Chapter 30 - Elevator

36 5 0
                                    

Karena tidak ada Ibu di rumah yang sedang ke luar kota bersama Ayah, maka Sydney yang hari ini sedikit terlambat memilih untuk sarapan di kafetaria meski sebenarnya sempat menyiapkan sarapan untuk Raja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena tidak ada Ibu di rumah yang sedang ke luar kota bersama Ayah, maka Sydney yang hari ini sedikit terlambat memilih untuk sarapan di kafetaria meski sebenarnya sempat menyiapkan sarapan untuk Raja.

Duduk di tempat yang lebih dekat dengan pintu masuk sekaligus dinding jendela yang langsung menghadap ke arah jalanan, Sydney mulai memakan sarapan pesanannya dengan tenang.

Beruntung pagi ini jalanan tidak macet parah, sehingga Sydney setidaknya dapat menikmati sarapannya lebih lama dari yang dirinya perkirakan saat di rumah.

Menenggak air mineral dari tumblr bottle miliknya, tetapi tak sampai satu menit pikirannya tiba-tiba saja dibuat melanglang buana memikirkan botol minumnya yang tertukar dengan Sean kemarin.

Seketika suasana hatinya berubah ketika mengingat lelaki itu lagi setelah kejadian semalam. Sendoknya ditaruh dengan kesal, lalu Sydney mengempas punggungnya ke belakang agak keras.

“Tahan ... tahan ....” Sydney mengatur napasnya yang mulai naik-turun dengan cepat akibat emosinya yang meluap kembali. “Ya ampun! Ini masih pagi, how can I get a bad mood like this?”

Sydney tidak marah hanya karena semalam Sean menyebutnya terlalu putus asa hingga melakukan kencan buta bersama Regi, hanya saja caranya berteriak dan melimpahkan segala kesalahan kepadanya itulah yang membuatnya merasa kesal. Padahal, Sydney bisa saja marah karena lelaki itu bahkan bersama perempuan lain hari itu.

“Syd, good morning.

Sydney mendongak, sejurus kemudian langsung membuang muka ketika wajah Seanlah yang dia temukan sedang berdiri di dekatnya. Bahkan tanpa meminta persetujuan, Sean terlihat langsung duduk di hadapannya.

“Tumben banget kamu sarapan di sini?” ucap Sean, sekadar berbasa-basi meski nyatanya betulan terdengar sangat basi.

“Harus banget duduk di depanku begini?”

Sean menyeruput kopi miliknya lebih dulu sebelum tersenyum. “Terus? Aku harus duduk di samping kamu, begitu?”

Sydney diam, hanya melakukan eye contact dengan lawan bicaranya seolah dirinya ingin menunjukkan kepada Sean bahwa kali ini Sydney sedang berbicara serius.

Fine,” Sean mengangkat kedua tangannya, pertanda menyerah. “You still mad at me, huh?”

“Mau pergi, nggak?” tanya Sydney masih dengan nada bicara sedikit lebih santai.

Melihat Sean yang hanya menatapnya tanpa menunjukkan tanda-tanda akan pergi Sydney pun mengangguk. “Okay. Aku yang pergi.” Sydney segera mencangklong tasnya, mengambil tumblr dan membuang box yang terbuat dari kertas karton berisi seperempat sisa makanannya itu sebelum enyah dari sana.

Namun, seolah belum cukup membuatnya kesal, Sean justru mengikutinya hingga ke dalam lift. Well, siapa saja memang berhak menggunakan fasilitas perusahaan yang satu itu. Hanya saja, lift tersebut akan berhenti cukup jauh dari finance department. Yang mana jika Sean menggunakan lift tersebut, maka tujuannya sudah dapat dipastikan hanya untuk membuat Sydney makin kesal dengan mengikutinya.

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang