Keesokan hari nya, Rio datang kembali ke kantor Jung, dan Rose menyambutnya dengan senyum lebar tanpa dosa, tapi sang sahabat justru memasang wajah datar nya, menuju ke pantry, Rio mengambil air dingin dan meneguknya beberapa kali sambil menghela nafas, karena dada nya terasa begitu sesak, Rose dengan semangat menyusul ke pantry, dan duduk di samping kiri Rio.
"Aku ingin bercerita pada mu" ucap nya antusias, duduk menyamping menghadap Rio yang bersandar lelah pada sofa yang mereka duduki, Krystal yang mencemaskan Rio hanya bisa terdiam di ambang pintu, melihat pemuda yang baru semalam menyandang status sebagai kekasih nya tengah mengobrol dengan gadis yang masih menguasai hati Rio, cemburu? Tentu, tapi Krystal percaya pada Rio.
"Tentang apa?" Tanya Rio serius.
"Semalam, aku melakukan nya dengan oppa" beritahu Rose dengan tatapan ragu dan takut pada Rio.
"Kami menginap di hotel untuk merayakan ulang tahun June oppa, dia meminta kado itu, jadi aku mengabulkan nya" cerita Rose, rasanya Rio ingin berteriak marah, tapi ia tak sanggup melakukan nya.
"Rose, please! Berhentilah bercerita tentang kalian berdua, ku mohon, jangan sakiti aku lebih dalam lagi Rose" melas Rio dalam hati, ia menahan tangis, dan masih tak bereaksi.
"K-kamu tidak marah kan?" Tanya Rose takut Rio akan murka, Rio menggeleng, ia tersenyum paksa pada Rose.
"Kamu sudah dewasa Rose, sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, tanpa harus ku tunjukan, jadi ya. . ." Rio tak bisa melanjutkan kata-katanya lagi.
"Gumawo Rio-yaa" lega Rose, Rio mengangguk masih tersenyum palsu.
"Aku akan memberitahu oppa" girang nya meninggalkan Rio di pantry begitu saja, Rose membungkuk menyapa Krystal, ia tak tahu jika sang boss sudah berdiri disana semenjak tadi.
Krystal mendekati Rio, meremas bahu kanan pemuda itu, yang langsung menoleh menatap kekasih nya.
Rio berada di ruangan Krystal, dan meminta bantuan Jisoo untuk membersihkan dan mengemasi barang-barang di mejanya tanpa sepengetahuan Rose, dan sebelum gadis itu pulang dari makan siang nya, Rio telah lebih dulu meninggalkan kantor Jung, ini adalah pertemuan terakhir dua sahabat dekat itu, tanpa disadari Rose yang tak tahu apa-apa.
"Unnie sudah menemukan pekerjaan baru untuk mu, kita temui mereka sekarang" beritahu Krystal dalam perjalanan nya bersama Rio.
"Aku menurut pada mu saja" pasrah Rio.
"Bukan karena terpaksa kan?" Krystal tak yakin.
"Krys, aku hanya ingin menunjukan keseriusan ku dengan mu, itu lah sebab nya aku menyerahkan semua nya pada mu" jelas Rio.
"Mianhae" Krystal merasa bersalah, ia tahu, saat ini, Rio hanya menjadikan nya pelarian.
"Krys, Rio, kemarilah" panggil Jessica, mereka memasuki sebuah butik baju mewah bernama NiNi.
Kedua nya pun berjalan menghampiri kakak perempuan Krystal itu.
"Kenalkan, ini Jennie sang pemilik butik " ujar Jessica.
"Dan Jenn, ini dongsaeng ku Krystal, dan kekasih nya Rio" lanjut Jessica
"Hallo" ketiga nya saling membungkuk, dan bersalaman menyapa satu dengan yang lain.
"Jadi, Rio adalah fotografer nya unnie?" Tanya Jennie.
"Iya benar, jangan ragukan kemampuan nya, kamu sudah melihat sendiri kan foto-foto pernikahan unnie?" Jawab Jessica.
"Ya ya, aku percaya pada mu unnie" Jennie tersenyum yakin, gadis itu adalah model terkenal yang sedang mulai merintis cloting line nya sendiri yang bernama NiNi, dan ia membutuhkan fotografer untuk katalog nya, setiap bulan akan selalu ada pemotretan untuk semua baju-baju koleksi terbaru nya, dan Rio pasti akan di sibukan dengan itu nanti, tapi itu bagus, karena mungkin saja hal ini malah membuat ia jadi lebih cepat dalam melupakan Rose.
Rose kembali dari makan siang nya dengan langkah gontai dan wajah muram nya.
Tink
Ia menatap meja Rio yang masih kosong, padahal ia berharap Rio disana, karena Rose akan mengungkapkan kegelisahan hati nya, sebab June tak bisa hubungi semenjak pagi tadi, nomor ponsel nya tidak aktif, dan dia tadi makan siang sendiri.
"Soo-yaa, dimana Rio?" Tanya Rose, Jisoo melirik meja kerja Rio yang sudah bersih, mengerutkan kening nya aneh karena Rose masih tak sadar jika Rio sudah tak bekerja di perusahaan Jung lagi.
"Aku tidak tahu" jawab Jisoo acuh, sambil menggedikan kedua bahu nya.
Rose menjatuhkan kepalanya diatas meja kerja, air mata nya menetes, memikirkan kekasih hati nya.
Sore menjelang, tapi Rio masih tak kunjung datang, Rose pun mulai curiga, ia lalu bertanya pada salah satu rekan kerja nya.
"Aku melihatnya keluar dengan miss Jung tadi" jawabnya, perasaan Rose mulai tak enak, karena ia tak setuju jika Rio menjalin hubungan dengan atasan nya itu, bukan apa-apa, Rose hanya takut Rio akan terluka nanti nya.
"Ada apa dengan mereka berdua? Kenapa Rio tak bercerita apa-apa tentang miss Jung, jika memang mereka berkencan?" Batin Rose menebak-nebak.
Ia pun pulang, dan setiba nya di rumah, kembali ia menghubungi June, tapi nihil, ia gelisah, semakin cemas, dan di saat-saat seperti ini, Rio adalah orang yang ia butuhkan, Rio lah yang bisa menenangkan hati nya, jadi tanpa menunggu lama, Rose menghubungi nomor Rio.
Gadis itu menghela nafas putus asa, sambil menjambak rambutnya sendiri.
"Dimana kamu Rio? Aku membutuhkan mu sekarang, ku mohon datanglah ke rumah" melas Rose menahan tangis.
#TBC
Puncak dari rasa cinta yang sesungguhnya adalah, ikhlas merelakan dia bahagia dengan yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry
Fanfictioncerita cinta segi banyak yang rumit, menguras emosi, dan bikin pusing, jadi, bersabar lah dalam menikmati setiap chap nya.