"Mampus..... Gue kesorean."
Gadis itu dengan buru-buru menyiapkan slingbag berwarna hitam kemudian dengan gerakan cepat ia memasukkan barang-barang yang sekiranya penting. Ia memasukkan barang seperti liptint, earphone bluetooth, kaca, dan tentu dengan barang paling berharga, yaitu ponsel.
Setelah semua siap, gadis itu berjalan keluar kamarnya dan dengan cepat menuruni anak tangga karena kamarnya berada di lantai atas.
"Kamu mau kemana, sayang? Buru-buru banget."
Seorang wanita paruh baya menatap gadis itu dengan gelengan kepala, sudah biasa melihat anak perempuannya itu.
"Biasa, Mah," jawabnya.
"Makan dulu baru berangkat. Kamu belum makan sejak tadi siang,"
Gadis itu menggeleng dengan cepat sambil fokus memasang sepatu sneakers putihnya. "Udah terlalu sore, Mah. Takut pulangnya kemaleman."
"Biar gue anter, Kak," tawar seseorang yang sedari tadi menonton ibu dan anak itu berbincang.
Gadis itu menghentikan aktivitas memasang sepatunya, dia menoleh menatap laki-laki tersebut kemudian detik itu juga mukanya berubah datar dan mengernyitkan dahinya sambil memiringkan kepala.
"Ngapain lo kesini?" tanyanya sangat tidak bersahabat.
"Gue cuman mampir doang kok, Kak. Kangen sama mama juga keluarga di sini," jawabnya tersenyum simpul.
Maniknya menatap gadis itu sendu, seolah dia ingin gadis itu bersikap ramah padanya.
"Ngapain lo kangen mama gue? Kemana mama lo? Ngelonte lagi?"
"SHEA!" teriak satu orang laki-laki lagi yang duduk di samping mama nya.
Gadis yang di panggil Shea itu memutar bola matanya malas sambil mendengus.
"Lo kenapa sih, bang? Dulu aja Lo gak terima papa nikah lagi, tapi sekarang? Lo malah nerima dengan mudahnya anak itu!" bentak Shea.
"Shea, Abang peringatkan sekali lagi, jaga ucapan lo. Renzo gak salah, Shea,"
"Renzo emang gak salah, bang! Yang salah ibu nya, tapi tetep aja gue muak tiap liat muka dia yang keinget ibunya terus. Ibu dia udah ngehancurin keluarga kita! Gue benci sama dia! Gue benci wanita murahan itu!" teriak Shea menahan mati-matian agar air matanya tidak mengalir dengan mulus.
Plak!
Tamparan kencang mendarat di pipi mulus Shea, sehingga menimbulkan bekas merah. Shea tersenyum getir ketika merasakan sengatan di pipinya yang terasa perih.
Mood nya sudah buruk karena kehadiran laki-laki yang disebut Renzo itu. Dan sekarang abangnya pun menamparnya hanya karena membela Renzo, mood nya semakin tidak baik.
"Shea! Lo udah keterlaluan!" bentak Abangnya tersebut.
Shea tersenyum getir menatap laki-laki di hadapannya.
"Puas lo udah bikin gue sama bang Dery berantem, hah?"
Setelah itu Shea melenggang pergi keluar dari rumahnya dengan isakan yang tidak mau berhenti. Gadis itu mengeluarkan motor Scoopy hitam nya kemudian pergi sejauh mungkin dari pekarangan rumahnya.
Tujuan utamanya sekarang hanyalah pantai, yang selalu jadi tempat ketika Shea seperti ini.
Pantai adalah tempat paling ternyaman untuk menenangkan pikiran.
"Ternyata Kak Shea masih belum nerima Renzo, ya? Maafin Renzo sama mama Renzo, ya, bang, mah. Kalau gitu Renzo pamit dulu. Maaf udah bikin Kak Shea marah tadi."
• S E N J A •
Shea duduk di pinggir pantai dengan menatap lautan biru, ia menatap kosong ke arah desiran laut sambil menikmati angin sore pantai.
Shea tersenyum simpul ketika menatap senja yang perlahan memunculkan diri. Langit jingga itu membuat Shea semakin tenang, langitnya yang indah membuat Shea kembali dengan mood yang membaik.
Shea sangat suka senja, tapi sayangnya senja hanya hadir beberapa menit saja.
Setiap sore Shea selalu pergi ke pantai hanya untuk melihat senja dan juga menenangkan jiwa dan pikirannya.
Jika di ingat kembali ke masa lalu, rasanya Shea tidak sanggup, dia belum bisa berdamai dengan masa lalu setiap melihat Renzo hadir di kehidupannya. Sebenarnya, Shea tidak benci dengan Renzo, toh yang salah ibunya. Tapi tetap saja, Renzo lahir di rahim wanita yang sangat ia benci. Wanita yang sudah dengan lancangnya merebut papa, yang sudah beraninya membayar dukun hanya untuk mengambil semua harta kekayaan papanya, yang sudah dengan lantang membuat mamanya harus kesusahan kerena perbuatan wanita itu.
Jika Shea boleh cerita, dulu saat Shea berumur empat tahun, mama sangat rapuh dan kesusahan, tiap hari beliau selalu di ganggu makhluk ghaib kiriman wanita itu, sampai akhirnya mama Shea harus pergi ke Ustad untuk membersihkan tubuh.
Untungnya mama Shea sangat taat pada agama, Ustad itu pernah bilang jika mama tidak kuat iman mungkin beliau tidak bisa bertahan di dunia ini. Maka dari itu alasan kenapa Shea sangat benci dengan wanita yang tak lain adalah ibunya Renzo.
Ah jika di ingat kembali, itu membuat Shea selalu terus ingin menangis, tiap malam dia selalu bersujud dan berterima kasih karena mama nya bisa bertahan.
Shea tersenyum sambil menatap awan jingga bercampur laut biru yang berada di bawahnya.
Sesak, itu yang ia rasakan. Sampai akhirnya sebuah tangan terulur di depannya membuat Shea mendongak ke atas.
"Nama gue Senja."
Shea menyerngit tidak paham dengan kehadiran laki-laki di hadapannya itu.
Kenapa dia tiba-tiba mengenalkan dirinya? Shea pikir laki-laki itu sudah gila. Shea tidak membalas uluran itu, ia lebih memilih kembali menatap ke arah depannya, menikmati ombak laut. Shea sempat mendengar laki-laki itu mendecak tapi Shea bodo amat.
"Masih untung gue dateng, malah diabaikan,"
Laki-laki tersebut duduk di samping Shea membuat Shea semakin bingung.
"Gue gak kenal sama lo, lebih baik lo pergi," ucap Shea sejutek mungkin agar laki-laki itu pergi.
Hayo siapa yang suka kayak Shea? Ngakuu:v
"Ini tempat umum, lo gak berhak ngusir gue,"
Shea berdecak, ia menatap laki-laki itu dengan geram, "Maksud gue lo pergi dari hadapan gue! Gue gak kenal lo!"
"Tapi gue kenal lo, Shea."
• S E N J A •
Jangan lupa Vote dan Komen untuk lanjutt.
Makasih yang udah baca, gimana awalannya? Komen yaaa menurut kalian kerasa feel nya, gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
S E N J A
Romance"Semesta punya banyak cara untuk membuat kamu bahagia." Shea Queena Liandra, Gadis dengan sejuta luka yang ia sembunyikan di balik senyumnya yang indah. Suatu hari, Shea bertemu dengan seorang laki-laki bernama Senja. Sejak pertemuan itulah, Senja...