itu ... Masalahnya itu kan masalah yang sensitif, ya? Kita nggak pernah tahu kesulitan apa yang harus orang lain lalui, jadi agak kejam kalau seisi kantor terus-terusan bergosip dan menyebarkan kabar ini makin luas. Lagi pula, kejadiannya udah lama banget.” Sydney memberanikan diri untuk menatap Arga yang ternyata belum juga mengalihkan pandangannya dari Sydney sejak tadi. “Kalau nggak keberatan, Mas Arga bisa hapus unggahannya, nggak? Karena dengar-dengar, unggahannya nggak bisa dihapus kecuali sama si pengirim atau adminnya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent
RomanceTolong follow sebelum membaca✨ ______ Impian sederhana seorang Sydney Arunika adalah menikah dengan orang yang diacintai. Namun, seolah menjadi kesialan yang bertubi-tubi; impiannya terpaksa pupus ketika Gio, kekasihnya selama enam tahun terakhir ti...