Ajakan dan berakhirnya PKL

278 52 5
                                    

Mulmet: ( Kalung yang dicuri Dabi dari mu )

****

"Halo, manusia panggang"

Orang itu berjalan mendekati mu. Perlahan, tubuhnya mulai terlihat berkat cahaya senter hp yang kau arahkan padanya.

"Silau, bego. Cepat matikan!"

"A-ahahahah maaf, kau terlalu gelap"

Kau segera mematikan senter hp mu, dan mulai fokus terhadap orang yang kini hanya tiga langkah di depan mu.

Sebenarnya kau tidak ingin berurusan dengan orang berkelamin lelaki itu. Terlebih apa yang diperbuatnya di masa depan telah melunturkan rasa tertarik mu terhadap dia. Namun, mengingat kejadian dimana kau pernah menolongnya, juga ditolong olehnya, dan dia juga mengambil sebuah benda yang amat penting bagi hidup mu, mau atau tidak kau harus menyapanya lagi jikalau ingin barang itu kembali.

"Halo, Dabi-san. Lama tidak bertemu ya"

Alis sosok bernama Dabi terangkat satu, seakan merasa asing dengan cara bicaramu yang tergolong sopan. Karena seingatnya, kau sosok yang kurang hajar, minus sopan santun, dan berwajah pongah. Namun sekarang siapa ini? Kenapa pula memakai akhiran san?.

"Cara berbicara lu aneh. Siapa lu? Jangan bilang lu mengigau lagi" ucap Dabi dengan wajah mengkerut.

"Hah? Mengigau?" Kata mu dengan raut bingung. Sejak kapan? Kau bahkan tidak tahu jika suka tidur sambil mengigau.

"Ck, lupakan"

Memijit pelipis, kau enggan mau menjelaskan mengapa harus belajar sopan santun walau tahu, dirimulah yang paling tua diantara semua orang di dimensi ini. Ah tidak, mungkin Jatayu dan sosok pendosa lain lebih tua ketimbang dirimu. Namun melihat dari fisik yang tampak berumur lima belas tahun, membuat mu harus menerapkan menghormati yang lebih tua agar tidak mendapat teguran lagi dari orang-orang lain.

Dan dua orang yang menegur akan minusnya kesopanan mu, adalah ayah angkat mu, juga Kimimaro. Mengingat sosok Kimimaro yang menceramahi mu dengan tampang datar namun terlihat menyeramkan, membuat mu mengalah dan menurut agar masalah sopan santun mu tidak mencoreng nama baik mu, juga ayah angkat mu.

Lalu bagaimana cara All Might atau ayah mu itu memberikan ceramah terhadap mu? Oh tentu saja dia hanya menegur dengan nada pelan seperti berbicara halnya berbisik terhadap orang yang tertidur. Dan apakah kau mau mendengarkan? Tentu saja jawabannya, tidak.

"Aku mencoba berbicara sopan dengan seseorang yang lebih tua. Maka dari itu, kau harus terbiasa dengan cara berbicara ku" jelas mu sembari membuka masker. Toh percuma menyamar jikalau orang itu mengenal mu.

"Hah, lucu banget, ga cocok sama kepribadian lu" ucap Dabi seraya mendekati mu. Saat Dabi semakin dekat, kau bisa melihat dengan jelas sebuah kalung berlian hijau bercampur biru bergelantungan di leher jenjang Dabi.

"Dabi-san, kau tidak berniat mengembalikan kalung ku?" Tanya mu yang sebenarnya telah menahan tinju, akan tetapi melihat situasi sekarang, kau berusaha agar tidak melayangkan pukulan pada lelaki itu.

"Kalau gua ngomong ga mau, lu bakal ngapain?" Tantang Dabi dengan mengukir smirk. Dia berniat memunculkan rasa kesal mu agar sifat asli mu kembali.

Namun, dikarenakan kau sudah berlatih kesabaran dengan sosok kakek pikun yang dikenal sebagai Torino, sehingga kau tidak termakan Tantangan Dabi.

"Tentu saja aku akan memotong leher mu dengan pedang listrik ku" ucap mu dengan senyuman lebar hingga menyipitkan mata. Ternyata jauh dari pemikiran, kau tidak bisa menahan amarah.

Last or not?:( BnHA x Reader x OC ) {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang