Chapter 12 - Get Caught

41 7 7
                                    

Sepanjang jalan, Sydney memilih untuk duduk diam sembari memperhatikan jalanan melalui jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepanjang jalan, Sydney memilih untuk duduk diam sembari memperhatikan jalanan melalui jendela. Walaupun Sean sedari tadi pun hanya fokus mengemudi dan sesekali menanyakan jalan padanya, lelaki itu sama tergemingnya dengannya.

Namun, dering panggilan mau tak mau mengusik keheningan di dalam mobil tersebut. Sydney menatap layar gawainya lama, hingga Sean bertanya, “Sori, nih. Emangnya itu siapa? Kok, ditatap doang bukannya diterima?”

Tanpa berpikir lama Sydney langsung menjawab, “Abang saya. Diam, ya!” Setelah mengatakan itu dia menerima panggilan tersebut. “Kenapa, Bang? Aku masih di jalan.”

“Jalan mana, sih, Dek? Ya, Allah! Oma, ibu sama ayah belum tidur, bingung kita jawabnya.”

Sydney menggigit kuku jarinya seraya berusaha berpikir, kemudian berkata, “Kalau oma belum tidur ... kira-kira sekarang aku harus jalan belakang atau aman kalau jalan depan?”

“Halo, Syd.”

Sydney berdeham salah tingkah saat suara yang semula terdengar berubah dari milik Raja menjadi milik Ziyaad. “I–iya, Bang Ziyaad. Kenapa?”

“Nggak lihat jam ini jam berapa?”

“Li–lihat, kok. Tapi tadi—Maaf ....” Sydney memejamkan matanya. Dirinya telah melakukan kesalahan besar dengan membantu mantan kekasihnya itu. Dan tak mungkin pula Sydney mengatakan hal yang sudah jelas akan membuat kedua kakak dan orang tuanya marah besar.

Terdengar helaan napas berat di seberang sana, Ziyaad dan Raja pun terdengar sedang meributkan bagaimana cara agar dirinya tidak ketahuan Oma maupun yang lainnya. “Kalau sudah dekat, kirim pesan, ya! Kita carikan cara supaya kamu masuk tanpa diketahui orang lain selain kami berdua.”

“Iya, Bang. Makasih banyak ....”

“Hati-hati ini sudah malam. Kalau ada apa-apa, jangan pikir panjang buat menghubungi kami.”

Sedikitnya kekhawatiran Sydney mulai berkurang mendengar bagaimana pedulinya kakak tertuanya itu padanya, walau sebenarnya dari nada suaranya saja sudah kentara sekali bahwa Ziyaad menahan amarahnya. Senyuman terulas sebatas sudut bibir yang diam-diam diperhatikan oleh Sean.

“Manis, apalagi kalau senyumnya lebih dilebarin,” gumam Sean, tahu bahwa panggilan telah berakhir.

“Mas bicara apa dan sama siapa?” tanya Sydney, walau rungunya menangkap dengan jelas apa yang dikatakan lelaki yang sedang menguasai mobil kakaknya ini.

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang